[29] Wedding [Rewind]

2.2K 135 12
                                    

Part ini kebanyakan di skip, biar cepet

***

"Selamat... kau hamil sudah 1 minggu..."

"HAH?!!"
_
_
_
_
Pada siang hari ini yang biasanya begitu panas mendadak suhu tubuh terasa dingin ditambah lagi hujan yang mendukung suasana di dalam dorm Twice itu menjadi dingin.

Satu pria tua yang duduk bersila itu menatap kedua pasangan itu bergantian dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan. Seperti marah? Kecewa? Atau apa?

Kedua pasangan yang berbeda genre itu hanya bisa menunduk.

"Hhh...." Helaan nafas panjang pria tua itu terdengar.

Kedua pasangan itu mendongak menatap berani pria tua itu.

"Lalu selanjutnya apa yang akan kalian lakukan?"

Setelah hampir 15 menit mereka bertiga hanya diam di ruangan itu, akhirnya pria tua itu mengeluarkan suaranya.

"Ka—"

"Keluar dari grup?" potong pria tua itu langsung.

"PD-nim..." cicit wanita dari pasangan itu.

JYP PD-nim mengangkat alisnya satu. "Lalu bagaimana lagi? Semua media sudah mengetahuinya, penggemar kalian pasti kecewa mengetahui hal ini"

"Kami akan memperbaikinya PD-nim" ujar Mark mantap.

"Kau yakin, dengan apa yang kau ucapkan, mereka akan kembali mengaggumimu? Mark... tanpa penggemar kau tak ada artinya"

Mark terdiam sebentar membenarkan ucapan JYP PD-nim.

Dahyun mendongak mengangkat bicara. "Aku akan keluar PD-nim"

Mark menoleh cepat mendengar hal itu. JYP PD-nim beralih menatap Dahyun. "Kau yakin?"

Dahyun mengangguk mantap. "Tak mungkin aku tetap di Twice dengan keadaan seperti ini"

JYP PD-nim menghela nafas kasar. "Kalau jujur, aku sangat kecewa dengan kalian berdua. Apa yang kalian lakukan itu aku sama sekali tidak mengerti kenapa bisa. Aku sudah pernah mengingatkan pada semua member untuk tidak memiliki hubungan khusus, karena kita semua saudara. Tapi apa? Kalian telah melanggarnya. Dan kalian tahukan hukumannya apa? Keluar dari grup masing-masing..."

Mark dan Dahyun menunduk sangat bersalah.

"...Tapi aku tidak bisa mengeluarkan kalian..."

Keduanya serentak kembali mendongak menatap JYP PD-nim. Di dasar hati mereka sudah ada bunga yang tadinya layu mendengar tuturan panjang JYP PD-nim, kini kembali mekar.

"Kalian adalah anak-anak asuhku semua. Jika kalian keluar, aku yakin penggemar kalian pasti sedih, begitpun aku. Terutama Dahyun, di Twice hanya ada kau dan Chaeyoung rapper, jika kau keluar Chaeyoung akan kewalahan menanggung bagian rapper yang nanti kebanyakan"

Dahyun hanya menghela nafas. Dia tak tahu juga harus menjawab apa, keadaannya sudah seperti ini.

"Mark..."

Mark menatap JYP PD-nim.

"Kau bisa menetap di GOT7"

Bibir Mark langsung menarik panjang. Matanya tampak memancarkan kebahagiaan. "Benarkan PD-nim? Terimakasih banyak" beberapa kali ia menunduk mengucap terimakasih.

JYP PD-nim tersenyum kecil mengangguk beberapa kali. "Sudah sudah berhentilah menunduk"

Mark mengangkat tubuhnya masih dengan senyum kebahagiaannya. "Sekali lagi terimakasih PD-nim!" serunya.

Dahyun mendengar itu ikut bahagia dan senang.

"Dan untuk Dahyun..."

Dahyun tampak menanti-nanti apa yang akan dikatakan JYP PD-nim.

"Kau bisa keluar dari Twice"

Tubuh Dahyun langsung melemas. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus melakukannya. Tak mungkin ia akan tetap menjadi Twice saat perutnya juga lambat laun akan semakin besar. Bukankah itu aneh? Dan di tambah lagi, ia harus menjaga kesehatannya.

Mark memandang Dahyun miris. Ingin sekali ia membantu Dahyun, namun rasanya kecil.

