[10] Sick again (Rewind)

2.8K 186 14
                                    

Tiba-tiba saja tangis itu terhenti tegantikan dengan tubuh putih itu terjatuh dengan mata yang sudah terpejam rapat.
_
_
_
_
Yuta mengernyit melihat Taeyong yang sedari tadi berjalan mondar mandir seperti orang frustasi. Baru saja mereka istirahat karena latihan, apa Taeyong tak merasa lelah sedikitpun.

"Taeyong-ah? Ada apa denganmu?"

Taeyong menghentikan kakinya menghadap Yuta. "Adikku kembali sakit. Aku benar-benar tak tenang"

Jaehyun yang mendengar itu mengeluarkan suaranya. "Lalu apa yang kau lakukan disini hyung... cepat pergi lihat dia"

Taeyong meringis. "Jika aku di beri ijin, aku sudah pergi duluan"

Member NCT mendengar itu mengangguk mengerti. Mereka menatap Taeyong kasihan. Jika mereka di posisi Taeyong sekarang juga, mereka akan seperti Taeyong juga.

"Hyung... kenapa kau tidak menelepon Wonho hyung saja?" sahut Winwin.

Taeyong mengangguk seketika. Segera dia mengeluarkan ponselnya, mencari kontak kakaknya itu.

"yeoboseyo?"

"Ah hyung... kau dimana?"

"Aku sedang berlatih, ada apa?"

"Kau tidak melihat Dahyun? Dia pingsan lagi"

"Jinjja?"

Terdengar disana suara terkejut dari Wonho. Taeyong menghela nafas menganggukkan kepalanya, walau ia tahu Wonho tak akan bisa melihatnya.

"Aku tak bisa melihatnya hyung, apa kau bisa?"

"Aku akan meminta ijin dulu, jika aku di beri ijin akan ku telepon kau lagi"

Taeyong kembali mengangguk. "Ne hyung. Aku berharap kau di beri ijin, aku begitu khawatir dengannya"

"Baiklah, aku tutup dulu"

Setelah itu panggilan itu tertutup. Dalam hati Taeyong begitu berharap Wonho di beri ijin keluar sebentar hanya untuk melihat kedaan Dahyun. Jika saja manager mereka tak kejam, mungkin sekarang ia bisa pergi diam-diam.

***
Sana hanya bisa diam memandang sendu tubuh lemah Dahyun yang tertidur di ranjang gadis itu. Sudah hampir 2 jam Dahyun tak sadarkan diri. Saat tadi member Twice telah kembali di sore hari, ia hendak membangunkan Dahyun, karena ia pikir Dahyun akan ketiduran. Pada saat ia membuka pintu kamar itu, ia di kejutkan dengan tubuh Dahyun sudah tertidur di lantai dingin itu. Tanpa pikir panjang ia berteriak agat member lainnya mendengarnya.

Pikirannya terkadang bertanya, penyakit apa yang di derita Dahyun sekarang? Kenapa Dahyun sering sekali pingsan. Bahkan terkadang dalam 1 bulan gadis berkulit putih itu pasti pingsan. Dahyun terlalu banyak menyembunyikan masalah diantara mereka semua.

Pintu kamar itu terbuka menampilkan Nayeon. Gadis bergigi kelinci itu memasang wajah sedih mendekati Sana yang duduk di samping ranjang itu.

"Kakak-kakaknya tak bisa datang"

Sana menghela nafas dengan kasar. "Lalu sekarang kita harus apa unnie? Kita bahkan tak tahu harus memberikannya obat apa"

Nayeon menggeleng pelan, matanya memandang Dahyun. "Aku tak tahu"

Sana mengguncang tangan Dahyun lumayan kuat. "YA! Iroena! Kenapa kau terus pingsan!" ia seperti marah namun seketika kemudian ia menangis tak sanggup.

***
Di dorm GOT7 berbeda lagi. Mereka tampak bercanda tawa. Badan sudah segar selesai mandi saatnya bersantai di depan TV seraya bercanda tawa. Terkecuali untuk seorang Mark Tuan, pria blonde itu memilih menyendiri membaca majalah duduk di sofa.

Bambam menghentikan tawanya, tak sengaja matanya melirik Mark. Ia kembali beralih pada member lainnya.

"Kalian ingat tidak ekspresi Mark hyung tadi?" bisiknya.

Youngjae mengangguk berusaha menahan tawanya mengingat kejadian tadi. "Aku tak tahan lagi" tawa itu mulai pecah.

