[9] Journal Ceci (2) (Rewind) (Publish)

2.2K 176 31
                                    

Dahyun mencoba mengedipkan matanya beberapa kali, dadanya mulai menaik turun. 


Cup
_
_
_
_
Spontan matanya membulat saat Mark menyentuh bibirnya.

Apa yang dilakukannya!

Fotografer dan staf yang berada disitu benar-benar terkejut dengan tindakan Mark. Padahal fotografer itu tak menyuruh mereka berciuman, tapi ini di lain dugaan.

Fotografer itu tersenyum senang, ia cepat-cepat mengambil gambar banyak. Karena ini tak mungkin terjadi kedua kalinya.

Bibir itu mulai bergerak melumat bibir merah darah itu. Dahyun menatap Mark tak percaya, pria blonde itu bahkan sudah menutup matanya memainkan bibirnya. Seharusnya dia marah dan kesal karena tindakan yang berlebihan dari Mark ini, tapi kenapa sekarang ia hanya bisa diam membiarkannya.

Seperti mengikuti alur permainan. Dahyun mulai mengalungkan kedua tangannya. Memejamkan kedua matanya dan mengikuti permainan bibir Mark.

Kedua bibir itu saling bertautan dan melumat. Mereka berdua benar-benar melupakan tempat mereka berada dan status mereka berdua. Seakan lupa segalanya, mereka tetap berciuman layaknya pasangan real.

Fotografer itu tersenyum puas, ia terus mengambil gambar membiarkan keduanya terus bermain.

Kedua bibir itu tetap tak lepas juga. Mark terus melumat dengan kasar bibir merah darah itu, seakan tak membiarkan Dahyun mengambil oksigen.

"Woah... mereka memang benar-benar pasangan real" bisik salah satu staf memandang kedua pasangan itu tak percaya.

Dahyun sudah tak tahan lagi, ia sudah kehabisan oksigen. Tangannya beralih memukul kecil dada Mark agar menghentikan permainan kasar pria blonde itu. Bukannya berhenti Mark semakin gencar memainkan bibirnya, bahkan sampai menggigit kecil hingga membuat ia meringis kesakitan. Tangannya semakin kuat memukul dada bidang itu. Bibirnya sudah begitu panas.

Akhirnya Mark melepaskan lumatan itu. Dahyun berkesempatan mengambil nafas sebanyak mungkin. Rasanya ia ingin mati saja, nafasnya bahkan sampai tersengal-sengal seperti orang habis berlari saja. Baru saja ia menghirup udara sebanyak mungkin, Mark kembali menarik wajahnya mencium bibirnya kembali.

Tangan putih itu kembali memukul dada bidang itu sekuat mungkin. Dia benar-benar akan mati, jika terus seperti ini.

Mark hanya melakukannya sebentar. Ia menatap mata Dahyun, melihat gadis berkulit putih itu sudah mulai kehabisan nafas. Dia sendiri juga mencoba mengambil oksigen sebanyaknya.

Tiba-tiba ia tersadar, apa yang telah dilakukannya. Langsung saja ia melepaskan tangkupan di wajah putih itu. Menatap kearah lain. Lalu berdehem menyadarkan Dahyun. Keduanya benar-benar salah tingkah. Dahyun hanya bisa menundukkan kepalanya malu. Mark menjilat bibirnya membuat ia berdesis.

Sial! Bibirnya begitu manis!

Dahyun menggigit bibir bawahnya, ia yakin semua yang berada di pemotretan itu sedang menatap kearah mereka. Ini benar-benar memalukan untuknya.

Fotografer itu kembali mendongak. Ia betepuk tangan membuat kedua pasangan itu beralih pada fotografer itu.

"Aku suka seperti itu. Kenapa tidak sedari tadi saja?" ujarnya seraya tersenyum puas.

Mark kembali memasang wajahnya seperti biasa, dingin dan datar. "Bisakah kau menghapus foto tadi?"

Fotografer itu mengernyit. Begitupun dengan Dahyun, ia menoleh pada Mark.

"Kenapa?" tanya fotografer itu.