"Dan kembali setelah anakmu lahir..."

Matanya membulat besar. Senyumnya merekah. Hampir saja ia mengeluarkan air matanya, segera ia menutup mulutnya sangking bahagianya.

Mark ikut bahagia mendengar hal itu. Ia mengusap tubuh Dahyun mencoba menghentikan tangis Dahyun.

"Te—terimakasih banyak PD-nim... hiks..."

JYP PD-nim mengangguk beberapa kali seraya tersenyum. "Tapi saat kau kembali nanti, kau tidak akan menjadi salah satu grup Twice lagi..."

Dahyun menunggu kelanjutan ucapan JYP PD-nim yang tidak di mengertinya.

"Melainkan menjadi solo"

***
2 minggu kemudian...

"Aku Mark Tuan menerima Kim Dahyun..."

"Aku Kim Dahyun menerima Mark Tuan..."

"Menjadi istriku..."

"Menjadi suamiku..."

"Untuk selalu bersama selamanya..."

"Dalam suka dalam duka. Miskin atau kaya..."

"Saat sakit ataupun sehat..."

"Sampai maut memisahkan kami berdua"

"Sekarang sudah sah untuk mencium pengantinmu"

Tanpa berlama-lama, Mark langsung menarik Dahyun, mencium wanita itu dengan kelembutan tanpa ada penuntutan seperti biasanya. Kali ini lebih lembut dan seperti mendalam.

***
Pernikahan itu berjalan dengan lancar tak ada sedikitpun penghalang. Pernikahan yang sangat sederhana yang dihadiri hanyalah orangtua kedua mempelai begitupun saudara-saudaranya ditambah pendeta. Pernikahan yang sengaja dilakukan di US tempat kelahiran Mark, karena mereka tak mau media ataupun paparazzi mengetahui hal ini. Pernikahan ini begitu tertutup. Sebenarnya mereka mengundang JYP PD-nim, namun sayangnya pria tua itu terlalu sibuk, hingga tak sempat datang. Tapi itu tak masalah untuk mereka, yang terpenting mereka sudah memberitahu JYP PD-nim bahwa mereka telah sah menjadi sepasang suami istri di mata agama maupun Negara.

Kedua orangtua mempelai itu setuju untuk menetapkan Dahyun di US demi kebaikan wanita itu juga. Jika Dahyun berada di seoul, Dahyun akan gampang di lacak oleh para wartawan. Mereka juga setuju untuk menyembunyikan keberadaan Dahyun selama beberapa tahun kemudian, itu juga termasuk usul JYP PD-nim. Awalnya Dahyun akan tinggal bersama kedua orangtua Mark yang juga berada di US agar wanita itu tak kesepian, namun Mark tak menyetujuinya dan lebih memilih membeli apartement sendiri ntah alasan apa. Dengan adanya Jieun yang sengaja keluar dari manager Twice demi menemani Dahyun, ini juga termasuk karena utusan JYP PD-nim.

***
Mark menyeringai di tempat tidurnya saat menangkap Dahyun baru saja keluar dari kamar mandi yang hanya memakai handuk yang melilit di tubuhnya.

Dahyun melihat itu menjadi merinding. "Jangan macam-macam Mark!"

Mark semakin menarik seringainya. Perlahan ia bangkit dari duduknya bergerak mendekati Dahyun.

"Apa salahnya macam-macam dengan istri sendiri?"

Bulu-bulu di tangan Dahyun serentak berdiri mendengar bisikan setan yang ada begitu kuat terdengar di telinganya.

"Apa kau tak mau melakukan—"

"Aku lelah!" potong Dahyun cepat.

"Aku juga lelah..."

"Nah... yasudah kita tidur saja lebih baik"

"Baik" Mark mengangguk beberapa kali.

Dahyun tersenyum senang. Mark berbalik membelakanginya. Tapi tiba-tiba pria itu kembali berbalik menatapnya.

"Jangan harap..."

Seringai itu kembali muncul. Tanpa basa basi, pria blonde itu menarik tengkuk Dahyun, melumat bibir wanita itu dengan kasar.

Dahyun kembali pasrah dengan perlakuan Mark yang seperti kerasukan setan ini menurutnya.

Dan malam itu kembali mereka melakukan permianan panas yang sering mereka lakukan belakangan ini.

