Chapter 8 - Am I ?

916 24 3
                                    

Akhirnya mobil kami sampai di penthouse. Pak Danu memarkirkan mobil sedangkan Charlotte langsung masuk ke dalam.

"Pa nanti kuncinya taruh di tempat biasa ya. Udah gitu bapa boleh pulang." kata Charlotte dari kejauhan.

"Baik non"

Sesampainya di penthouse keadaan tidak berbeda jauh dari biasanya. Sepi. Hanya ada beberapa pelayan termasuk Marlyn yang sedang membersihkan rumah.

Charlotte menghempaskan tubuh di sofa.

Charlotte menghempaskan tubuh di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: penthouse Charlotte

Charlotte merasa sangat letih dan ingin mandi. Hari pertama di sekolah adalah hari yang panjang. Charlotte menutup mata dan perlahan kejadian sejak pagi tadi berputar. Perlahan tapi pasti, memori tentang Charlotte dan Jayden menyeruak dalam kepala Charlotte.

Tiba-tiba saja Charlotte merasakan denyut nadinya bertambah cepat. Tatapan Jayden tadi pagi yang begitu dingin hingga kejadian memalukan kami di sore hari. Charlotte merasa ada yang berbeda. Rasa itu semakin kuat hingga...

"JAY!!" Charlotte terbangun dari tidur dan mendapati Marlyn berada di hadapannya. Rupanya barusan Charlotte tertidur karena kelelahan.

"Jay? Siapakah dia Charlotte?" tanya Marlyn penuh selidik.

"Ah.. ehh.. siapa? Mungkin kau salah dengar Marlyn. Dimana mom dan dad?". Bagus sekali Char kenapa mulutmu melontarkan pertanyaan bodoh seperti itu. Padahal Charlotte tau sekarang kedua orangtuanya sedang berada di Seattle untuk mengurus pekerjaan mereka. "Ya tentu saja agar Marlyn tak tahu tentang Jayden." otak Charlotte dengan cepat menjawabnya. Tapi tetap saja bodoh.

"Orangtuamu itu sudah di Seattle sejak minggu lalu Char. Kau ini idiot atau pikun. Cepat sana mandi sudah aku siapkan air panas untukmu." kata Marlyn sambil tertawa.

Begitulah kami. Charlotte dan Marlyn sudah sangat dekat sejak Charlotte masih kecil. Kadang Marlyn menyuapi Charlotte ketika Charlotte sakit dan orangtuanya tidak ada di rumah. Marlyn sudah Charlotte anggap seperti ibu sendiri begitu pula sebaliknya Marlyn menganggap Charlotte anaknya.

"Oke aku mandi dulu."

-----

Jacuzzi ini begitu nyaman dan hangat. Charlotte mengambil sabun beraroma british rosé dan memakainya. Harum dari sabun itu membuatnya sangat rileks. Charlotte menutup mata. Namun tiba tiba bayangan soal Jayden kembali muncul.

Charlotte segera menghapus bayangan itu dan mencoba memikirkan kedua orangtuanya. Percuma, bayangan Jayden muncul lagi dan lagi saat Charlotte memikirkan hal apapun.

"HAH tidak mungkin. Ini tidak boleh terjadi." kata Charlotte pada diri sendiri.

Charlotte sudah berjanji pada diri sendiri dan orangtuanya untuk tidak menyukai siapapun lagi. Charlotte sudah cukup sakit hati dengan perlakuan pria brengsek itu dulu. Ansell. Charlotte ingat betul saat dimana harta yang paling berharga yang Charlotte miliki hampir direnggut.

 Bad Boy's AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang