47|| Musim Semi yang Fana

1.6K 132 20
                                    

Hari-hari berlalu tiada titik untuk merenung.
Jenuh tak sekadar hanya diam dan mendesah.
Musim semi tak datang untuk berkunjung bulan ini.
Manakah dia hilang dalam periodik ini?

O Satya sejuta rasa.
Penuh hawa segar nan gelitik.
Kurindukan musim yang sehangat embun sore.
Dia pergi dalam bisu.
Tak maukah dia berjumpa temu?

Dalih kembali memang tak ada; hakikat sang jelma.
Hingga kini tak detik untuk merintis.
Demi engkau yang tak pulang berkelana.
Di mana sekarang engkau duhai musim?

Haruskah para pengembara bernyanyi tanpa daun gugur darimu?
Sesunyikah itu engkau,
Diam tanpa kabar.
Atau mungkin Fana sang musim durjana?

Ya! Mungkin kau ada. Tapi mungkin,
Kabut nakal tak bersua ingin memusuhi mu.
Kau takut pada sang abu nan kosong?
Sang pemberi berita bohong?

Janganlah takut kau, Musim!
Kami butuh kau; pengembara tujuh dunia.
Kemarilah, jangan merintih dibalik lingkaran bumi.
Muncullah, beri kami setitik sejuk dari panas.
Kami tahu, kau merindukan kami, bukan?

Mari, akan kuceritakan detik-detik kami tanpa kau di sana.
Sangatlah kosong dan bisu.
Hangat tak lagi merengkuh tubuh kami yang kering keronta.

Datanglah, kau musim Fana yang hilang karena Kabut.
Jangan di situ.
Jangan sembunyi dari masalah.
Jika kau masih ingin berkawan.

Sabtu, 09 Desember 2017

KLASIK √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang