Chapter 23 - Worried

600 22 12
                                    

#AaronPOV#

Aaron hendak menuju perpustakaan untuk mengerjakan beberapa tugas. Persetan memang teman teman sekelompoknya tak ada yang mau membantu di saat seperti ini!

Aku kan malas

Maksud Aaron malas mengerjakannya sendirian. Aaron berjalan perlahan menuju perpustakaan itu. Dan lagi ia harus memikirkan kata kata yang tepat yang harus dirangkai untuk menghadapi penjaga perpustakaan yang notabene seorang emak emak. Ini karena buku yang terakhir aku pinjam diludahi oleh Milo, anjing golden kesayangannya sehingga ia tak dapat mengembalikannya.

Aaron melihat kerumunan orang di depannya. Kenapa ramai sekali ya?

"Ada apa sih kok rame banget?"

Ia berlari kecil menuju kerumunan itu. Aaron tidak jadi ke perpustakaan. Mungkin disana ada pembagian sembako atau semacamnya sehingga orang orang berkumpul seperti itu.

Aaron berusaha menembus beberapa lapis manusia di kerumunan itu. Sungguh jika aku ada disini 2 jam lagi aku akan mati. Entah karena mati kehabisan nafas atau terinjak injak.

Untungnya postur badan Aaron yang cukup tinggi mendukungnya untuk melihat apa yang sedang dikerumuni orang orang ini. Aaron melihat sahabatnya, Marco sedang memangku gadis di hadapannya yang pingsan. Dia cantik.

"Loh Charlotte?!"

"Awas kalian semua!"

Terlihat orang orang mulai menyingkir dan menatapku aneh. Persetan dengan semua itu. Yang harus kulakukan adalah memberi pertolongan pertama padanya secepat mungkin.

"Marco! Apa yang kau lakukan dengan Charlotte? Demi Tuhan kenapa kau tak membawanya ke UKS?!" Aaron meneriakki Marco tepat di telinga nya.

"Hei bodoh lihat ini!" kata Marco kesal dengan nada yang cukup tinggi.

Aaron melihat tangan kiri Marco. Astaga aku hampir lupa kalau beberapa hari yang lalu Marco mengendarai motor dan didepannya tiba tiba lewat sekumpulan bebek sawah.

 Astaga aku hampir lupa kalau beberapa hari yang lalu Marco mengendarai motor dan didepannya tiba tiba lewat sekumpulan bebek sawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: bebek sawah

Dengan sangat terpaksa

BRUK

Marco membanting stir ke arah kanan yang langsung menuju sawah. Marco mendarat tanpa halangan di bebatuan dan lumpur sawah yang becek. Sayang sekali tangannya patah dan ia berakhir menggunakan gips selama 2 bulan. Tanpa basa basi aku menggendong Charlotte ala bridal style.

"Bisakah kalian semua minggir?"

Mereka terlihat segan dan Marco mengikuti ku dari belakang.

"Tolol."

-----

Note: ruang UKS sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: ruang UKS sekolah

"Char bangun Char.. sadar sayang.." Aaron tak sengaja mengucapkan kata kata itu di hadapannya.

Aaron lupa kalau Marco masih ada di sini.

"Sayang?" tanya Marco.

"Ehh maksud ku kalau dia tidak sadar kan orang orang yang sayang sama dia nanti jadi sedih." Aaron dengan cepat meralatnya.

Marco hanya membulatkan bibirnya menjadi huruf O. Untung saja otak Aaron masih bisa berfikir dengan cepat meskipun hatinya sangat kacau melihat sahabatnya sendiri dengan keadaan seperti ini.

Aaron terus menggenggam tangan Charlotte. Memandangi wajah blasterannya yang begitu cantik. Charlotte harus tau betapa khawatirnya Aaron saat ini. Meskipun dia tak pernah memperhatikan ku tapi aku selalu mengawasinya dari jauh. Bahkan aku ada di sore ketika Jayden dan Charlotte pulang bersama.

