30.

6.9K 234 25
                                    

Aku tersenyum lalu kak Reza memelukku.

****
2 jam berlalu, akhirnya operasi Reina berjalan dengan lancar. Kami semua lega melihat Reina kembali lagi, sekarang Reina masih tak sadarkan diri akibat obat bius.

"Sisca." Panggil papah.

"Iya pah?"

"Makasih ya sayang, karena kamu Reina mau operasi. Kamu semangat baru bagi Reina. Sejak dulu Reina mendambakan seorang kakak perempuan, yang bisa dia ajak cerita, belanja, atau apapun hal yang menyangkut wanita. Dulu memang ada orang yang berada di posisi kamu, kami mengharapkan lebih pada orang itu. Tapi, dia pergi. Itu hal yang berat bagi kami ketika kami tau dia pergi. Penyemangat Reina pergi, semangat hidupnya pun pergi bersama orang itu. Semenjak kamu masuk dalam kehidupan kami, entah apa yang membuat Reina menyayangi kamu melebihi kami keluarganya sendiri. Dan hanya kamu yang bisa membuat Reina operasi, berkat kamu Reina kami sembuh. Jangan pergi seperti orang itu ya nak, papah sayang kamu." Ucap papah lalu memeluk ku.

"Sama sama papah, itu semua bukan berkat Sisca itu berkat Tuhan. Karena Tuhanlah yang membuat Reina mau operasi, Sisca disini hanya sebagai perantaranya aja. Jadi papah terimakasih sama Tuhan." Ucapku membalas pelukan papah.

Satu hal yang ada dibenak ku, apakah wanita yang dimaksud papah barusan adalah Rina? Mantan kekasih kak Reza yang pergi.

"Pah, apa Sisca boleh tanya?"

"Boleh sayang."

"Apa wanita yang papah maksud sebagai penyemangat Reina dulu adalah Rina? Mantan kak Reza?"

Awalnya ekspresi papah berubah menjadi datar dan dingin. Namun beberapa saat kemudian wajahnya kembali lembut dan hangat.

Papah mengangguk, hati ini sesak.

Aku tersenyum.

"Rina itu spesial sekali ya pah." Ucapku miris.

"Dia masa lalu sayang, dia adalah catatan yang rusak di masa lalu. Seharusnya dia tak pernah hadir di hidup Reza, dia merupakan kesalahan. Seharusnya dari dulu kamu yang menjadi orang pertama dan terakhir Reza."

Aku merasakan hangat mendengar ucapan papah.

"Sudah sudah, sekarang kita makan ya. Ini barusan bibi membawakan makanan untuk kita." Ucap mamah.

Aku dan papah mengangguk, tidak dengan kak Reza.

"Reza izin ke luar dulu ya mah pah, mau telfon bentar."

Mamah dan papah mengangguk.

"Aku keluar dulu ya sayang." Ucap kak Reza lalu mengecup keningku.

Aku hanya tersenyum. Setelah itu kak Reza melangkah keluar.

Hati ini berbicara untuk mengikuti kak Reza, namun jiwa ini menolak. Dan akhirnya hati yang menang.

"Pah, mah Sisca izin ke kantin dulu ya mau beli sesuatu."

"Iya hati hati sayang." Ucap mamah.

Aku langsung melangkahkan kakiku keluar, mengikuti kak Reza secara perlahan.

Ternyata kak Reza menuju taman rumah sakit. Dia duduk disalah satu bangku taman tersebut, perlahan dia mengeluarkan secarik kertas dari dompetnya. Itu seperti kartu nama yang diberikan perempuan tadi, namun otak ini masih berfikir positif mungkin itu kartu nama yang berbeda.

Kak Reza lalu mengeluarkan ponsel dan mengetikkan nomer telfon, lalu mendial.

Ekspresi yang dikeluarkan kak Reza awalnya datar, namun setelah beberapa saat terkejut. Setelah itu santai sekali.

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiWhere stories live. Discover now