24. Manis

35.8K 2.6K 72
                                    

Pagi ini aku terbangun dengan kepalaku yang sakit luar biasa. Entah karena apa, aku juga tidak mengerti. Kemarin, seingatku, aku tidak makan macam-macam, mandi malampun tidak.

Setelah meminum satu kapsul obat pereda rasa sakit, aku memutuskan untuk tetap berangkat kerja. Hari ini jadwal ulangan untuk muridku. Aku tidak mau menunda lagi ujian mereka karena dari minggu lalu aku terus membatalkannya.

Hari ini juga, Abvale tidak bisa menjemputku jadi aku berangkat sendiri menggunakan taxi. Iya, biayanya lumayan, tidak masalah yang penting bisa sampai dengan selamat.

Aku tidak mungkin memilih bus, angkutan umum, bisa saja aku tidak dapat tempat duduk dan harus berdiri. Sedangkan sekarang, kepalaku masih terus berdentum-dentum menyakitkan. Kalau misalnya aku tiba-tiba jatuh pinsan didalam bus tidak ada yang bisa menjamin aku selamat. Memangnya, siapa yang mau peduli dengan seorang guru wanita yang tak sadarkan diri didalam bus? Tidak ada, semua orang pasti punya kesibukan masing-masing yang lebih penting.

Aku menghela napasku dalam-dalam. Menengguk air putihku sekali dan setelahnya meletakkan kembali botol minumku keatas meja.

Mataku bergerak kesana-kemari memerhatikan sekitar. Guru-guru sudah berjalan kekelas mereka, dan aku masih duduk berusaha menahan rasa perih dikepalaku.

"Kau tidak apa-apa?"

Jeslyn bertanya. Iya, dia guru yang waktu itu juga memberitahuku bahwa Rian datang menjemputku. Dia satu-satunya guru yang dekat dan kadang berbicara padaku. Guru lain kebanyakan tidak mau mengenalku lebih, mungkin karena mereka merasa tidak ada gunanya juga kalau berbicara denganku.

Aku menggeleng. Menarik kedua sudut bibirku keatas. "Aku tidak apa-apa," sahutku.

Jeslyn mengedik bahunya. "Kalau tidak kuat kau bisa ke uks. Beristirahatlah sebentar disana atau pulang," katanya. "Aku mau kekelasku dulu. Cepat sembuh," lanjutnya.

Aku mengangguk dan menatap punggungnya yang menjauh dan menghilang di balik pintu.

Tidak. Aku sudah sampai disekolah. Aku tidak mau pulang lagi. Menghabiskan uangku dengan naik taksi.

Aku berdiri dari kursiku. Menarik napasku dalam-dalam lagi. Dan mengambil 2 buku materiku. Memeluknya didepan dadaku. Kemudian, aku mulai melangkah.

Sialan. Sepertinya aku flu. Setiap kali kakiku menyentuh lantai, kepalaku malah semakin menjadi. Menyedihkan. Tapi aku tidak mau pulang. Aku terus melanjutkan jalanku kekelas. Semoga saja aku masih bisa bertahan.

===>>><<<===

Aku akan menjemputmu.

Klise. 3 kata itu berhasil membuatku lega luar biasa. Sebentar lagi jam belajar-mengajar akan berakhir. Sekitar 15 sampai 20 menit lagi. Dan Abvale mengirim pesan singkat padaku bahwa dia akan menjemputku.

Itu baik. Sangat baik.

Aku mulai merapikan barang-barangku. Menatap anak muridku satu persatu. Mereka terlihat kesusahan menjawab pertanyaan yang kuberikan. Mungkin, mereka tidak belajar atau mereka lupa bahwa hari ini aku memberikan mereka ulangan.

Sebenarnya, aku masih merasa tidak enak badan. Tapi, sekarang lebih baik dari tadi pagi. Sepertinya, obat yang kuminum sebelum berangkat sekolah sudah bekerja.

Aku mengetuk-ketukkan asal jemariku diatas meja. Menunggu hingga bel sekolah berbunyi dan menandakan aku bisa pulang.

Sungguh, terkadang aku merasa saat berada disekolah waktu berjalan begitu lambat.

Dan....

Kringggg kringgggg

Akhirnya, belnya berbunyi. Suara seperti lonceng sepeda, tetapi lebih besar dan menggema.

My Possessive FianceWhere stories live. Discover now