[14] Cry (Rewind)

2.4K 180 50
                                    

Dahyun bergerak meninggalkan Bambam, tapi sampah pisang membuat kakinya licin.

Bambam membelakak.
_
_
_
_
Bambam langsung menarik Dahyun ke pelukannya saat kepala Dahyun hampir terjatuh ke lantai.

Dahyun terdiam. Ia masih dalam pikiran kosong, karena terkejutnya. Dadanya mulai menaik turun dengan cepat.

"Gwenchana?"

Bambam memegang kedua pundak Dahyun menatap mata gadis itu. Dahyun berkedip beberapa kali, ia menggeleng pelan. Tangannya beralih memegang dadanya.

"Jantungku rasanya hampir copot"

Bambam berdecak seraya menggeleng. "Mangkannya hati-hati jika berjalan"

Dahyun kembali tersadar. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Bambam begitu saja.

Mendadak ponselnya bergetar. Ia meronggoh saku celana pendek hitamnya. Dahinya mengernyit melihat sebuah notif DM di instagramnya.

'Jangan terlalu percaya diri'

Dahyun mendengus melihat nama pengirim DM itu. Ia mendongak menatap orang itu tak suka. Matanya membesar menatap tajam Mark yang juga sekarang menatapnya. Ia kembali menunduk, jari-jarinya begitu cepat membalas DM itu.

'Dasar bodoh! Siapa yang terlalu percaya diri.'

Setelah membalas, ia kembali mendongak memperhatikan Mark yang sedang berkutat di ponselnya. Ia yakin pria itu pasti akan membalasnya dengan tajam. Ponselnya kembali bergetar, ia membaca balasan Mark.

'Bukan hanya dirimu yang memakai pakaian itu. Mina juga.'

Dan seketika ia terdiam. Jari-jarinya yang tadi ingin membalas terhenti begitu saja. Hatinya kembali mengilu. Benar saja, bukan hanya dia saja yang memakai pakaian ini, Mina juga. Pakaian mereka tak ada bedanya. Kenapa ia malah berpikiran sempit? Kenapa ia tak berpikir bahwa Mina juga memakai pakaian yang sama sepertinya.

Bodoh kau Dahyun!

Dahyun langsung memasukkan ponselnya kembali. Ia berbalik tanpa sedikitpun melirik Mark lagi. Hatinya sudah mengilu, ia tak ingin hatinya semakin mengilu melihat kedua orang itu yang masih lengket.

***
Hari sudah hampir menjelang malam. Semua member bergegas bersiap-siap kembali ke dorm, merekapun sudah berganti pakaian. Syuting untuk hari ini sangat melelahkan untuk Dahyun dan sangat menyakitkan. Bagaimana tidak, di depan kamera Mark dan ia seakan pasangan kekasih yang bermesraan tapi di belakangnya Mark dan Mina lah yang seakan seperti pasangan kekasih. Dia? Jangan di tanya bagaimana keadaan hatinya sekarang. Pedih, perih, dan sakit. Tapi ia selalu mencoba bersikap seperti biasa saja.

"Dahyun-ah... ayahmu tadi meneleponmu"

Jieun datang seraya membawa ponsel Dahyun, yang memang sengaja di titipkan pada Jieun jika syuting berlangsung.

Dahyun mengambil ponselnya. "Apa unnie mengangkatnya?"

Jieun meringis seraya tersenyum bersalah. "Maaf aku menjawabnya. Ponselmu terlalu berisik"

Dahyun mengangguk mengerti. "Ayahmu bilang, selesai syuting kau harus cepat menemuinya" lanjut Jieun.

Dahyun menghembuskan nafasnya. Ia sudah tahu apa yang akan ayahnya itu bicarakan. Sudahlah, sebaiknya ia harus menuruti ayahnya itu sebelum sesuatu yang tak di inginkan terjadi. Ia bergegas membereskan barang-barangnya memasukinya ke dalam tas ransel yang selalu ia bawa jika berpergian.

