39. Penjelasan Valeandra

30.3K 2.2K 150
                                    

"Oh, itu bagus," sahutku sedikit kaku.

Rian tersenyum tipis, lalu mengusap pipiku. "Aku merasa bersalah padanya."

Aku menggeleng. "Itu bukan salahmu. Kau hilang ingatan karena kecelakaan, bukan karena kau mau," ujarku.

Rian mengangguk. Lalu, kedua mata cokelatnya memandangku lurus.

"Kau kembali mencintainya, ya?" tanyaku ragu.

Rian menunduk beberapa saat, kemudian mendongak, lalu menggeleng.

"Tidak ada perasaan apapun yang tersisa untuknya. Aku sudah terlalu mencintaimu," jawab Rian sambil mengedik bahu.

Tanpa sadar aku menghela napas lega.

Rian mengangkat tangannya, lalu mengacak rambutku pelan. "Sudah, keluarlah. Papamu sudah menunggu diluar, daritadi dia terus melihat kearah sini."

Aku terkekeh dan ikut melirik keluar kaca mobil. Papa memang masih disana, bersedekap dada dan memandang lurus-lurus kearah mobil.

"Kau tidak mau singgah dulu?" tanyaku.

Rian menggeleng. "Tidak, sudah malam."

"Okay," sahutku.

Rian melepaskan tangannya dari kepalaku. Mencium keningku sesaat, lalu tersenyum lebar.

"Aku mencintaimu."

Aku terdiam sejenak dan akhirnya memaksa senyum hadir diwajahku.

"Aku juga mencintamu," sahutku.

Rian memelukku. "Terima kasih."

===>>><<<===

"Kak Nesha!"

Aku menghentikan langkahku, kemudian berbalik mencari asal suara yang memanggilku.

Tidak jauh dari tempatku berdiri, terlihat Valeandra tengah melambaikan tangan kanannya padaku, sedang tangan kirinya memegang tali tas selempangnya.

Dia berlari kecil menghampiriku.

"Kak, ikut aku sebentar," ujar Valeandra.

Aku menggeleng. "Tidak bisa, Dra. Aku harus pergi ke gedung pernikahanku untuk melihat bagaimana dekorasi, apa sudah selesai atau masih banyak yang kurang."

Aku tidak berbohong, memang hari ini adalah jadwal aku pergi ke gedung pernikahanku. WO yang meminta aku pergi kesana agar pada hari pernikahanku nanti aku tidak kecewa dengan hasil dekorasi mereka.

"Aku mohon sebentar saja," ujar Valeandra menatapku dengan kedua mata hitam pekatnya yang persis seperti milik Abvale.

Aku kembali menggeleng. "Tidak bisa," jawabku.

Lagipula, aku juga takut kalau ikut dengan Valeandra, dia akan memintaku untuk kembali pada kakaknya.

Valeandra menarik napasnya, lalu melepas tanganku. "Ini penting, Kak. Ini demi kak Abvale."

Aku terdiam sejenak. "Baiklah, tapi hanya sebentar."

Valeandra mengangguk cepat dan kembali menggenggam tanganku, membawaku masuk kedalam mobil silver milik keluarga Revano.

Dalam perjalanan Valeandra sibuk dengan ponselnya. Dan aku juga tidak mencoba melakukan interaksi apapun.

Aku sudah mengabari Rian kalau aku pergi sebentar bersama Valeandra dan dia menyutujuinya serta bilang jika sudah selesai dia akan menjemputku.

Awalnya, aku ragu untuk memberitahu Rian kalau aku sedang keluar bersama adik Abvale. Aku takut kalau dia mengira macam-macam, tapi aku tidak mau berbohong. Jadi, aku tetap mengatakan padanya dan ternyata dia tidak masalah.

My Possessive FianceOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz