[5] H-2

60.4K 5.2K 35
                                    

Dira terduduk di bangku kantin, saat ini sedang jam makan siang, Dira juga baru saja selesai menangani pasien yang cukup menguras tenaga.

"Ini Bu Dokter, nasi goreng plus telor mata sapi dan es teh manis nya spesial buat Bu Dokter Dira."

Dira tertawa di sela-sela rasa lelahnya "Bu Darmi bisa aja. Makasih ya, Bu." Dira tersenyum sebagai penutup kalimatnya, dan dengan itu Bu Darmi pergi melenggang kembali ke medan perangnya.

Saat sedang asyik menikmati nasi goreng dengan telur mata sapi yang jika dimakan pada saat keadaan sedang sangat lelah ini bisa terasa seperti daging steak yang ada di restoran bintang lima. Seseorang duduk dihadapan Dira sambil membawa Mie Ayam dan Es Teh Manis nya.

Anes.

"Hai Bu Dok!"

"Gak usah panggil Saya Bu atau Dokter lah kalo diluar kerjaan gini. Saya ngerasa tua banget."

"Hehehe, yaudah, Saya panggil Dira aja, ya? Umur Saya sama Kamu kan cuma beda 1 tahun."

"Nah iya gitu aja. Lebih santai." Ucap Dira kemudian kembali asyik dengan nasi goreng telur mata sapinya, dengan wajah sedikit lesu dan... malas? Dira tidak biasanya seperti ini. Anes yang melihat kondisi Dira seperti... Dira tetap asyik memakan makananya, namun wajahnya... Itu perasaan apa kira-kira namanya? Anes susah mendeskripsikannya.

"Dir, kamu kenapa? Lesu banget mukanya." Tanya Anes karena sudah tidak tahan untuk bertanya.

"Ah? Gak apa-apa. kecapekan aja kok ini."

"Bener?"

"Iya."

Anes menghela napas, kemudian menjawab "Yaudah. Tapi inget ya, kalo kamu ada apa-apa, kamu bisa kok cerita ke Saya. I'll be there when you need me. Anytime."

Dira terkekeh, kenapa kalimat terakhir yang diucapkan Anes persis sekali dengan apa yang diucapkan Widya lima hari lalu di Coffee Shop Ti Amo?

"Apa yang lucu, Dir?"

"Eh, enggak, ini nasi goreng Bu Darmi kok bisa enak banget." Ucap Dira disela-sela sisa tawanya.

***

Dira langsung duduk dibangku yang berada di nurse station dan gerakannya yang agak sedikit berlebihan tenaga itu cukup mengagetkan Anes dan Perawat lainnya yang memang sedang berada disana.

"Kenapa sih, Dok? Dari tadi lesu banget?" Pertanyaan Anes terhenti karena ia melirik jam yang berada di sebelah kanan nya "Satu jam lagi kita pulang, kok." Lanjut Anes.

Dira menghela nafas lelah "Bukan masalah itu tau."

Anes mengangkat sebelah alisnya dan bertanya "Lah terus?"

Oke, sepertinya, Dira memang harus menceritakan masalahnya kepada Anes, mungkin ia akan mendapat saran. "Jadi gini, Saya dua hari lagi ada Reuni SMA di salah satu Hotel di Jakarta. Saya dan Dokter Widya itu, dulu kami satu SMA, dia pengen banget dateng kesana, terus maksa-maksa minta temenin Saya juga."

Anes mengangkat kedua alisnya, menandakan bahwa Anes bingung dimana inti permasalahannya "Ya terus kenapa?"

"Masalahnya, Saya gak mau datang. Mood Saya lagi buruk banget."

"Kenapa?"

*flashback*

Setelah pulang dari Coffee Shop.

Dira sedang bersantai di sofa di Apartement nya sambil memakan popcorn dan menonton serial 13 Reasons Why di Netflix. Yang sedang booming sekali saat ini. Saat tiba-tiba bel Apartemen nya berbunyi nyaring, dan Dira mengutuk siapapun yang berani mengganggu waktu santai nya.