***
Matahari sudah menampakkan dirinya. Silauan cahaya yang begitu menyakitkan mata untuk Dahyun. Wanita itu mengerang dan terpaksa membuka matanya kecil-kecil, kemudian mengerjap beberapa kali.

Tubuhnya berbalik. Keningnya berkerut melihat sebelahnya sudah kosong.

'Apa Mark sudah bangun?'

Dahyun bangkit dari duduknya. Lalu berdiri menuju kamar mandi.

***
Tap Tap Tap

Suara kaki Dahyun yang begitu berisik membuat seorang gadis yang sedari tadi sibuk berkutat pada alat dapur terpaksa menoleh kearah suara.

"Kau sudah bangun?" sapa gadis itu ramah.

Dahyun mengernyit bingung melihat Jieun pagi-pagi sudah disini, dan lagi memasak pula. "Sedang apa unnie?" tanyanya seraya mendekat pada Jieun.

"Memasak" jawab Jieun masih sibuk.

"Kenapa unnie bisa disini? Bukankah unnie ada di korea?"

Jieun berbalik menatap Dahyun seutuhnya. "Aku sudah keluar dari manager Twice"

Dahyun membulat mendengar hal itu. "Wae?"

"Demi menjagamu"

"Maksud unnie?"

"Mark menyuruhku untuk tinggal bersamamu selama dia tidak di US"

"Kenapa bisa begitu?"

Jieun mengedik kemudian berbalik.

Dahyun menoleh ke kanan dan ke kiri. "Lalu dimana dia?"

Jieun kembali berbalik. "Kau tak dengar yang ku ucapkan tadi? Mark menyuruhku tinggal disini selama dia tidak di US, itu berarti sekarang dia tidak disini"

Dahyun terkejut mendengar hal itu. "Benarkah? Secepat itu?"

"Dia ada jadwal. Katanya GOT7 akan comeback lagi"

"Apa harus secepat itu dia pergi, kami kan baru saja menikah"

Jieun tersenyum kecil. "Kau masih merindukannya ya?"

Dahyun tersipu menoleh kearah lain. "Molla! Pokoknya aku kesal dengannya. Jika dia meneleponku, aku tidak mau berbicara dengannya!" ketusnya bangkit dari duduknya pergi meninggalkan dapur itu.

Jieun menggeleng kecil dengan sikap Dahyun yang kekanakan ini. Mark sibuk, kenapa wanita itu malah marah-marah tidak jelas dan tidak mengerti keadaan.

***
"Dahyun-ah... ada telepon..."

Jieun datang membawa ponsel miliknya di genggamannya. Dahyun yang sedari tadi duduk menonton TV dengan wajah menekuk menoleh pada Jieun.

"Siapa?" tanyanya.

"Mark" Jieun menyerahkan ponselnya kehadapan Dahyun.

Dahyun berdecih. "Aku tidak mau" ia membuang muka.

Jieun mengernyit. "Kenapa? Bukankah kau tadi merindukannya?"

Dahyun kembali menatap Jieun. "Tidak sama sekali unnie!" tekannya.

"Lalu apa yang harus ku jawab?"

Dahyun melipat tangannya di dada. "Bilang saja padanya, aku sibuk"

"Hei... sibuk apa kau? Jangan bekerja terlalu banyak"

Teguran itu berasal dari ponsel milik Jieun itu yang ternyata masih terhubung dengan suami sah Dahyun.

"Kenapa unnie tidak memutuskannya langsung?" kesal Dahyun pada Jieun.

"Bee?!"

Mark memanggil Dahyun dari ponsel itu. Tapi Dahyun hanya diam mendengus. Ia masih kesal dengan perlakuan Mark itu. Pergi diam-diam, tak memberitahunya bahawa pria itu harus pergi. Bukan seperti ini caranya, ini seperti ia adalah wanita malam, yang hanya sekali pakai kemudian pergi begitu saja.

"Matikan saja unnie" ujar Dahyun kali ini nada suaranya terdengar dingin.

Jieun meringis. Bingung akan menuruti keinginan Dahyun atau tidak.

"Jangan noona!"

Disana Mark mencoba mencegah Jieun.

"Bee... ada apa denganmu? Kenapa kau marah padaku?"

Jieun mendekatkan ponselnya kehadapan Dahyun.