"Kau ingin pergi?" tanya Jieun memperhatikan Dahyun mulai mengemaskan barang.

Dahyun mengangguk. Ia kembali menegakkan tubuhnya. "Unnie, katakan pada yang lain aku akan pulang telat lagi"

Dahyun mulai bergerak melangkahkan kakinya. Jieun kembali bersuara membuatnya kembali berbalik.

"Dahyun-ah... kau yakin?"

Dahyun tersenyum paksa. "Ne, tenang saja unnie"

Dahyun kembali berjalan meninggalkan lokasi syuting itu.

***
Dahyun terdiam memandangi sebuah foto berukuran kecil yang berada di tangannya. Ia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan tangis yang akan siap keluar. Di foto itu terdapat foto seorang pria manis sedang tersenyum. Ia akui pria itu memang tampan, tapi ia tetap saja tak menyukai pria itu. Dan siapa yang tak tahu pria itu juga? Pria itu seorang artis sama dengannya.

"Ayah akan memberikanmu waktu 1 bulan untuk berkenalan dengannya"

Dahyun mendongak memandang sendu ayahnya. "Tapi ayah... apa ini tak terlalu cepat?"

Kim Joon menggeleng beberapa kali. "Tidak! Ini waktu yang pas"

Dahyun meletakkan foto itu di meja yang ada di hadapannya sekarang, ia menatap Kim Joon memohon. "Ayah... jebal. Usiaku masih 19 tahun"

Kim Joon tersenyum. "Maka dari itu, aku ingin kau menikah secepatnya"

Dahyun mencoba meneguk ludahnya, ia kembali melirik foto itu. "Ayah, kau tahu tidak usiaku dengannya tidak beda jauh. Dia masih 20 tahun, ayah yakin dia menerimaku?"

Dahyun berharap ayahnya terkejut dan langsung membatalkan pejodohan sialan ini.

Kim Joon kembali mengangguk dengan wajah santi. "Ayah begitu tahu. Dia? Dia sangat mau"

Dahyun meringis. Sekarang apa yang harus dilakukannya. Kepalanya menunduk tak berani lagi melawan ucapan sang ayah.

"Setelah kalian berkenalan, kita akan membicarakan pernikahan kalian"

Dahyun membuang nafasnya dengan berat. Baiklah jika itu permintaan ayahnya yang keras kepala itu. Ia harus apalagi? Melawan? Mustahil baginya. Itu sama saja seperti mencari mati.

"Kau sudah memutuskan kontrakmu?"

Dahyun menggeleng pelan, hal ini membuat tangan Kim Joon sudah bersiap menampar Dahyun lagi.

BRAK!

Kim Joon beralih menggebrak meja itu dengan keras, membuat Dahyun terlonjak kaget menatap sang ayah takut.

"Cepat putuskan kontrakmu! Sebelum ayah yang bertindak!"

Dahyun menggeleng lagi. "Ayah tolong jangan sekarang. Sebentar lagi aku akan comeback."

"Ayah tidak peduli!"

"Sekali lagi, aku mohon ayah. Setelah comeback, aku akan memutuskan kontrakku"

Kim Joon menatap Dahyun tajam. "Tepatilah janji di mulutmu itu Dahyun"

Dahyun mengangguk lemas. Ia kembali melirik foto pria itu. Sekali lagi ia membuang nafasnya dengan berat.

Yang benar saja? Mingyu seventeen?

***
Pagi telah tiba. Hari ini member GOT7 dan Twice kembali syuting. Semuanya berjalan begitu lancar. Hanya saja hari ini Dahyun lebih banyak tak berbicara. Bambam melihat sifat Dahyun merasa berbeda di hari ini. Ia merasa bukan seperti Dahyun. Biasanya saat break ini gadis berkulit putih itu sekarang sedang berlari-lari mengerjai staf lainnya dengan tawa jahat, tapi sekarang. Dahyun malah memilih duduk sendirian dengan memandang kedepan. Tatapan gadis itu pun seperti kosong.