Jinyoung tertawa kecil. "Dia cemburu tapi tak mengakuinya"

"Kau juga seperti sudah gila, kenapa kau beraninya sampai mencium Dahyun" bisik Jaebum seraya melirik Mark sekilas.

Bambam meringis. "Sebenarnya aku tak ingin, tapi aku kesal karena perkataan Dahyun itu. Bagaimana bisa ia mengetahuinya, mangkanya caranya seperti itu."

"Sepertinya permainanmu harus secepatnya di hentikan sebelum Mark hyung benar-benar marah" sambung Yugyeom.

Bambam mengedikkan bahunya. "Marah bagaimana? Dia tak akan bisa marah, memangnya dia siapa Dahyun?"

Jackson berdecak seraya menggeleng kecil. "Berhati-hatilah Bam"

Bambam mengangguk seraya menepuk dadanya beberapa kali. "Tenang saja, serahkan semuanya padaku. Aku akan membuat dia mengaku, siapa yang di sukainya. Mark hyung terlalu gengsi"

"Kenapa kau menyebut namaku?"

Member lainnya berpura-pura melihat kearah lain, terkecuali Bambam tertawa renyah. "Aniyo hyung"

Mark mendengus menatap Bambam tak suka. Lalu ia kembali membaca majalahnya.

"Aku rasa Mark hyung sekarang benci denganmu" bisik Yugyeom.

Bambam hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Misinya adalah sekarang membuat Mark mengaku. Ntah kenapa ia tiba-tiba merasa iba dengan hyung-nya itu yang terlalu gensi mengaku suka pada gadis lain. Walaupun ia merasa gadis yang di sukai Mark, 'tak cocok' untuk Mark. Tapi yausudalah, kali ini ia ingin berbuat baik.

Sebuah ketukan pintu mengalihkan pandangan mereka. Jaebum berdiri bergerak membukakan pintu itu.

Sana telah berdiri di ambang pintu itu dengan air mata masih membasahi pipinya. Jaebum tentu saja terkejut melihat tampang Sana.

"Ada apa?"

"Hiks... apa kalian punya obat tidur?"

Jaebum mengernyit. "Untuk apa? Kenapa kau menangis?"

Sana menggeleng seraya menghapus air matanya dengan kasar. "Aku tak bisa tidur karena Dahyun tak bangun juga sedari tadi, hiks..."

"Dahyun?"

"Hiks... dia pingsan lagi hiks..."

"Benarkah?"

Jaebum membalikkan tubuhnya. "YA! Dahyun pingsan lagi"

***
Sekarang member GOT7 sudah berada di kamar Dahyun. Setelah mendengar kabar Dahyun kembali pingsan dari Sana, mereka semua bergegas menjenguknya.

"Sudah berapa lama?" suara itu mengintruksi pada Jinyoung.

Momo menghela nafas dengan kasar lalu menggeleng. "Ntahlah, setelah kita selesai berlatih dia sudah pingsan dan sampai sekarang belum sadar juga"

"Berarti kira-kira sudah 5 jam?" sahut Youngjae setelah mengira waktu, yang sekarang sudah jam 9 malam.

Mereka hanya diam mengangguk lemas. Pandangan mereka sekarang hanya pada Dahyun dengan pakaian tidur yang sudah tergantikan, dengan tubuh lemas dan mata yang terpejam.

"Sebenarnya dia sakit apa?" tanya Yugyeom.

Jeongyeon menggeleng. "Tak ada yang tahu, dia sakit apa. Dia terlalu menyembunyikannya"

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Wonho datang dengan nafas tersengal-sengal seperti habis berlari.

"Maafkan aku asal masuk. Sedari tadi aku sudah mengetuknya tapi tak ada yang membukanya jadi aku masuk saja. Sekali lagi maafkan aku" ujar Wonho penuh sesal seraya menundukkan tubuhnya pada sunbae-sunbae yang ada di hadapannya sekarang.

"Ne... gwenchana oppa" sahut Jihyo.

Wonho berjalan mendekati ranjang itu, para member lain memberi jalan pada Wonho.

Wonho memegang tangan Dahyun, merasakan apakah tangan adiknya itu hangat atau dingin. Untung saja hangat, pertanda baik. Segera dia mengurut tangan itu mencoba membangunkan Dahyun. Matanya menatap wajah Dahyun berharap adik kecilnya itu segera membuka matanya.