"Aku tak ingin penggemarku melihat foto itu. Lagipula aku tak sengaja melakukannya" ujarnya seraya melirik Dahyun sekilas.

Mendengar itu membuat hati Dahyun mengilu. Benarkah tidak sengaja? Lalu kenapa pria blonde itu terus menciumnya tanpa henti membuat bibirnya membengkak dan jika tanpa lipstick, ia yakin bibirnya sudah memerah. Apa itu di namakan tidak sengaja?

Fotografer itu terkekeh. "Mana mungkin tidak sengaja, kau terlihat begitu mahir memainkannya"

Mark berdecak menatap fotografer itu tajam. "Lakukanlah atau aku tak akan melanjutkan pemotretan ini"

Fotografer itu mendengus. "Baiklah"

Dahyun meremas ujung jarinya, ingin rasanya sekarang ia menangis juga. Tapi ia harus mencoba menahannya menggap itu adalah hal sepele. Hal sepele yang berhasil menyayat hatinya.

***
Pemotretan kedua. Tema kali ini honeymoon. Di ruangan rias khusus pria itu, Mark hanya duduk diam di hadapan cermin membiarkan stylish wanita itu menatap rambutnya.

Tiba-tiba ingatannya kembali berputar tentang kejadian tadi. Dalam hati ia merutuki dirinya, bodoh kenapa bisa ia melakukan hal itu. Hasratnya mendadak menaik saat gadis berkulit pucat itu menjilat bibir merah darah itu. Tanpa pikir panjang ia malah mencium Dahyun. Ini sulit di percaya untuknya, di saat kejadian itu ia yakin itu bukan dirinya.

Ck. Sial!

***
Sedangkan di ruangan rias khusus wanita itu, sekarang Dahyun hanya bisa terkejut melihat pakaian yang ada di tangan stylish wanita itu. Ia menggeleng kepalanya kemudian menatap stylish itu.

"Aku tak mungkin memakai itu!"

Stylish itu malah tersenyum. "Kenapa tak mungkin?"

"Itu hanya bra dan celana pendek saja!"

Mana mungkin Dahyun memakai pakaian yang persis seperti pakaian untuk pantai. Bra dan celana pendek saja. Walaupun ia suka dengan bra bergaris putih biru itu tapi tetap saja ia malu memakai pakaian itu dihadapan Mark nanti.

Stylish itu malah kembali terkekeh. "Tapi ini cocok denganmu"

Dahyun menggelengkan kepalanya kembali. "Kenapa harus memakai itu? Apa tidak ada pakaian lain?"

Stylish itu menggeleng. "Bukankah ini temanya honeymoon, jadi kau harus tampak sexy."

Dahyun hanya merengut tak terima memakai bahan sexy itu yang akan menunjukkan perut ratanya dan paha putihnya.

"Ayolah Dahyun, siapa yang akan melihatmu. Fotografer itu wanita bukan pria"

Dahyun menggeram. "Tapi Mark akan melihatku"

Stylish itu berdecak. "Jadi bagaimana lagi. Kalian bedua adalah modelnya"

Akhirnya dengan terpaksa Dahyun menurutinya. Ia memasang bra dan celana pendek itu. Setelah itu berkaca memandang dirinya yang begitu sexy. Tali bra bergaris biru dan putih itu tersilang di lehernya terikat di belakang lehernya. Celana pendek yang berwarna senada dengan bra itu itu di tambah lagi rambutnya tetap tergulung dengan style berbeda menambah kesan sexy-nya. Ia menghela nafasnya. Ia pasti bisa!

Kepalanya berputar mengadah pada stylish itu. "Apa kau ada salendang besar?"

"Untuk apa?"

"Sementara saja, menutupi tubuhku"

Stylish itu mengangguk seraya tertawa kecil.

***
Mark sudah siap menunggu berdiri di background itu yang sekarang sudah berganti menjadi background pantai.

Krekk...

Pintu ruangan rias khusus wanita itu terbuka mengalihkan pandang Mark. Ia mengernyit melihat tampilan Dahyun. Tubuh gadis itu di tutupi salendang besar berwarna kuning. Apa Dahyun akan seperti itu?

