"Selamat pagi, Pak Kris..." sepanjang langkah dihela, sapaan tidak hentinya berdatangan.

Alena memasang telinga, saat jarak kian terkikis. Ia mulai yakin, matanya minus karena wajahnya belum terlalu kelihatan jelas.

Dan... Uh, Kris ya? CEO perusahaan ini bukan sih?

Lelaki tinggi itu semakin mendekat ke arahnya. Alena pun mulai menegakkan tubuh, bersiap menyapa seperti semua orang. Tapi, saat ia perhatikan lagi...

Tunggu, sepertinya ia pernah melihatnya? Dahi Alena
mulai berkerut dalam mengingat-ingat. Dan yes, sialnya ingatan segera menerjang keras saat gurat luar biasa tampan bak dewa itu menghiasi pandangan. Astaga... si songong malam itu. Kris ... apa ya? Ia lupa nama manusia ini. Yang pasti, dia kekasih Michel Evania. Ya Tuhan, ya ampun, astaga... Kris... Kris...

Melongo, ia tahu mungkin sekarang ia tampak seperti orang bego. Ia membelalakan mata saat menyadari bahwa dia adalah lelaki yang dilihat tempo hari di depan restoran mewah malam itu. Kekasih Michel Evania, seorang model cantik dan terkenal. Astaga naga...

Dia berdiri tepat di depan Alena. Parfum mahalnya yang menguar harum mengisi indra penciuman.
Alena menatapnya, bengong. Begitu pun juga dengannya yang tengah menatapnya, meski datar dan... entah. Ia tidak yakin.

Untuk beberapa detik, maaf, namaku siapa ya? Lupa! Sumpah, dia sangat taampaaaan...

Hidungnya mancung, bibirnya merah, alisnya tebal dan hitam, wajahnya jangan ditanya lagi, licin seperti artis Korea. Nyamuk kepeleset, buset dah... bisa dipakai buat ice-skating saking licinnya.

Alena memerhatikan dalam ketersimaan dari dekat sosok Kris seraya mengamati gelagatnya. Sepertinya, bosnya tidak ingat dengan wajahnya. Matanya yang semula balas menatap, kini telah beralih secara apatis ke depan pintu lift. Syukurlah...

"Eheem!" wanita seksi di belakangnya— yang kemungkinan sekretarisnya— menginterupsi dan menyadarkan Alena yang sempat membeku. Dia berdeham cukup nyaring. Wanita itu melihat Alena tajam, komat-kamit seperti ingin mengatakan sesuatu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Entah apa yang coba ia sampaikan—Alena tidak begitu mengerti dan ia tidak peduli.

Ting.

Lift pun terbuka di depan ketiganya. Lelaki bernama Kris itu melangkahkan kaki panjangnya ke dalam lift diikuti sekretarisnya. Tapi sebelum masuk, sekretaris itu berhenti di samping Alena dan berbisik, "Kamu seharusnya menyapa Bosmu, bodoh!" kemudian berlalu masuk ke dalam lift dengan tatapan sinisnya. Sedang lelaki itu, masih menatap dirinya sama datar sebelum kedua dari mereka hilang dari pandangan.

Perfect! Pagi-pagi, ia sudah bersikap konyol dan kurang ajar pada atasan dari atasannya atasan nan lebih atasan lagi. Pantas saja dia menatap Alena secara jengkel dan ... aneh? Ia baru saja bertemu dengan CEO Global Corp Group dan bersikap bego di hadapannya! Ampun dahh...

Kris ... Kris...

Lelaki itu pemilik grup perusahaan besar properti ini! Bisa sebentar saja waktu diputar? Oh Tuhan, seharusnya ia membungkukkan tubuh dan menyapa kedatangannya. Bukan malah ternganga bodoh karena terpesona.

***
"Aduh... Bego, bego!"  tidak hentinya Alena merutuki diri sendiri mengingat kelancangannya pagi tadi sambil membenturkan pelan kepala pada meja.

"Kenapa, Len? Pagi-pagi udah berisik aja," tegur Vika. Dia menarik kursi dan ikut duduk.

Vika adalah teman sesama OG, dia tiga tahun lebih tua dari Alena. Wanita ini bener-benar baik dan ramah. Dia juga teman satu-satunya yang cukup dekat dengan Alena seminggu ini. Ada banyak sekali OB dan OG di perusahaan besar ini sekitar 20 sampai 30 orang, tapi ia hanya dekat dengannya.

My Cute Office GirlWhere stories live. Discover now