[6] The Day When You "Hi" Me

56.2K 5.1K 30
                                    


Suasana Ballrom salah satu hotel di Kota Jakarta saat ini tengah dipenuhi oleh banyak sekali manusia yang berlalu lalang kesana dan kemari, saling bertegur sapa, saling menuai rindu karena telah lama tidak bertemu.

Bertemu mantan misalnya.

Eh tidak, bertemu teman lama maksudnya.

Di sudut ruangan ada seorang perempuan yang sedang berdiri mengamati lingkungan. Perempuan itu menggunakan dress putih sebatas lutut, dengan brukat dibagian lengan nya yang panjang dan sebagian dekat tulang selangkanya. Dengan rambut yang dijepit separuh menggunakan jepitan bermotif bunga mawar putih, menyisahkan sisa-sisa rambut disekitar leher dan telinganya. Juga membawa clutch berwarna putih, dan menggunakan stiletto putih yang sangat pas dikaki jenjangnya.

Dira.

Perempuan yang tidak terlalu suka keramaian. Dira tidak akan mau hadir ke acara seperti ini kalau saja tidak dipaksa sahabatnya, Widya. Katanya, supaya Dira mendapat jodohnya disini.

Mana mungkin Dira menemukan jodohnya disini? Kemungkinan nya hanya 1 dari 100 persen. Almost impossible.

Oh, dan juga hasutan saran dari Anes. Dira agak menyesali keputusan nya saat itu, ya dia sedang termakan emosi, jadi asal saja memustuskan akan hadir diacara ini.

Dira mendengus mengingat kebodohannya akhir-akhir ini.

"Dir!" Widya dari arah serong kanan nya berjalan dan mengacungkan tangan nya, memanggil Dira.

Widya memakai dress hitam panjang , rambutnya digelung menjadi satu, membawa clutch berwarna hitam dengan taburan kristal, dan stiletto hitamnya.

Kontras sekali dengan penampilan Dira.

"Ya?" Dira hanya menyaut seadanya, sedikit agak malas sebenarnya, dan juga, dia tidak terlalu suka ramah kepada setiap orang yang menurutnya stranger. Bukannya sombong, hanya saja, Dira tidak suka menjadi orang munafik. Kalian tahu? Berpura-pura baik demi mendapatkan simpatik orang lain. Itu bukan Dira sekali.

"Kesana yuk?" Tunjuk Widya kesalah satu titik ditengah Ballroom, "Anak kelas kita lagi pada kumpul tuh, udah ada yang bawa baby lagi!" Iya, Dira dan Widya memang satu kelas sewaktu mereka SMA. 12 IPA 2.

"Enggak deh, lo aja sana." Ucap Dira kemudian melengos lagi untuk melihat keadaan sekitar.

Widya yang merasa diabaikan langsung saja menarik tangan Dira dan menyeretnya kearah kerumunan disana. Hah, untung saja, gelas berisi minuman yang sedang Dira pegang tidak tumpah.

"Hai guys!" Ucap Widya setelah sampai di tempat tujuan "Masih inget gue sama dia, gak?" Namun, ternyata orang-orang hanya memperhatikan mereka seolah mereka ini orang-asing-yang-berasal-dari-Tomorrowland. Dira yang berada dibelakang Widya menahan rasa ingin tertawa karena wajah Widya yang sekarang seperti sedang-menahan-pup.

"Ih, gue Widya, yang dulu suka jailin si Bimo. Nah, kalo ini Dira, si kutu buku yang suka mojok dikelas."

Ugh, Dira benci julukan itu.

Setelah semua orang ber-'oh'-ria, Dira terpaksa harus berusaha seramah mungkin dan berkenalan dengan orang-orang disana. Hei! Bahkan Dira tidak ingat nama dari mereka.

Setelah beberapa menit harus bertahan di kerumunan tersebut, Dira pamit untuk pergi ketoilet. Ya, Tentu saja Dira berbohong, dia pusing dengan kebisingan.

Saat Dira sedang berjalan tiba-tiba saja ada yang menabrak pundaknya. Ya Tuhan, sudah dua kali dalam seminggu ini Dira ditabrak oleh orang asing.

"Eh, sorry-sorry!"

Unintentional | ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن