Chapter 22

406K 33.7K 437
                                    

"Fara, bisa bicara bentar gak?" Pinta Neza bernada ketus pada Fara yang sudah ada di tepi trotoar jalan untuk menunggu angkot datang mengantarkan dia pulang.

Fara tersenyum kecil, sepertinya rencana kedua sudah mulai berjalan. Fara pun menyetujui permintaan Neza. Mereka kembali ke sekolah dan menuju ke salah satu lorong kelas yang sudah sepi karena jam pulang sekolah telah berlalu beberapa menit yang lalu.

"Kenapa lo gak nyebutin nama gue tadi?" tanpa basa-basi Neza memulai pertanyaan yang dari tadi sangat mengusik hatinya.

"Harusnya kamu senang kan?" Fara berbalik tanya pada Neza.

Neza tersenyum tapi dengan salah satu bibir yang agak naik ke atas. "Jadi lo minta gue berterima kasih sama lo? Lo ingin gue berfikir kalau lo itu malaikat penyelamat gue? Atau lo mimpi kalau gue bakal minta maaf sama lo?"

"Aku tidak pernah bilang begitu," jawab Fara datar.

Neza mengangkat wajahnya ke atas sambil tertawa. "Oh... begitu? Jadi apa yang lo katakan pada Om Irul sampai Om Irul memperlakukan anak sematawayangnya seperti itu? Hah...!" teriak Neza pada Fara.

"Kalau begitu, tanya saja sendiri ke Om Irul," jawab Fara malas sambil beranjak pergi namun tangan Fara ditarik oleh Neza dan didorong ke arah tembok sambil tetap memegangi kedua tangan Fara.

"Lo itu bener-bener cupu ya? Lo ngelibatin orang tua dalam masalah anak SMA? Dasar cemen lo...! "

Fara masih dalam keadaan terkunci.Dia tersenyum kecil. "Rekaman CCTV...," Fara mulai menjelaskan sedangkan Neza cukup cerdas untuk mengetahui maksud ucapan Fara. Dia terbelalak tidak percaya.

"Hasil visum akibat penganiayaan, DNA darah yang ada di paku karatan yang telah merobek lenganku bahkan sidik jari lo!. Semuanya ada padaku. Oh... iya, aku harap kamu tidak lupa kalau Reyhan juga ada disana sebagai saksi."

Neza mulai gemetar mendengar penjelasan Fara dan tangannya pun mulai goyah sampai dia melepaskan tangan Fara. Neza tidak dapat bicara sepatah kata pun.

Fara terlepas dari genggaman Neza. Dia melihat ekspresi Neza yang ketakutan dengan tubuh yang mematung. Fara tersenyum sinis dan mulai melangkah meninggalkan Neza namun di beberapa langkah awalnya, Fara mendengar suara Neza.

"Lalu, apa hukuman gue?" tanya Neza lirih tak berdaya.

Fara berhenti dalam langkahnya. Dia tersenyum lalu berbalik dan melangkah mendekati Neza.

"Kamu harus belajar lebih giat untuk mengalahkanku, kamu harus menyiapkan alasan kekalahanmu pada orang tuamu dan kamu harus melupakan kesempatan untuk bersama Reyhan, karena hari ini aku bisa pastikan, semester ini, aku akan merebut posisi nomer 2 dari kamu."

Neza menatap Fara, dia masih tidak percaya. Siswi baru cupu dan pendiam itu ternyata berbeda dengan penampilannya. Dia lebih cerdas dari yang ia kira. Dia telah memutuskan hukuman untuknya layaknya seorang hakim di pengadilan. Membuatnya tak berdaya dengan bukti-bukti yang ada. Bahkan sekarang Neza merasa 'nasibnya' ada di tangan Fara.

Tapi apa yang baru saja Fara katakan? 'menyiapkan alasan kekalahan pada orang tua?' Bahkan membayangkan kalau rangkingnya merosot saja Neza tidak mampu karena orang tuanya pasti akan memarahinya habis-habisan. Dia tidak bisa menghadapi orang tuanya. Tapi apa bisa dikata? Pada kenyataannya, sejak Fara hadir dalam kelasnya, nilai Neza selalu kalah dengan Fara. Neza harus mengakui kehebatan Fara dalam hal akademik.

Reyhan? Apa Neza harus melupakan Reyhan yang telah menjadi candunya sejak masih duduk di bangku SMP? Apa Fara benar-benar akan menghilangkan harapan dan kesempatan itu?

Fara membalas tatapan Neza lalu berbalik membelakanginya untuk meninggalkannya tapi tangan Neza kembali memegangi tangan Fara. "Fara tolong-," sebelum Neza melanjutkan permintaannya itu, Fara sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Dia membalik tangan Neza dan mendorong Neza sampai ke tembok dengan tetap memegangi kedua tangan Neza. Kali ini Fara lah yang mengunci posisi Neza. Mengunci keadaannya dan mengunci tubuhnya. Fara menatap tajam Neza dengan penuh kebencian.

My Nerd Girl (DIJADIKAN SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang