14.

8.2K 296 1
                                    

-Sisca POV-

Mentari telah mengeluarkan sinarnya pertanda hari sudah mulai pagi, dan akupun harus terbangun dari mimpi indahku. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku, tapi aku teringat sesuatu.

"Aku kan gak bawa baju, apalagi daleman ya kali gak ganti. " batinku.

Mataku menyisir ruangan ini dan menemukan sebuah lemari siapa tau disana ada baju, kakiku melangkah mendekati lemari itu dan tanganku membuka perlahan pintu lemari itu.

Dugaanku benar disana terdapat berbagai baju perempuan, dan aku melihat ada daleman wanita juga. Otakku langsung berfikir yang tidak - tidak namun aku langsung menepisnya, ku ambil kaos serta celana jeans pendek yang dipastikan akan memamerkan pahaku yang mulus. Serta sepasang daleman, anehnya semua seukuran denganku dan semua masih baru. Tanpa berfikir panjang aku langsung mandi meskipun banyak pertanyaan yang berputar di otakku, mungkin akan kutanyakan pada kak Reza nanti.

Selesai mandi aku langsung keluar kamar untuk mencari sarapan, sampai di meja makan aku melihat wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Selamat pagi nona, silahkan duduk dan menyantap hidangan sederhana ini. " kata wanita itu.

Sederhana katanya? Di atas meja ini terdapat banyak sekali makanan, bukan sederhana mah ini namanya. Aku menyisir dapur dari villa ini dan tak mendapati kak Reza dimanapun.

"Bi, kak Rezanya mana ya?. " tanyaku pada wanita paruh baya itu.

"Jangan panggil saya bi non panggil saya mbok Ijah saja, dan den Reza belum bangun sepertinya den Reza kelelahan karena perjalanan Jakarta sini non. Saya tidak tega membangunkannya. " kata wanita itu dengan jelas lalu menarikkan kursi  dan mempersilahkan aku duduk.

"Sudah mbok jangan repot begitu saya jadi gak enak biar saya sendiri, dan kamarnya kak Reza dimana? Biar saya yang bangunin, sekalian ngerjain dikit lah hehe. " kataku dengan sarkatis karena aku memiliki ide cemerlang untuk membangunkan kak Reza.

"Tidak usah non biar mbok Ijah saja yang bangunkan. " kata mbok Ijah.

"Gak papa kok mbok biar Sisca yang bangunin, kasian mbok Ijah capek. " kataku memasang wajah tersenyum lebar pertanda ada yang tidak beres denganku.

"Baik non, kamar den Reza ada disebelah kamar non Sisca. " kata mbok Ijah menunjuk kamar disebelah kamarku tidur semalam.

"Baik mbok Ijah, dan panggil Sisca jangan pake non ya mbok. Kesannya kayak Sisca itu majikan mbok Ijah padahal Sisca bukan apa apa, Sisca lebih nyaman di panggil Sisca gak pake non. " kataku menjelaskan pada mbok Ijah.

Sejujurnya di rumah aku juga ingin menerapkan seperti itu, namun semua asisten rumah tangga di rumahku ngeyel dan kekeh tetap memanggilku menungganakan embel - embel non. Katanya takut dimarahin sama mama dan papa, padahal menurutku itu tidak papa. Tapi apa boleh buat.

"Baik non Sisca ehh Sisca. " kata mbok Ijah.

"Ya udah Sisca ke atas ya mbok mau bangunin kak Reza. " kataku dibalas anggukan oleh mbok Ijah.

Aku langsung melangkah menuju kamar kak Reza, aku sengaja tidak mengetuk kamar itu dan langsung masuk untungnya kamar kak Reza tidak di kunci. Aku membuka perlahan pintu kamar ini dan langsung menyisir kamar ini mencari kak Reza, dan tepat aku langsung melihat sosok laki laki yang masih tidur dengan wajah tenang nan tampan itu.

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiWhere stories live. Discover now