Dahyun berjalan pelan mendekati Mark. Sesekali ia melirik Mark yang hanya memakai celana selutut dan tanpa memakai baju alias bertelnjang dada dengan rambut kali ini dibuat sedikit berantakan menambahkan kesan sexy pria blonde itu. Melihat itu membuat pipinya tiba-tiba memanas, untung saja blush on di pipinya membantu menutupinya.

"Dahyun-ssi kenapa salendangnya kau bawa?" ujar stylish tadi.

Dahyun mengerucut, dengan sedikit ragu ia melepaskan salendang itu memberikannya pada stylish itu.

Tubuh putih dan sexy itu begitu jelas dihadapan Mark. Pria blonde itu segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia pikir selama ini Dahyun memilik tubuh besar dan perut berlipat namun ia salah besar. Perut itu bahkan rata dan mulus. Tiba-tiba hasratnya menaik membuatnya mencoba menelan ludahnya susah payah untuk menghilang rasa gila ini.

"Bisakah kita mulai?" tegur fotografer itu menyadarkan kegugupan keduanya.

Keduanya mengangguk pelan lalu saling pandang. Bingung, gaya apa yang akan mereka lakukan. Dahyun perlahan mendekatkan tubuhnya pada Mark.

"Kenapa hanya diam saja?" fotografer itu kembali bersuara kesal karena kedua pasangan itu tak juga berpose mesra.

Mark menarik bibirnya memasang senyum fake-nya. Satu tangannya terangkat mengelus pipi putih itu. Seperti mendalami Dahyun ikut menarik bibirnya lalu memejamkan matanya seperti merasakan elusan halus itu.

Jempol itu mulai bergerak mengelus pipi Dahyun, membuat Dahyun merasa begitu nyaman. Ujung bibir itu kembali tertarik dengan senyuman real tidak fake, jika saja Dahyun mengetahuinya mungkin gadis itu sudah berjingkrat kegirangan.

"NICE!"

Keduanya berhenti. Fotografer itu mendongak menatap kedua pasangan itu.

"Sepertinya harus ada barang tambahan, kalau seperti ini saja seperti kosong"

Fotografer itu beralih pada staf lain. "Bisakah kalian mengambil topi pantai?" pintahnya.

Salah satu staf itu mengangguk lalu berlai secepatnya mencari topi pantai.

Hanya beberapa detik saja, staf itu kembali membawa topi pantai bundar berwarna coklat dengan pita merah mudah hiasannya.

"Berikan pada Dahyun, dan aku rasa gulungan rambutnya kalian lepas tergurai saja" pintah fotografer itu.

Beberapa staf itu mengangguk dan segera melepaskan gulungan rambut Dahyun. Kemudian memasangkannya pada Dahyun.

Fotografer itu tersenyum puas. "Nah seperti ini cocok" ia kemudian kembali fokus dengan kameranya.

"Dahyun bersikaplah cuek dengan Mark dan Mark tatap wajahnya seraya tersenyum menggoda" pintah fotografer itu.

Mereka berdua melakukan perintah itu. Dahyun menghadap kedepan melipat kedua tangannya dengan wajah seperti kesal sedangkan Mark, ia tersenyum menggoda menatap Dahyun dari samping.

"Nice!"

"Lalu Dahyun kau berjinjit berpura-pura seperti akan memasangkan topi itu padanya"

Dahyun mengangguk. Perlahan kakinya berjinjit memasangkan topi itu pada Mark seraya tersenyum lucu, Mark juga ikut tersenyum lebar, tanpa pintahan kedua tangannya terangkat mencubit pipi gembul itu.

Dahyun membiarkan hal itu, ia bahkan merasa senang, karena mereka berdua benar-benar seperti terlihat akrab.

Fotografer itu cepat mengambil gambar banyak, ia begitu senang melihat kedua pasangan itu yang benar-benar tampak real.