Penasaran, Bambam melangkah mendekati Dahyun yang duduk menyindiri. Tanpa permisi, ia langsung menduduki dirinya di sebelah gadis itu.

"Apa yang kau pikirkan?"

Dahyun memang sudah sadar Bambam duduk di sebelahnya, tapi ia tetap tak mengubah sikapnya. Kepalanya menggeleng pelan mengadah kedepan.

"Kau sakit?" tanya Bambam lagi.

Dahyun kembali menggeleng pelan. Pikirannya sekarang sedang tertuju dengan permasalahan hidupnya sekarang. Sepertinya hidupnya sebagai Dahyun Twice akan berakhir.

Bambam mengikuti arah pandang Dahyun. Tepat disana Mark dan Mina sedang mengobrol sesekali tertawa. Matanya memincing melihat Mina tampak tersipu saat Mark berbisik pada gadis itu. Ia kembali menoleh pada Dahyun yang terlihat murung.

"Kau cemburu?"

Perlahan kepala Dahyun bergerak menoleh pada Bambam dengan pandangan bingung. "Cemburu apa?"

Bambam kembali beralih pada Mark dan Mina yang tak jauh dari mereka. "Mereka berdua"

Dahyun mengikuti arah pandang Bambam. Seketika hatinya kembali mengilu. Apalagi ini? Kenapa cobaannya banyak sekali.

Terdengar helaan nafas Dahyun begitu berat membuat Bambam menatap Dahyun kasihan.

"Gwenchana... semuanya akan baik-baik saja. Mereka berkencan diam-diam"

Ucapan itu membuat Dahyun menoleh cepat pada Bambam. "Berkencan?"

Bambam mengangguk beberapa kali. "Ne. Kau belum tahu?"

Dahyun kembali menatap kedepan. Tatapannya mulai miris, ingin sekali sekarang ia menangis. Tapi ia mencoba menahannya. Bibirnya tertarik terpaksa.

"Hahaa... mereka begitu cocok"

Bambam tahu, tawa itu terdengar palsu. Wajah Dahyun seperti terlihat bahagia, tapi di lubuk hatinya ia menangis. Kenapa bisa hal itu terjadi? Bagaimana bisa mereka berdua berkencan tanpa sepengetahuan dirinya. Dan lagi apa maksud perlakuan Mark selama ini dengannya.

Dahyun mencoba meneguk ludahnya mencoba menahan tangisnya yang akan keluar sebentar lagi.

Ia kembali berdiri, seraya menggeleng. "Aku duluan" ujarnya kembali melangkahkan kakinya.

Bambam menatap Dahyun kasihan. Terlihat begitu jelas wajah Dahyun tersakiti. Ia jadi merasa kasihan dengan Dahyun. Selama ini ia pikir gadis itu kuat, tapi ternyata salah. Dahyun selalu mencoba kuat di hadapan semua orang.

Matanya menurun kebawah. Dahinya berkerut melihat sebuah foto terjatuh di lantai. Ia yakin itu milik Dahyun, segera ia mengambil foto itu dan ingin mengembalikkannya pada Dahyun.

Tapi niatnya terhenti begitu saja. Saat ia membalikkan foto itu matanya terbelakak. Foto seorang pria sedang tersenyum manis. Kepalanya kembali mendongak menatap Dahyun yang berjalan mendekati member Twice lainnya.

"Dia menyukai Mingyu?"

Tak bisa di percayanya. Sejak kapan Dahyun menyimpan foto Mingyu teman 97 liners-nya. Bukankah ia rasa Dahyun tak pernah dekat ataupun berkenalan dengan Mingyu, lalu ini apa? Apa Dahyun termasuk penggemar Mingyu atau Dahyun memiliki rasa pada Mingyu. Pertanyaan-pertanyaan menyembul di kepalanya.

***
Syuting hari ke-2 telah usai. Semua member sudah kembali. Hari juga sudah malam. Di kediaman dorm GOT7 yang selalu riuh. Bambam tampak memikirkan foto Mingyu yang ia temukan.