Tak terasa airmata Aaron menetes. Kalau Tuhan mengijinkan, tak apa aku yang harus menanggung bebannya dan berada di posisinya saat ini. Aaron menunggu sepersekian menit sampai dokter UKS datang. Marco juga setia mendampingi sambil duduk duduk saja seperti orang lanjut usia.

"Selamat siang anak anak." terdengar suara di belakang mereka.

Aaron membalikkan badan. Ternyata dokter Sarah sudah datang. Begitu namanya ketika Aaron melihat name tag di jas putihnya.

"Iya dok selamat siang ini teman kami pingsan tadi." kata Aaron dengan raut cemas.

"Aku yang menemukannya." sambung Marco dengan senyum bangganya.

"Ayolah idiot kau tidak akan diberi gelar bangsawan hanya karena menemukan orang pingsan di tengah jalan." gumam Aaron sambil memutar bola matanya.

"Baik baik sekarang saya akan periksa dulu keadaan Charlotte."

Kami mundur beberapa langkah mempersilahkan dokter itu mengambil stetoskopnya dan mendekati Charlotte.

Tapi gerakan dokter itu terhenti.

"Kenapa?" tanya Aaron polos.

"Maksud ku kalian keluar dulu. Aku ingin memeriksa dia. Kalian para pria tidak boleh ada di sini." Sarah tersenyum manis.

"Tapi dok.." potong Aaron.

"Saya bilang keluar." tegas dokter Sarah.

Sekarang tatapannya menjadi dingin sehingga Aaron dan Marco terpaksa keluar agar tidak menjadi korban jarum suntiknya. Dari dulu Aaron memang paling tidak suka dokter dan terutama benda runcing yang ditakuti semua umat di muka bumi yang selalu para dokter bawa.

Sudah sepuluh menit lebih Aaron mondar mandir di depan ruang UKS. Ia tak bisa tenang melihat keadaan Charlotte seperti tadi. Dan Marco hanya menatapku seperti orang bodoh.

"Bisakah kau berhenti mondar mandir di hadapanku Aaron? Kau sudah seperti vacuum cleaner yang suka dipakai oleh pelayan di rumahku." kata Marco sambil menaikkan kaki kiri keatas kaki kanannya.

Aaron mendengus kesal. Dia benar benar tidak tahu situasi. Aaron akan menjadikannya pakan bebek sawah setelah ini jika Aaron tak mengingat kondisi Charlotte sekarang yang membuatnya tak bisa berfikir dengan jernih. Jadi Aaron memutuskan untuk mengabaikannya dan kembali mondar mandir seperti vacuum cleaner.

KREK

Suara pintu UKS pun terbuka. Terlihat dokter Sarah sudah melepas masker hijaunya. Aaron segera menghambur ke arahnya.

"Dok bagaimana keadaannya? Apa dia baik baik saja?" tanya Aaron bertubi tubi.

"Sabar Ron!" Marco menepuk punggungnya dari belakang.

Namun Aaron tak menggubrisnya. Yang sekarang ia butuhkan hanyalah jawaban dari dokter Sarah.

"Dia kurang baik dan harus segera dipulangkan ke rumahnya. Selain itu mungkin dia harus memeriksa trombositnya karena setelah kuperiksa barusan jumlahnya kurang dari 150 ribu/microliter."

Senyumku langsung surut mendengar perkataan dokter sialan itu. Pasti dia salah memeriksa!

"Apa? Tidak mungkin!" teriak Aaron keras.

"Terserah kalian mau percaya atau tidak. Sekarang bawalah dia pulang. Aku harus kembali bertugas." kata dokter Sarah.

"Selamat siang." lanjutnya.

Aku segera mengeluarkan handphone ku dan menekan beberapa tombol.

"Dia pingsan."

------------------------------------------------------

Please vote and comment :)
Happy reading all💗

xoxo

 Bad Boy's AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang