"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam warahmatullah" ucapku dan Anggie berbarengan.

🌸🌸🌸🌸

RERE POVS

Aku melangkah keluar dari gedung pernikahan mas Ryan dan Anggie.
Tidak sanggup rasanya aku jika harus berlama-lama memandang mereka.

Sakit ? Tentu saja luar biasa.
Ikhlas ? Aku mencoba.

Melihat Anggie bermanja-manja dengan suamiku.

Tidak, aku tidak boleh selemah ini.
Aku tidak boleh menangis lagi.
Aku harus ikhlas.
Ini untuk kebaikan mereka berdua.

Lagi pula tugasku saat ini hanya perlu untuk fokus pada bayiku dan juga perceraianku dengan mas Ryan.

Aku menghela nafas panjang.
Sebuah mobil menghampiriku.

"Ree..." panggil seseorang saat kaca mobil dibuka.

"Hammas" ucapku terkejut.

"Kamu sedang apa disini ?" Tanya hammas.

"Aku lagi nunggu taxi lewat mas"

"Yaudah bareng aku aja yuk re" ajak hammas.

Aku berfikir sejenak.

"baiklah" aku menyetujui ajakan Hammas.

Aku masuk kedalam mobil hammas.

"Kita makan siang dulu ya ?" ajak hammas.

"Iya mas" ucapku menyetujui.

Hammas memacu mobilnya, aku hanya diam sepanjang perjalanan sembari menatap pemandangan diluar kaca mobil.

Hammas berhenti di sebuah restoran beraksen belanda.
Colonial Resto Selat Makasar

"Ayo re turun"

Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah hammas.
Kami duduk disebuah meja.
Seorang waitress datang sembari membawa buku menu.

"Saya pesen satu ikan bakar ya mas dan satu lemon tea" ucap hammas.

"Baik mas"

"Kamu pesan apa re ?" Tanya hammas.

Aku yang sedari tadi melamun langsung terkejut dengan pertanyaan hammas.

"Eeemmm sama kayak kamu aja mas" ucapku tergagap.

"yaudah mas lemon tea 2 ikan bakarnya 2 ya" ucap Hammas.

"baik pak mohon ditunggu terlebih dahulu" waitress itu kemudian pergi.

"Kamu kenapa re kok ngelamun terus sedari tadi ?" tanya Hammas kepadaku.

"Aku gakpapa kok mas" dustaku.

"Udah kamu gak perlu bohong keliatan banget kok kamu lagi ada apa-apa" 

Aku diam sesaat.

"Mas Ryan mas" ucapku lirih.

"Ada apa dengan suami mu ?" tanyanya.

"Dia sudah bukan lagi suamiku tapi dia sudah menjadi suami ku juga suami Anggie" Tangisku hampir pecah, tapi aku telah berjanji untuk tidak menangis terus-menerus.

"Hah, maksudmu tadi itu pernikahan suamimu dan sahabatmu ?" mata Hammas nampak membulat seketika.

"Iya mas itu tadi pernikahan Anggie dan Mas Ryan"

Hammas nampak diam termenung.
Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.

Kami memilih saling diam sampai akhirnya seorang pelayan datang memecahkan keheningan diantara kami.

"Pak bu, ini pesanannya" ucap si pelayan.

"Makasih ya mbak" ucap hammas sembari tersenyum.

Tiba-tiba Hammas menatapku.

"Re, sudahlah tidak usah lagi memikirkan lelaki seperti dia" ucap Hammas.

"Aku mencoba mas, aku coba sekeras mungkin" ucapku lirih.

"Tapi kamu tetap memikirkan dia kan ? kasihani dirimu, perasaanmu, juga anakmu re"

Air mataku jatuh.
Kenapa aku bisa tetap mencintai lelaki sejahat dia.
Setelah semua yang dia lakukan.

"Sudah jangan menangis lagi aku tau ini berat, aku tau kamu sangat mencintai dia"

Aku diam.

"Tapi aku janji aku akan berusaha buat kamu bahagia lagi tidak perduli sesulit apapun itu"

Aku menatap Hammas.

"Tapi berjanjilah mulai sekarang belajarlah untuk mengikhlaskan semuanya agar kamu gak semakin terluka" pintanya.

Mataku terasa sembab rasanya air mataku ingin terjatuh lagi.

"Kenapa kamu begitu perduli sama aku mas ?" Tanyaku padanya.

Dia diam sembari menatap pekarangan restaurant.

Sedetik kemudian ku lihat Hammas tersenyum tipis.

"Karena kamu adalah wanita yang tidak pantas untuk terus menerus disakiti re" Hammas tersenyum kepadaku.

Dan seketika hatiku terasa menghangat dengan ucapannya.

🍃🍃🍃BERSAMBUNG🍃🍃🍃

ALLAH, AKU, DAN KAMU Donde viven las historias. Descúbrelo ahora