"Hyung... kau tahu tidak Dahyun pernah mengenal Mingyu?" tanya Bambam pada Jaebum yang bermain PSP.

"Tidak" jawab Jaebum asik dengan permainannya.

Jackson mendengar itu mendekat pada Dahyun. "Memangnya kenapa? Jangan bilang kau sungguh menyukai Dahyun?"

Bambam berdecak memutar bola matanya malas mendengar tuduhan tidak jelas itu. "Tidaklah. Aku hanya penasaran saja"

Youngjae ikut mendekat. "Penasaran apa?"

Bambam bergerak mengeluarkan foto Mingyu yang tadi ia ambil tak jadi mengembalikkannya pada Dahyun. Lalu ia menunjukkan kehadapan mereka.

Yugyeom yang melihat itu mengernyit. "Mingyu? Kenapa dia?"

"Aku menemukannya terjatuh dari saku Dahyun. Aku penasaran apa Dahyun memiliki perasaan dengan Mingyu atau Mark hyung" di ujung kalimat ia menyempatkan melirik Mark yang duduk di sofa seraya mendengar musik dari earphonenya.

Mendengar itu Jaebum menghentikan permainannya. Ia beralih menatap Bambam seutuhnya. "Ini tak bisa terjadi. Dahyun harus bersama Mark hyung!"

Jinyoung berdecak menatap Jaebum kesal. "Kecilkan suaramu, bagaimana jika dia mendengarnya?"

Jaebum meringis. "Maaf aku tak sengaja. Aku hanya terkejut saja. Sejak kapan Dahyun memiliki perasaan dengan Mingyu? Bukankah Dahyun terlihat lebih menyukai Mark hyung"

Bambam menggeleng pelan. "Aku juga tak tahu."

Jackson menghembuskan nafasnya. "Sudahlah. Sudahi sajalah semuanya. Lagipula Mark hyung sudah berpacaran dengan Mina, apalagi?"

Mereka terdiam. Yang diucapkan Jackson benar juga. Mark sudah berpacaran dengan Mina, lalu kenapa sekarang mereka masih ingin menjodohkan Mark dan Dahyun? Ini sama saja mereka seperti perusak hubungan.

Jinyoung berdiri. "Aku pergi dulu, ingin membeli minuman dingin"

***
Dahyun menutup kembali dorm Twice itu. Ia berbalik, langkahnya terhenti seketika melihat Jinyoung sudah berdiri dari jarak yang tak jauh darinya.

Jinyoung melambai kecil seraya tersenyum. "Hai..."

***
Dahyun dan Jinyoung sedari tadi hanya diam. Tak ada yang memulai percakapan. Dahyun menatap kedepan dengan pikiran kosong. Jinyoung menoleh, akhirnya ia bersuara menghilangkan keheningan diantara keduannya.

"Kenapa diam saja. Minum saja ini" ujar Jinyoung memberikan minuman soda.

Dahyun tersenyum menerimanya. "Gomawo sunbae"

Tapi Dahyun tak juga membuka kaleng minuman soda itu. Ia hanya mengenggam kembali menatap kedepan.

Jinyoung menghela nafasnya. Tadi setelah ia kembali membeli minuman dingin, tiba-tiba saja sesuatu keinginannya menaik tangga lantai 4. Tepat saat itu keluarlah Dahyun, orang yang ingin sekali ia ajak mengobrol. Dan sekarang disinilah mereka, duduk berdua di tangga lantai menuju lantai 5 dengan jarak duduk yang sedikit jauh.

"Jangan di pikirkan hal itu"

Suara itu kembali membuat Dahyun menoleh pada Jinyoung. Jinyoung beralih menatap Dahyun.

"Aku tahu, apa yang kau rasakan"

Seketika Dahyun mengerti. Ia menundukkan kepalanya jika mengingat hal yang menyakitkan itu.

"Mereka memang berpacaran, tapi kita tidak tahukan suatu saat mereka akan pisah atau tidak?" lanjut Jinyoung seraya tersenyum kecil.

