41.

6.1K 211 29
                                    

Sebelum kalian baca, aku saranin sambil dengerin lagunya ya. Nanti pasti ngena banget😊
Selamat membaca😉
~~~~~~

Aku sudah lelah, lelah pikiran hati dan jiwa. Lelah karena sudah dikhianati, dibohongi. Aku lelah, kali ini izinkan aku tenang bersama dengan danau. Memahami bagaimana hidup yang tenang itu.

**
"Siscaaaa!!!" teriak kak Reza.

Aku tak mempedulikannya memanggil namaku, aku sudah muak dengan semua kebohongannya.

Aku hampir menyatu dengan danau, jika saja kak Reza tak menarikku.

"Lepasin!!! Lepasin gue! Lepasin!! Gue benci sama lo! Gue benci!" teriakku sambil meronta dipelukannya.

"Kamu gila apa! Kamu mau mati disini!"

"Iya! Gue mau mati! Apa urusannya sama lo hah? Apa! Pergi lo! Gue gak butuh lo disini!" bentakku padanya dan berusaha melepaskan pelukannya.

"Sadar! Sadar! Di dunia ini banyak yang sayang sama kamu, tapi kamu malah mau ninggalin mereka dengan cara gak wajar kayak gini. Kamu pikir mereka akan bahagia apa melihat kamu mati dengan cara yang gak wajar kayak gini!"

"Apa pentingnya buat lo dan mereka? gue mati kayak gimana, siapa lo! Berani-beraninya lo ngelarang larang gue."

"AKU ITU CALON SUAMI KAMU! Camkan itu baik-baik," ucapnya penuh penekanan pada pernyataan siapa dirinya.

"Calon suami? Hahahaha, calon suami mana yang lebih prioritasin mantannya sama calon istrinya? Calon suami mana yang balikan sama mantannya dibelakang calon istrinya? Calon suami mana yang belum jadi suami udah berani bohongin calon istrinya? Kayak begitu mau disebut calon suami? Itu gak lebih dari sekedar bajingan, bahkan lebih hina mungkin. Haha," tawaku penuh keperihan.

Seketika wajah kak Reza berubah, matanya seperti menerawang sesuatu yang jauh di sana.

"Please dengerin aku, setelah aku bicara kamu boleh sesukamu mau apa," pintanya dan melepaskan pelukannya.

Akupun memilih duduk di rerumputan merasakan bagaimana tetesan dari langit itu menusuk kulitku, setidaknya rasa itu tidak sesakit dibohongi orang yang kita cinta.

Kak Reza melangkahkan kakinya dan duduk di sampingku. Aku terdiam, menunggu apa yang akan dia katakan.

"Sebelumnya, aku minta maaf kalo aku udah sakiti kamu dengan sikap aku. Memang belakangan aku berhubungan dengan Rina, dia datang ketika kamu yang merupakan pacar aku atau lebih tepatnya calon istri aku gak peduli sama aku sebagai calon suami kamu. Waktu itu, saat aku nganterin kamu pulang habis terapi. Kamu berbeda, kamu diam dari biasanya bahkan sampai kamu marah tanpa alasan sama aku. Sebenernya aku gak paham kenapa kamu seperti itu, mulai dari situ kamu gak pernah peduli sama aku. Bahkan menghubungi aku juga enggak, dan Rina datang. Dia membawa perhatian, dia membawa kepedulian yang aku rindukan dari kamu. Meskipun dia datang sebelum kita ada masalah, tapi sebelum masalah itu aku selalu berusaha menolak perhatiannya karena aku tau bahwa sebentar lagi aku akan menjadi seorang kepala keluarga. Dimana tanggung jawab aku besar, dan aku akan berjanji untuk selalu setia. Namun, perubahan kamu itu membuat aku juga berubah sikap kepadanya. Ketika kamu gak ada, dia selalu ada buat aku. Jadi, saat dia membutuhkan aku, aku bakal berusaha ada buat dia. Saat kamu membutuhkan aku, aku lebih memprioritaskan dia yang butuh aku ketimbang kamu yang datang ketika kamu ada masalah aja. Tapi tadi, ketika Rina bilang dia adalah pacar aku. Itu salah besar, dan aku sadar itu menyakiti kamu. Jauh lebih lebih sakit daripada tak dipedulikan kamu, dan aku merasa itu gak imbang. Karena aku memberikan kamu rasa sakit yang jauh lebih sakit daripada yang kamu kasih ke aku, dan disitu aku sadar bahwa kamu gak akan pernah menyakiti aku dengan berhubungan dengan orang lain di belakangku. Tapi dengan teganya aku nyakitin kamu dengan cara berhubungan dengan mantan, aku minta maaf Sisca. Aku khilaf, aku terlalu emosi dan mengambil keputusan yang salah. Sekarang kamu bebas ambil keputusan," jelasnya.

Sedih, sedih mendengar kenyataan dia seperti itu karena sikapku padanya yang justru membuat ku menyakiti diriku sendiri.

"Kamu tau? Kenapa aku berubah seperti itu? Hahahaha gimana kamu mau tau kenapa aku berubah, cari tau aja enggak,"

"Aku merasa aku gak pernah melakukan kesalahan sebelumnya Sisca," elaknya.

"Kamu gak sadar? Kamu gak sadar apa kesalahan kamu? Mungkin itu bukan salah kamu, tapi salah Rina," ucapku.

"Rina? Apa hubungannya dengan dia?" tanya kak Reza heran.

-------------------------------------------------
Hay readers😊
Sebelumnya aku mau terima kasih sama kalian semua, karena selama aku belum update banyak banget yang nanyain kak kapan update atau bilang gak sabar nunggu kelanjutan cerita aku. Jujur, aku bahagia karena kalian kasih aku semangat buat nulis. Karena disitu aku merasa tulisan aku gak sia-sia karena ditunggu banyak orang yang gak sabar tau kelanjutan cerita aku. Aku terima kasih banyak sama kalian, karena apresiasi kalian sama cerita aku.
Tapi aku mohon maaf, jika selama update ini aku selalu lama atau kadang cepet. Itu tergantung dengan keadaan yang ada, kalo aku free aku usahain buat update banyak buat kalian. Tapi kalo aku sibuk, aku minta maaf buat kalian agak nunggu lebih sedikit lama ya. Seperti sekarang ini aku barusan selesai UAS, dan aku baru bisa update.
Terimakasih semuanya, dan maaf membuat kalian menunggu😊
Salam kecup dari aku😘

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiWhere stories live. Discover now