"Ayolah Dahyun, iroena" gumamnya.

Member lainnya semua menatap Dahyun, berharap gadis itu membuka matanya segera.

Mark menatap Dahyun begitu dalam, dalam hati kecilnya, ia begitu berharap gadis itu membuka matanya secepat mungkin.

Mata itu tak terbuka juga. Kini Wonho berganti mengurut tangan satu lagi Dahyun. Kali ini urutannya sedikit kuat, agar berhasil.

"Apa tangannya harus di urut, agar dia bangun?" tanya Chaeyoung.

Wonho mengangguk tanpa beralih. "Ne. Ini salah satu caranya" ujarnya tetap mengurut tangan putih itu.

"Aah... apha!"

Akhirnya mata itu terbuka dengan ringisan keras. Wonho bernafas lega, tangannya berhenti mengurut tangan Dahyun.

Dahyun terbangun menduduki dirinya seperti tak terjadi apa-apa. Ia mentap Wonho kesal. "Kenapa oppa memijitku keras sekali. Ini begitu sakit!" jeritnya lalu memukul Wonho keras.

Wonho meringis kecil. "Dasar bodoh, kau tadi pingsan. Kau selalu membuat oppa khawatir"

Dahyun mengerucut. Seketika ia tersadar dengan sekelilingnya. "Kenapa begitu ramai?"

Sana menghela nafas lega, ia langsung memeluk Dahyun. "Syukurlah kau sudah bangun"

Dahyun hanya memasang senyum paksanya, menurutnya Sana terlalu 'alay' bukankah ia sudah biasa pingsan?

"Ya! Kau lupa meminum obatmu?" Wonho mulai mengeraskan suaranya menatap Dahyun tajam.

Dahyun berdecak. "Ani. Aku hanya belum saja."

"Sama saja! cepat minum!" pintah Wonho.

"Ne.. Ne.. Ne... sekarang oppa bisa pergi"

Tangan putih itu berusaha mendorong Wonho keluar dari pintu. "YA! Durhaka!" kesal Wonho.

"Aku tidak peduli. Cepat pergi, besok oppa akan comeback. Pasti kau akan sibuk" ujar Dahyun masih mendorong tubuh Wonho keluar dari dorm Twice itu.

Wonho berdecak, ia menghindari dorongan itu lagi. "Baiklah, kau harus jaga dirimu baik-baik. Mungkin jika aku tak datang, kau akan pingsan sampai besok. Taeyong tak bisa datang"

Dahyun mengangguk. "Gomawo oppa"

Wonho telah pergi, setidaknya ia senang melihat Dahyun kembali sadar. Dahyun kembali masuk ke dalam dorm itu.

Matanya kini beralih pada member GOT7 yang sudah berdiri di luar kamarnya. Pandangannya beralih pada Mark, pria blonde itu juga sedang menatapnya. Segera dia membuang muka sebelum air matanya kembali jatuh.

***
Dahyun terdiam di kamarnya. Pagi sudah menyambut, tapi ia tak juga bergerak bersiap akan berlatih dance. Ingatannya berputar dengan kejadian tadi malam. Sungguh ini tak bisa di percaya, kejadian semalam membuatnya tak bisa lupa sedikitpun. Ia menggigit bibir bawahnya saat tak sengaja ia teringat dengan ciuman panas itu di hadapan semua orang. Satu tangannya spontan terangkat memegang bibirnya. Tapi sayangnya pria blonde itu, pelaku utamanya merasa seperti tak terjadi apa-apa. Mungkin bagi pria itu hanya angin berlalu, lagipula mungkin juga pria itu sudah biasa berciuman dengan gadis lain, jadi maklum saja pria itu mudah melupakannya. Tapi bagaimana dengan dia? Dia bahkan sudah mengira-ngira pria itu juga punya perasaan padanya. Sayangnya ia salah besar.

"Apa kau akan diam saja seperti itu?"

Dahyun terkejut dengan suara berat itu dari ambang pintunya. Badanya langsung terduduk melihat orang yang ada di dalam pikirannya sudah berdiri bersandar di pintu itu seraya melipat tangannya di dada dengan gayanya yang cool.

"No—noe!" tunjuk Dahyun kearah Mark.

Mark hanya menatap Dahyun datar. "Kenapa kau bisa ada disini!" suara Dahyun mulai mengeras.