Setelah itu fotografer itu kembali mendongak. Ia menegakkan tubuhnya berpikir gaya apalagi yang tampak mesra untuk kedua pasangan itu. Mark dan Dahyun sudah berdiri dengan jarak sedikit menjauh seperti biasanya mereka.

Sebuah ide terlintas di pikiran fotografer itu, ia menjentikkan jarinya seraya tersenyum sumringah karena mendapatkan ide.

"Coba Mark mengangkat Dahyun tapi dari depan"

Dahyun terdiam. Dari depan? Yang benar saja? Bagaimana caranya itu?

Mark mengernyit. "Bagaimana itu?"

Fotografer itu beralih pada staf lainnya. "Kalian praktekkan" pintahnya.

Dua staf yang berbeda gender mengangguk. Lalu mereka mempraktekkan dengan staf pria itu mengangkat tubuh staf wanita itu, dengan cara menggendong depan layaknya seperti menggendong seorang anak. Kemudian staf wanita itu mengalungkan kedua tangannya ke leher staf pria itu.

Fotografer itu mengangguk beberapa kali lalu beralih pada Mark dan Dahyun lagi. "Seperti itu"

Dahyun menganga melihat posisi itu. Apa kedua pahanya harus bersentuhan dengan pinggang kosong Mark. Dan itu begitu dekat seperti posisi intim seorang pasangan terlebih lagi ia hanya memakai bra dan celana pendek dan Mark, celana pendek tanpa memakai baju.

Mark menjilat bibir bawahnya. Ia meringis melihat posisi itu. Apa iya mereka harus berposisi seperti itu. Itu terlalu intim.

Fotografer itu mengernyit. "Kenapa hanya diam saja? Lakukanlah"

"Apa tidak ada gaya lain?" tanya Dahyun ragu.

Fotografer itu menghela nafas. "Tidak ada. Memangnya kenapa? Ciuman kalian bahkan lebih panas daripada gaya ini"

Keduanya membulatkan mata karena fotografer itu mengingat kejadian itu. Mark menjadi sedikit kesal dengan fotografer itu. Sedangkan Dahyun sekarang menunduk malu.

Fotografer itu berdecak, "Cepatlah, kalian masih ada pemotretan lainnya"

Akhirnya dengan pasrah keduanya setuju. Dahyun begitu ragu mendekati Mark. Mereka sudah saling tatap tapi masih dalam keadaan diam. Mark menghela nafas dengan kasar, mau bagaimana lagi, mereka harus menaatinya.

Perlahan tubuh Mark sedikit menunduk lalu ia mengangkat tubuh Dahyun. Kepalanya mendongak menatap Dahyun. Dahyun sedikit menundukkan kepalanya. Hatinya berdetak begitu kencang, ini adalah posisi pertama kali yang menurutnya sangat intim. Kedua pahanya sekarang telah melingkar di pinggang pria blonde itu. Tangannya langsung melingkar di leher Mark agar ia tak jatuh ke belakang.

Mereka berdua hanya saling tatap tak tersenyum juga. Dahyun menjilat bibirnya menghilangkan rasa gugupnya karena tatapan tajam Mark. Mendadak ia merasa hawa di sekitarnya menjadi panas.

"Dahyun-ssi bisakah kau menyelipkan rambutmu, wajahmu tak kelihatan" pintah fotografer itu tanpa beralih pada kameranya.

Satu tangan Dahyun bergerak menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Fotografer itu segera mengambil gambar.

Dahyun menggigit bibir bawahnya, ingin sekali ia melompat sekarang juga. Dia tak tahan dengan kedua tangan kekar itu menahan bokongnya.

"NICE!"

Segera Mark menurunkan Dahyun, ia beralih menatap kearah lain. Dahyun meremas-remas jari-jarinya, kenapa hari ini ia merasa dia dan Mark menjadi seperti canggung. Maksudnya bukan berarti memang mereka sebenarnya akrab. Kali ini seperti canggung yang berbeda.

