Chapter 22 - Ugh

617 28 9
                                    

Ini sudah hari keenam sejak pertama Candace dan Annelise menyuruh Charlotte menjadi pembantu mereka.

"Oke sabar Charlotte hanya tinggal satu hari dan kau akan menenggelamkan mereka di sungai." kata Charlotte menenangkan hatinya.

Ia berusaha menekan egonya untuk bolos hari ini walaupun ia sudah demam selama 6 hari sejak hari dia dihukum. Dan semakin lama semakin parah karena selain pelajaran dan tugas tugasnya yang menumpuk, Charlotte kelelahan karena Candace dan Annelise terus menerus menyuruhnya ini dan itu bahkan kemarin Candace meminta Charlotte pergi ke rumahnya untuk membawakan makanan cepat saji pada pukul 2 pagi karena Candace lapar.

Bayangkan! Pukul dua pagi! Apa dia sebabi itu atau mungkin dia memiliki empat lambung seperti Edwina sehingga tidak bisa menahan hasrat laparnya dan menunggu hanya sekitar 4 jam untuk makan pagi. Tapi kan Edwina masih kecil jadi pantas saja jika ia cepat lapar tengah malam. Sedangkan Charlotte kan sudah besar. Pantas saja dulu dia segembrot sapi paman ku dan mukanya bulat seperti cimol sd.

Charlotte bahkan merasa ia lebih direndahkan dari pembantu. Atau mungkin lebih rendah dari inlander pada masa penjajahan Belanda.

Sekarang ia merasa kepalanya berat dan sangat sakit ketika membawakan barang barang Candace dan Annelise yang begitu berat. Kakinya mendingin dan matanya berkunang kunang. Dan oh semuanya menjadi gelap.

#MarcoPOV#

Marco sedang berjalan menyusuri lorong sambil berjalan santai dan mendengar lagu kesukaannya.

How long has this been goin' on?

You been creepin' 'round on me

While you callin' me "baby"

How long has this been goin' on?

You been actin' so shady

I've been feelin' it lately, baby

Note: gambar abang Charlienya juga deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Note: gambar abang Charlienya juga deh

Tepat di kata terakhir lagu Charlie Puth, Marco mendengar suara dentuman keras.

BRUK

Marco menoleh ke arah datangnya suara. Terlihat seorang gadis yang berjalan di belakangnya terjatuh. Rambut honey blonde menutupi seluruh wajahnya yang jatuh dengan posisi tengkurap. Barang barang yang dibawanya juga tampak berserakan.

"Hah siapa tuh yang pingsan?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Marco segera melepas headset dan berlari ke arahnya. Lorong ini cukup sepi karena tidak ada kelas disini. Yang ada hanyalah perpustakaan yang penuh buku menyebalkan.

Marco membalikkan tubuh gadis itu. Dia kan..

Yang ku goda waktu itu.

Marco berusaha keras mengingat ngingat namanya. Namun usahanya sia sia karena sudah terlalu banyak wanita yang ia geniti. Sampai Marco menemukan pantulan cahaya terang. Itu dari kalung peraknya yang terpantul sinar matahari dari sisi jendela.

Charlotte!

Yaampun kenapa dia pingsan? Badannya panas sekali! Marco melihat Charlotte membawa banyak barang bertuliskan Candace dan Annelise yang menandakan itu bukan miliknya. Mereka memang selalu seenaknya.

"Tolong!! Tolong!! Siapapun yang mendengar tolong aku disini! Ada yang pingsan! Tolong!" Marco beberapa kali berteriak dan sekarang tenggorokannya sudah kering.

Segerombolan anak berlari ke arah kami serta mengerumuni Marco dan Charlotte seperti kami tertangkap basah sedang bercinta di sekolah. Namun tak ada yang menolong kami sama sekali. Kenapa semua orang tiba tiba menjadi bodoh di saat yang tidak tepat! Tidakkah mereka berniat membantu ku?

Marco mengangkat kepala Charlotte ke atas pahanya sambil mengipas ngipas wajahnya. Badannya panas sekali dan dia terus mengigau.

"Char sadar Char bangunn!" kata Marco sambil mengelus kening Charlotte pelan.

Namun percuma ia tetap dengan posisinya. Sampai akhirnya seorang wanita berambut auburn di hadapanku menyerahkan sebotol kayu putih pada Marco. Dia memintaku mengoleskannya di hidung Charlotte. Wangi kayu putih memang cukup menyengat dan katanya bisa membantu menyadarkan orang yang pingsan.

"Fuck. Apa apaan ini! Baunya lebih busuk daripada ketiak guru olahraga."

Tetapi Marco tak sampai hati melihat keadaan Charlotte yang sakit, lemas, dan tak berdaya seperti ini. Pasti ini semua ulah Candace dan Annelise! Lihat saja akan Marco laporkan mereka pada Mr.Dan agar mereka di skors selama satu minggu. Mereka harus merasakan penderitaan yang dialami gadis ini.

Akhirnya Marco mengalah dan membuka tutup minyak kayu putih itu perlahan. Marco menutup hidung erat bahkan jika aku membawa tabung oksigen aku akan memakainya sekarang juga!

BLUSHH

Wangi terkutuk itu langsung menyerang ketika Marco membukanya. Lebih baik Marco duduk seharian mengendusi bokong anjing herder milik tetangganya dibandingkan mencium botol di depannya. Marco benar benar tak tahan!

Marco mendekatkan botol itu ke hidung Charlotte. Berharap agar gadis itu cepat bangun sehingga ia bisa segera menutup botol itu. Namun hasilnya nihil. Marco sudah bertahan dalam keadaan ini cukup lama dan kakinya mulai kesemutan. Marco mengoleskan kayu putih itu pada beberapa bagian wajah Charlotte namun ia tak kunjung sadar dan malah semakin keras mengigau.

"Jey...denn...."

Marco sedikit tersentak. Jey? den? Apa yang dia maksud adalah Jayden Alexander Hamilton? Si brengsek manusia es yang paling menyebalkan itu? Mungkin kah gadis ini menyukainya?

Marco berfikir keras sebelum akhirnya

"Awas kalian semua!"

------------------------------------------------------

Please vote and comment :)
Happy reading all💗

xoxo

 Bad Boy's AftertasteWhere stories live. Discover now