Mark menghela nafas lalu ia melirik sekilas keluar kamar. "Bukan urusanmu"

Dahyun tercengang mendengarnya. "Bukan urusanmu? Apa maksudmu, ini kamarku, kenapa kau bisa berada disini!"

Bukannya menjawab pria blonde itu malah menutup pintu kamar itu lalu menguncinya. Dahyun terbelakak saat Mark mulai mendekatkan dirinya, perlahan tubuhnya bergeser ke belakang.

"Ja—jangan mendekat"

Mark tak mendengar jeritan itu. Ia tetap berjalan menaiki ranjang itu, lalu menidurkan di sebelah Dahyun yang kosong. Guling itu ia ambil ahli dari tangan Dahyun, membuang guling itu asal. Matanya perlahan terpejam.

"YA!"

Dahyun terkejut dengan tindakan Mark ini. Tiba-tiba datang ke kamarnya lalu tiba-tiba tidur di sebelahnya, apa pria blonde itu gila?

"Biarkan aku tidur sebentar"

Suara itu tampak begitu melemah. Mendengar itu Dahyun sedikit tersentuh. "Ya... apa kau sakit?" kali ini suara Dahyun melembut.

"Ntahlah"

Tangan Dahyun bergerak menyentuh kening itu. Matanya membulat, ia langsung menarik tangannya saat merasakan panas di kening itu.

"Kau demam!"

Mark hanya mengangguk lemas. Dahyun mengguncang tubuh itu, "Ya! Iroena, kau harus ke rumah sakit"

Mark meringis pelan membuat Dahyun menghentikan aksinya, menatap Mark kasihan. Kini hatinya menjadi tersentuh melihat wajah lemah itu.

"Sunbae..."

"Biarkan aku seperti ini dulu" Mark melingkarkan satu tangannya ke pinggang Dahyun.

"Tapi sebaiknya kau harus tidur di dormmu saja" Dahyun hanya membiarkan rengkuhan di pinggangnya itu.

"Aku tidak mau" Mark menyusupkan wajahnya di bantal itu.

"Lalu bagaimana? Apa aku harus memberitahu sunbae lainnya?"

Saat Dahyun bergerak ingin berdiri, Mark semakin memperkuat rengkuhannya tak membiarkan Dahyun sedikitpun bergerak. Kepalanya mendongak kembali, ia menggeleng kecil.

"Jangan"

"Sunbae... kau sekarang sakit, jangan seperti anak kecil"

Mark kembali menggeleng kecil. Ia membenamkan wajahnya lagi. Dahyun tak habis pikir dengan kelakuan Mark berubah total. Ini bahkan seperti bukan Mark biasa yang ia kenal. Sekarang sunbae-nya ini lebih seperti anak kecil karena sakit.

"Tidur"

Pintahan itu bahkan benar-benar seperti anak kecil juga. Tapi Dahyun menaatinya. Ia menidurkan tubuhnya di sebelah Mark, memandang wajah lemas itu.

Memandangi wajah itu membuat hati Dahyun sedikit hangat. Jika jujur, ia lebih menyukai wajah Mark seperti ini. Terlihat damai dan mampu menghangatkan hatinya. Tidak jika sudah membuka mata, terlihat kejam dan jahat dan menyakitkan hatinya.

Mata itu terbuka, tapi tak juga membuat Dahyun mengalihkan pandangannya.

"Aku tak tahu, aku seperti ini"

Dahyun hanya diam mendengarkan suara lemah itu.

"Saat aku bangun, aku sudah seperti ini. Rasanya tubuhku panas dan lemas"

Mark mengeratkan pelukannya, menarik Dahyun lebih mendekat padanya. "Tapi sekarang aku merasa kembali dingin"

Dahyun tersenyum kecil, ia mengelus kepala Mark dengan lembut. "Apa aku perlu memanggil dokter?"

Mark menggeleng. "Ani. Aku hanya perlu kau disini"

Dahyun menghela nafas pelan, tangannya berhenti mengelus kepala pria blonde itu. "Baiklah, aku akan disini"

Mark ikut menarik bibirnya, ia mendekatkan wajahnya mengecup bibir itu sekilas. "Jangan pergi"

Dahyun mengangguk pelan seraya tersenyum lembut. Kemudian mereka berdua tertidur dengan keadaan berpelukan. Dahyun sudah melupakan kekesalan dan kebenciannya pada Mark setelah melihat wajah lemah itu. Kecupan itu bahkan tak di permasalahkannya, membiarkan begitu saja seperti sudah biasa baginya. Sekarang ini, ia juga ingin merasakan hangat dalam dirinya, memeluk tubuh panas pria blonde itu.

***
"Jinyoung-ah apa kau melihat Mark hyung?"

Jinyoung menghentikan langkahnya saat ia ingin memasuki kamar mandi di ruangan dance GOT7 itu. Kepalanya menggeleng. "aniyo" jawabnya setelah itu ia memasuki kamar mandi itu.

Jaebum meringis mendengar jawaban itu. Ia menoleh pada member lainnya yang memulai pemanasan.

"Kemana Mark hyung? Kenapa ia tidak kelihatan sedari tadi"

Jackson beralih pada Jaebum. "Aku tidak tahu. Aku juga sudah mencarinya di dorm, tapi dia tak ada. Pagi-pagi dia sudah menghilang saja"

Jaebum hampir frustasi mencari Mark sedari tadi. Bagaimana bisa pria blonde itu tiba-tiba menghilang tanpa memberitahunya ataupun yang lainnya.

"Biarkan sajalah, mungkin sebentar lagi Mark hyung datang" ujar Youngjae.

Jaebum berdecak, lalu ia memulai pemanasannya. Mungkin yang di ucapkan Youngjae benar, ya semoga saja.

Member Twice datang bersamaan masuk ke ruangan dance GOT7 itu. Mereka menunduk memberi salam pada sunbae-sunbae itu.

"Sunbae... Dahyun sedang istirahat jadi dia tak bisa ikut latihan hari ini" ujar Jihyo.

Jaebum mengangguk mengerti. "Gwenchana aku mengerti"

Mina mengernyit, karena ia merasa ada yang kurang dari member GOT7. "Dimana Mark sunbae?"

"Sedari pagi dia sudah menghilang ntah kemana" jawab Youngjae.

Mina tampak lemas mendengar itu. Berarti hari ini tak ada penyemangatnnya.

"Kalau begitu berarti pas, kan? Dahyun tak ada Mark juga tak ada. Tak ada yang kekurangan pasangan, kan. Kita bisa latihan tanpa kekurangan" ujar Jaebum.

Nayeon mengangguk setuju. "Ne, joha"

***
Dahyun terbangun saat ia merasakan helaan nafas yang begitu hangat mengenai wajahnya. Matanya beberapa kali berkedip mencoba memperjelas pandangannya. Dan sedetik kemudian bibirnya tertarik melihat senyum itu.

"Kau sudah bangun?" tanya Dahyun dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Mark mengangguk pelan. "Aku begitu nyenyak tidur"

"Baguslah"

Dahyun memegang kening Mark lagi, ia tersenyum senang. Setidaknya kening pria blonde itu sedikit berkurang tak sepanas saat pertama kali ia menyentuhnya.

"Kau ingin sesuatu? Akan ku ambilkan?"

Mark menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya ingin kau tetap disini"

Dahyun tersenyum kecil menanggapinya. Hatinya begitu menghangat melihat kelakukaan Mark seperti ini dan ia begitu menyukai Mark seperti ini.

Ddrrtt... drrtt... drttt...

Tiba-tiba ponsel Dahyun bergetar. Dahyun beralih pada ponselnya yang berada di meja kecil samping ranjangnya. Baru saja ia ingin bangun, Mark kembali menahan tubuhnya.

"Sebentar, ponselku bergetar"

Akhirnya Mark melepaskan pelukannya sedikit tidak rela yang sedari tadi bertengger di pinggang gadis itu.

Dahyun bangun meraih ponselnya. Ia membaca seksama siapa gerangan meneleponnya. Dan sedetik kemudian wajahnya langsung murung.

Disana tertera tulisan 'Appa' hatinya kembali menyiut. Untuk apalagi ayahnya itu menghubungi dirinya? Ingin memperingatinya agar keluar dari Twice?

"yeo—yeoboseyo"

Dahyun berusaha menelan ludahnya susah payah, bersiap mendengar perkataan selanjutnya yang menyakitkan dari sang ayah.

"Dahyun-ah... temui appa sekarang juga di rumah. Ada yang harus appa bicarakan, mengenai pernikahanmu"

"Pe—pernikahan?"

Spontan tubuh Dahyun melemas. Apa lagi ini?

***
TBC....

Incident Little Girl Evil ✔Where stories live. Discover now