Setelah beberapa jam, pemotretan itu telah selesai. Begitu banyak adegan intim yang harus mereka pose-kan. Ini membuat jantung Dahyun terus berdetak lebih kencang tak berhenti. Tapi justru membuat ia bahagia, bisa berdekatan dan bermesraan dengan Mark walaupun hanya di hadapan kamera.

Waktu terus berjalan tak terasa sudah sore saja. Pemotretan yang begitu banyak membuat keduanya lelah. Mereka berdua sekarang menuju perjalanan kembali ke gedung JYP. Dahyun menyandarkan kepalanya pada kaca hitam mobil itu. Perlahan matanya terpejam, kepalanya begitu pusing ntah karena apa. Sedangkan Mark ia hanya diam memandang jalanan kota itu.

Matanya melirik kearah Dahyun yang sudah mulai terlelap, lalu turun ke bibir merah muda gadis putih itu. Melihat itu segera ia berpaling kearah lain, kepalanya menggeleng kuat. Kejadian tadi membuatnya hampir frustasi. Kenapa ia bodoh melakukan hal tadi di depan semua orang. Apa yang telah merasuki otaknya.

Tapi tunggu dulu, bukankah Dahyun juga membalas ciuman? Seketika semirik itu muncul. Tentu saja Dahyun akan membalas ciumannya, bukankah gadis berkulit putih itu punya rasa padanya, sejak pengakuan 1 bulan yang lalu.

Tak terasa mobil itu telah sampai pada tujuan. Mark segera melepaskan seatbelt-nya lalu keluar dari mobil itu. Tapi Dahyun masih terlelap di alam mimpinya.

Supir kepercayaan JYP PD-nim itu berbalik melihat kearah Dahyun yang masih terlelap. "Agasshi ini telah sampai"

Hanya dengan suara itu Dahyun langsung terbangun. Ia tersenyum kikuk seraya mendukkan kepalanya. Matanya menoleh melihat sebelahnya telah kosong. Ia berdesis mengumpat Mark yang meninggalkannya begitu saja.

***
Aktivitas member GOT7 dan Twice terhenti melihat kedatangan Mark membuka pintu ruangan dance Twice itu.

"Kau sudah datang?"

Mark hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Jaebum itu.

Jinyoung mengernyit melihat Mark datang sendirian. "Dimana Dahyun? Kenapa kau sendirian?"

Dengan cuek Mark hanya mengangkat bahunya lalu melangkahkan kakinya. Youngjae menyenggol bahu Bambam, melirik kearah Dahyun yang baru datang dari pintu itu.

Bambam mengetahui itu, memulai permainannya. Segera dia menghampiri Dahyun. "Kau sudah datang?" tanyanya sudah berdiri di sebelah Dahyun.

Dahyun hanya mengangguk pelan saja. "Apa kau lelah? Kau ingin apa?" tanya Bambam lagi menatap Dahyun seperti khawatir.

Dahyun berdecak dengan sok perhatian Bambam ini. "Sunbae hentikan ini semua. Aku tak menyukaimu" jujurnya mulai melangkahkan kakinya. Lama-lama ia begitu kesal dengan Bambam, ia pikir dirinya percaya dengan perkataan bahwa Bambam 'menyukainya?' tentu saja tidak. Wajah pria imut itu bahkan tampak seperti main-main.

"Aku tidak main-main"

Bambam mempercepat langkahnya, menarik tangan Dahyun menghadapnya. "Kau ingin bukti?"

Bambam langsung menarik wajah Dahyun mendekatkan pada wajahnya. Jarak mereka begitu dekat. Dahyun terbelakak dengan perbuatan Bambam ini, begitupun member lainnya.

Jinyoung dan member GOT7 lainnya terkecuali Mark saling pandang tak percaya. Apa yang akan dilakukan Bambam.

Tiba-tiba Bambam tersenyum lembut.

Cup

Dahyun terdiam mematung dengan kecupan hangat di keningnya.

Bambam semakin melebarkan senyumnya melihat reaksi Dahyun itu. Ia mengelus pelan kepala Dahyun. "Aku tak ingin menciummu sebelum status kita berubah"

"YA! ige mwoya!"