Dira membuka pintu, dan disana ada seorang Pria memakai jaket orange yang sedang tersenyum kepada Dira.

"Benar dengan Andira Afsheen?" Tanya Pria tersebut.

"Iya Saya sendiri. Ada apa?"

"Ini ada paket untuk Mbak Dira. Silahkan tanda tangan disini." Ucap Pria itu setelah memberikan paket untuk Dira dan memberi tahu dimana Dira harus tanda tangan.

"Terima kasih, mbak. Permisi."

"Oh iya, Pak. Sama-sama." Ucap Dira tersenyum, berusaha ramah.

Dira menutup pintu Apartemen nya dan berjalan ke arah sofa, duduk dan memperhatikan bentuk paket yang dikirim untuknya.

Jangan-jangan isinya ayam tiren?

Atau, surat teror?

Oke, itu berlebihan.

Kotaknya berpenampilan seperti kotak kado pada umumnya, berwarna merah maroon dan putih, warna kesukaan Dira. Dari siapa, sih?

Perasaan ulang tahun Dira itu tanggal 6 Oktober.

Dira membuka kotak tersebut dan ternyata...

Undangan Pernikahan

Sandi Abraham dan Riana Ayu Lestari

24 Mei 2017

"SANDI SIALAN!!!! KURANG AJAR AMAT SIH NIH LAKI. MINTA DILEMPAR PAKE ALAT ELKTROKARDIOGRAF KALI YA BIAR MAMPUS SEKALIAN!" Maki Dira sambil melempar Undangan tersebut dan menginjak-nginjak nya, kemudian membakarnya di tempat sampah dekat dapur.

Dada Dira masih naik turun menahan amarah. Baru genap satu minggu mereka putus dan sekarang mereka mau menikah?

"YAALLAH GUSTI! APA SALAH HAMBA? UDAH MUTUSIN NYA NGELIAT TUH SETAN LAGI CIUMAN. EH BARU SEMINGGU TUH SETAN UDAH MAU NIKAH. HADUH GUE JUGA SIH SALAH MAU AJA PACARAN SAMA SETAN." Ucap Dira dan kemudian membenamkan kepalanya di bantal yang ada di sofa.

Dira sebel setengah mati sama cowok yang namanya Sandi. Dasar gatau malu!

*flashback end*

"Nah, karena itu juga Saya gak mau dateng ke Reuni, Saya males ketemu dia."

Anes terdiam, agak sedikit terbawa suasana dan jadi sedikit kesal juga dengan Laki-laki bernama Sandi tersebut.

"Dok, Saya mau kasih pendapat sebagai teman, boleh gak?"

Dira menatap Anes tak percaya "Ya boleh lah! Apa saran kamu?"

"Nih ya, menurut Saya, Dokter tetep dateng ke Acara Reuni SMA nya. Kenapa? Karena kalo Dokter gak dateng, yang ada si Sandi ini bakalan seneng banget karena ngerasa dia udah menang. Tapi kalo Dokter dateng and show him kalo Dokter baik-baik aja tanpa dia... It will be an amazing show at that night. Trust me!"

Dira berfikir, benar juga apa yang dibilang Anes. Harusnya dia bisa nunjukin dong kalo dia baik-baik aja. Kurang kerjaan banget nangisin Laki-laki macem dia, kayak gak ada laki-laki lain saja.

Iya! Dira harus datang ke Reuni itu! Harus! Wajib! Kudu! Gak pake Sunah!

Oke, keputusan Dira sudah bulat!

"Nes, kamu mau nemenin Saya nyari Dress gak? Saya harus tampil maksimal, kan?"

Anes tersenyum dan mengangguk dengan antusias.

***

-Sunstarain. 30/06/2017-

Unintentional | ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя