[26] I Won't Give Up

35.8K 3.2K 60
                                    

Backsound : Jason Mraz - I won't give up

[plis didengerin itu lagunya biar makin dapet feeling nya. Bacanya juga pelan-pelan aja, dihayati.]

***

Dira terduduk dikasurnya, menghadap jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta dimalam hari. Malam ini, bintang sama sekali tidak terlihat. Walaupun lampu-lampu dikota tetap menyala, namun langit seolah sedang menertawakan Dira sekarang. Padahal Dira sangat ingin melihat bintang, setidaknya satu atau dua bintang untuk menemani nya malam ini.

Keadannya sekarang cukup kacau, rambut yang acak-acakan, dan pakaian yang masih sama seperti beberapa saat yang lalu... hanya saja sedikit lebih kacau.

Dira menatap nyalang pemandangan dihadapannya, menekuk kedua kakinya dan meletakan dagunya disana. Dira menangis lagi. Dasar cengeng! Tidak seharusnya ia menangis seperti ini. Dahulu, bahkan saat Sandi menghianatinya, Dira tidak menangis seperti bayi.

Tapi ini beda!

Dira tidak bisa melupakan bagaimana pagi tadi ia dan Reno masih baik baik saja. Bahkan mereka masih bercanda satu sama lain. Lalu ingatan itu berlanjut kepada Reno yang memeluk Dira dengan sangat erat, Dira merindukan itu semua. Bagaimana Reno memeluknya, bagaimana Reno mengecupnya, bagaimana Reno sabar menghadapi sikapnya, bagaimana cara Reno menatap dirinya, lalu, bagaimana cara Reno marah padanya.

Ini semua salah Dira.

Lalu air mata itu mengalir lagi, membasahi pipi Dira yang sudah memerah. Matanya bahkan sudah membengkak. Padahal, ia mendapat dinas pagi besok di Rumah Sakit, harusnya ia sudah terlelap sekarang, pergi ke alam mimpi, bangun pagi, sarapan, dan menyapa pasien di Rumah Sakit seperti biasanya.

Tapi, matanya tidak mau menutup kali ini...

Dira merubah posisinya, meringkuk diatas kasur putihnya, tangannya meremas bagian sesak di tubuhnya, kenapa rasanya sesakit ini, sih? Dira terus menggumamkan kata maaf dan memanggil nama Reno di dalam usaha nya untuk tidur.

"Reno, maafin aku... Aku bodoh... Aku salah... Tolong jangan pergi. Aku... Aku takut..."

Dira terus menangis, bahkan hingga malam berganti pagi, Dira masih menangis dalam tidurnya.

***

Reno duduk ditaman belakang rumahnya, menghadap taman kecil yang sengaja ia buat untuk sekedar melepas penatnya saat dirumah. Tapi sekarang, itu semua tidak berpengaruh. Bahkan, ia sudah menyiapkan secangkir Kopi hitam tanpa gula yang sekarang sudah mendingin.

Reno mengacak rambutnya, kemudian berteriak, lalu duduk kembali "Gue ngapain sih tadi pake ngebentak dia?! Bodoh banget lo, Ren." Ucap Reno kepada dirinya sendiri.

Reno menundukan kepalanya, merasa bersalah dengan apa yang ia perbuat. Tidak seharusnya ia membentak Dira seperti tadi. Tidak seharusnya ia marah kepada gadisnya.

Ingatannya berputar seperti lembaran kertas film didalam kepalanya, lalu ingatan itu jatuh disaat ia memeluk Dira, mengecup Dira, bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama. Dan, bagaimana sorot terluka yang ditampilkan iris coklat kesukaannya.

Sial, ini semua salahnya. Kenapa ia bisa dikuasi emosi seperti tadi?!

Seharusnya ia percaya Dira. Seharusnya ia mendengarkan Dira. Seharusnya ia kembali tadi untuk memeluk Dira, mengusap rambut coklat bergelombang nya dan berkata bahwa semua nya baik-baik saja. Bahwa hubungan kami akan baik-baik saja.

Dasar bodoh.

"Maaf, Dira... Maafin aku..."

***

Unintentional | ✔Where stories live. Discover now