Suara itu berasal dari Mark. Pria blonde itu berjalan cepat menatap Bambam seperti penuh amarah.

Bambam menaikkan alisnya satu. "Wae? Ada apa hyung, kenapa kau marah"

Mark terdiam sebentar. Ia juga bingung kenapa tiba-tiba ia menjadi marah pada Bambam hanya karena Bambam mencium kening Dahyun, ini tidak masuk akal.

"Aku tidak marah. Kau tahu kan kita sekarang sedang latihan, kenapa kau malah ciuman!" suaranya kembali mengeras seperti sangat marah dengan Bambam.

Dahyun mengedipkan matanya beberapa kali, tersadar. Ia menoleh pada Mark, keningnya berkerut. "Wae? Memangnya salah?"

Sekali lagi Mark terdiam dengan perkataan itu. Ia melirik kearah lain, mencari alasan yang tepat agar tidak kalah seperti orang bodoh. "Tentu saja salah! Ini ruang dance bukan dunia kalian berdua!"

Bambam terkekeh. "Ah hyung! Apa kau cemburu?"

Mark menelan ludahnya susah payah. Cemburu? Yang benar saja.

Tawa renyah itu keluar, "Tak mungkin lah"

Di lubuk hati Dahyun, ia begitu berharap Mark menjawab 'Iya aku cemburu!' namun pria blonde itu malah mengatakan tak mungkin.

"Kalau begitu diamlah kau. Aku begitu membencimu!" suara Dahyun mulai mengeras menatap Mark marah.

Dengan langkah cepat, Dahyun meninggalkan ruangan dance itu.

"Yah... kenapa Dahyun unnie marah" gumam Tzuyu menatap pintu terbuka itu.

Kini semua pandang berganti beralih pada Mark.

***
Dahyun menutup pintu kamarnya di dorm Twice itu. Perlahan tubuhnya merosot ke bawah. Pandanganya menatap kedepan tetapi kosong. Pikirannya sekarang melayang-layang. Sedetik kemudian air matanya turun satu persatu. Ia tak bisa membendungnya lagi. Semuanya begitu menyakitkan untuk hidupnya. Perasaannya sekarang benar-benar marah, kesal, dan sedih. Kenapa dia harus menjadi seorang Kim Dahyun dengan bermuka dua di hadapan semua orang? Seharusnya dia seperti Tzuyu yang selalu terbuka dengan semua orang. Tidak denganya, semua masalah akan ia sembunyikan serapat-rapatnya tanpa orang tahu termasuk member Twice lainnya. Hanya kedua kakaknya yang mengetahui tentangnya. Jika terlahir kembali, ia ingin menjadi Kim Dahyun yang terbuka dengan semua orang, dengan begitu ia tak akan menyembunyikan semua luka yang di pendamnnya ini.

Jika di pikir-pikir, terlalu banyak masalah dalam hidupnya. Dimulai dari keluarganya, ayah dan ibunya sudah bercerai. Sang ayah begitu tak menyukainya ntah karena apa, ibunya pergi lari meninggalkan mereka. Lalu penyakit yang di deritanya. Penyakit yang sedari dulu menemani hidupnya selama ini, dan ia harus bergantung dengan obat, jika tidak ia bisa kembali menutup mata rapat dalam beberapa hari. Dan yang terakhir masalah percintaannya yang begitu menyakitkan dari segalanya. Apakah ia di takdirkan di benci semua orang? Sampai-sampai pria yang di cintainya seperti membencinya dan engga berbicara manis sekali saja dengannya. Jika pria itu tahu, bahwa pria itu cinta pertamnya, apakah pria itu akan luluh? Sepertinya mustahil, mengingat pria itu juga sudah menyukai seseorang, membuatnya harus perlahan mundur.

"Hiks... aku membenci hidupku... hiks..."

Kepalanya terbenam diantara kedua kakinya yang di tekuk. Tangisnya semakin histeris.

Tiba-tiba saja tangis itu terhenti tegantikan dengan tubuh putih itu terjatuh dengan mata yang sudah terpejam rapat.

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Where stories live. Discover now