31.

7.8K 214 45
                                    

"Ini adalah wanita tadi, jadi wanita tadi adalah Rina. Hatiku sakit Tuhan, wanita itu kembali. Dan apakah barusan kak Reza menelfon wanita ini?" Batinku.

**
"Apa kamu akan kembali sama dia?" Tanyaku.

"Maksud kamu?" Tanya kak Reza bingung.

"Kalau dia kembali apa kamu akan kembali juga bersamanya? Menjalin hubungan yang pernah rusak?" Tanyaku.

"Karena dia kembali kak." Batinku.

"Enggak." Jawabnya dingin.

"Kenapa? Dia sudah berarti banget buat keluarga kamu, seharusnya dulu kamu berjuang buat dapetin hati dia karena Reina dan keluarga kamu. Kenapa kami lepasin? Hm? Dia berarti banget buat kalian, apalagi kalian sudah pernah ciuman bukan? Seharusnya itu bukan menjadi ciuman pertama dan terakhir kalian. Harusnya kamu berjuang, untuk wanita yang berarti." Ucapku sendu.

Kak Reza menangkap kesedihanku melalui kalimat yang aku lontarkan barusan. Dia langsung menangkup wajahku, sorot matanya lurus menatapku tajam.

"Hei... Hei.. dengerin aku sayang, dia adalah masa lalu aku. Dia bukan siapa siapa lagi sekarang, bahkan aku tak tau dimana dia sekarang. Aku tak perduli, karena sekarang hanya kamu dan kamu. Kamu yang seharusnya aku perjuangkan, karena kamu yang lebih berarti dari hidup aku. Kamu yang jauh lebih baik dari dia."

"Kamu bohong! Kamu tau dimana dia, kenapa kamu harus berbohong? Itu jauh lebih menyakitiku." Batinku.

"Dan satu lagi, aku benci ciuman itu. Meskipun itu ciuman pertamaku, tak ada artinya lagi. Dan itu diawali oleh dia, bukan aku. Kamu yang sepantasnya mendapatkannya, ciuman pertama ini dan akan berakhir di kamu. Tak akan ada yang lain." Ucapnya.

Kak Reza mendekatkan wajahnya ke wajahku, semakin dekat hingga hidung kami bersentuhan. Aku menutup mataku.

Aku merasakan bibir lembut itu menyentuh bibirku.

Nikmat.

Ya, bibirnya sangat nikmat dan aku benar benar tak ingin melepaskan ini. Dia melepaskan bibirnya dari bibirku, menatapku yang tak tau apa arti dari tatapan itu.

"Kamu adalah orang yang spesial Sisca, aku mohon jangan pernah pergi dari hidup aku. Jangan buat aku hancur untuk kedua kalinya, biarkan aku merasakan bahagia bersamamu. Dan see? Sekarang kamu adalah wanita pertama yang aku cium meskipun bukan wanita pertama yang pernah mengisi hatiku. Tapi kamu spesial, dan selamanya akan tetap sama." Ucapnya.

Aku merasakan pipiku panas, dan aku yakin sekarang wajahku semerah tomat.

Kak Reza kembali mendekatkan wajahnya, aku gugup dan menutup kembali mataku.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Tidak ada apapun yang terjadi, aku memberanikan membuka mata.

"Hahahaha, ngarep dicium lagi ya? Kita lanjut ditempat lain next time ya, gak enak ini rumah sakit." Bisiknya di telingaku.

"Huh!!! Nyebelin." Aku memukul mukul lengannya.

"Hahahaha." Tawanya keras membuatku dongkol.

"Udah-udah, ini pipi bakpaonya lucu banget sih warna berubah jadi merah." Ucapnya mencubit kedua pipiku.

"Itu juga karena kamu tau!" Ucapku lalu menjulurkan lidah.

"Foto yuk?" Ajaknya.

"Boleh."

"Kita minta tolong siapa ya."

Mataku menangkap sosok yang aku kenal, itu seperti kak Adit. Dan benar kak Adit, lalu aku memanggilnya.

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiWhere stories live. Discover now