Dahyun berdecak. "Kau pikir aku wanita malam, yang kau tinggal begitu saja!" akhirnya kata-kata yang ada di pikirannya terlontar begitu saja.

"Astaga, siapa yang katakan itu?"

"Aku! Kenapa?!" suara Dahyun meninggi.

"Dahyun-ah... jangan marah-marah, kau harus beri aku penjelasan lebih jelas. Aku tidak mengerti maksudmu"

"Aku tidak peduli!" ketus Dahyun bangkit dari duduknya bergerak masuk ke dalam kamarnya dan Mark.

"Dahyun-ah...?!"

"Noona?! Kau masih disana kan?"

"Ah ne!" Jieun mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Ada apa dengan Dahyun, kenapa dia seperti itu?"

"Ya! Kau tidak peka?"

"Maksud noona?"

"Dia marah denganmu, karena kau meninggalkannya begitu saja. Mungkin dia mengira kau menganggapnya sebagai wanita malam, yang meninggalkannya begitu saja" jelas Jieun.

Mark terdiam sebentar.

"Ha—? Benarkah?"

"Ck pekalah Mark, kau sudah mempunyai istri"

"Aku tidak tahu, dia seperti ini"

"Ini karena hormon kehamilannya. Kau harus bersabar"

Mark menghela nafas. "Baiklah noona. Aku harus segera latihan. Jaga Dahyun untukku. Jika aku pulang, aku akan menyampaikannya"

***
Jieun menggeleng melihat kelakuan Dahyun hari ini. Wanita itu satu harian penuh terus menekuk wajahnya dan terkadang mendumel sendiri.

"Hentikan Dahyun. Tidak baik marah-marah terus dengan keadaanmu seperti itu"

Jieun datang mendekat pada Dahyun yang duduk di sofa di hadapan TV. Dahyun tak menoleh. Ia tetap memandang TV itu.

"Aku tidak marah. Aku hanya kesal saja, masa pria itu tidak pernah mengerti wanita. Apa semua pria di dunia itu sama? Tidak ayahku, tidak oppa-oppa ku, ini juga Mark! rrrr... mereka semua menyebalkan untukku, ahk!" Dahyun menggeram meremas bantal sofa itu dengan kuat.

"Hei! Hentikan!"

Dahyun memejamkan matanya sebentar. Ia menarik nafasnya perlahan mencoba meredakan amarahnya karena sang suami yang sangat menyebalkan untuknya.

'Seperti yang kita lihat, mereka pasti akan terlihat kurang mau bagaimana pun. Tanpa Dahyun, Twice seperti tidak menyala. Kita juga bisa melihat wajah-wajah penggemar banyak yang menangis karena keluarnya salah satu personil Twice yang memiliki kulit paling putih'

Dahyun dan Jieun serentak menoleh kearah TV saat mendengar suara seorang MC.

Di TV itu jelas sekali di tunjuk seperti talkshow khusus untuk Twice. Semua member Twice bernyanyi dengan wajah kelihatan sangat sedih. Pada saat kamera itu menunjuk kearah Jihyo, pas sekali gadis itu sudah menangis tersenggal-sengal. Lalu di sambung Sana yang berdiri di samping Jihyo. Kamera itu beralih mengambil semua once yang ikut menangis.

Dahyun melihat itu ikut merintikan air matanya. "Apa kepergianku sebegitu menyedihkan?" gumamnya.

Jieun menghela nafas. "Mereka ternyata melakukan perpisahan tanpamu"

Dahyun membasahi bibirnya. "A—aku me—merindukan mereka" rasanya ia mulai susah hanya mengeluarkan suara saja.

"Once! Mereka pasti merindukanku" lanjut Dahyun seraya menghapus air matanya dengan kasar.

"Aku juga merindukan mereka. Apa kabar mereka?"

Air mata Dahyun kembali berlomba-lomba untuk turun satu persatu. Sekarang ia merasa begitu merindukan semua member Twice dan Once. Mungkin sekarang ia tak cocok lagi memanggil penggemarnya Once, karena sekarang ia bukanlah bagian dari Twice. Twice sudah resmi beranggota 8 orang sekarang.

Jieun hanya diam mebiarkan Dahyun menumpakan seluruh kesedihan wanita itu.

"Tidurlah... ini sudah malam"

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Where stories live. Discover now