Dahyun menggigit bibir bawahnya mencoba menahan tangisnya lagi. Kaleng soda itu sedikit meremuk akibat cengkramannya.

"Semuanya akan baik-baik saja Dahyun..."

"Hiks..."

Tangis itu pecah. Dahyun menggeleng beberapa kali. "Tidak sunbae. Semuanya tidak baik-baik saja"

Jinyoung tersenyum. Ia tahu apa yang dirasakan Dahyun. Walaupun ia sedikit terkejut melihat Dahyun menangis di hadapannya.

"Kau salah"

Dahyun menghentikan tangisnya, ia menghapus air matanya lalu mendongak menatap Jinyoung kembali.

"Kau tahu tidak, Mark hyung sering pergi saat tengah malam."

Dahyun hanya diam menunggu ucapan selanjutan dari sunbae-nya itu.

Jinyoung tiba-tiba tertawa kecil. "Kau tahu apa yang dilakukannya?"

Dahyun menggeleng kecil. "Dia menunggumu"

2 kalimat itu berhasil membuat Dahyun tertegun. Menunggu dirinya? Apa maksudnya?

"Disaat kau pergi keluar dan kembali malam, ia tak tidur. Dan saat tengah malam, ia pergi keluar. Mangkannya kau harus tahu, kalian selalu berpas-pasan di lift. Itu bukan kesengajaan melainkan Mark hyung lah yang melakukannya"

Dahyun tercengang mendengar penjelasan dari Jinyoung itu. Ia menatap Jinyoung tak percaya. Bagaimana bisa Jinyoung berpikir seperti itu. Tapi darimana pria itu mengetahui bahwa mereka sering berpasan di lift?

"Darimana sunbae tahu?"

Jinyoung kembali tertawa kecil. "Tentu aku tahu. Aku belum tidur. Aku juga selalu mengikutinya kemana dia pergi, dan mengikutinya. Lalu aku mengintip. Setelah beberapa hari dia terus melakukan hal itu, dan itu selalu bertemu denganmu. Akhirnya aku menarik kesimpulan ini"

Dahyun terdiam. Merasa yakin, tidak yakin dengan ucapan Jinyoung itu.

Apa itu benar?

Jinyoung mengadah kedepan. Ia menggeleng seraya tersenyum kecil. "Kelakuan Mark hyung tak bisa di tebak. Aku tahu dia menyukaimu, tapi dia gengsi"

Dahyun menggeleng mendengar hal itu. "Tidak sunbae. Mark sunbae tidak menyukaiku. Dia memang menyukai Mina unnie"

Jinyoung mengernyit menoleh pada Dahyun. "Darimana kau tahu"

Rasanya begitu susah menjawabnya. "Da—dari dia"

Dahyun segera mengalihkan pandangannya sebelum Jinyoung melihat kembali air matanya.

Jinyoung menghela nafas. "Aku baru tahu hal itu. Mark hyung tidak terbuka. Mereka berpacaran saja, kami tahu dari Mina"

Dahyun hanya diam tak membalas lagi. Mereka kembali hening beberapa menit, sampai Jinyoung kembali bersuara.

Jinyoung menoleh, ia teringat sesuatu. "Apa kau menyukai Mingyu seventeen?"

Dahyun menggeleng cepat. "Tidak sama sekali"

Jinyoung mengangguk, ia tak ingin membahas lebih dalam hal ini. Karena mungkin itu adalah privasi Dahyun.

***
Hari ini adalah hari ketiga syuting untuk MV mereka. Dahyun selalu bersikap seakan tegar. Hanya bedanya 2 hari belakangan ini, dia terlihat tak banyak bicara seperti biasanya.

"Evil!!" seru Bambam menghentakkan tangannya di bahu Dahyun.

Dahyun menghempaskan tangan itu dengan kasar, ia menatap Bambam tajam. "Jangan mengangguku!" lalu ia berjalan meninggalkan Bambam.

Bambam menggarut kepalanya tidak gatal. Apa salahnya? Kenapa Dahyun menatapnya tajam.

Jihyo melihat itu menepuk pundak Bambam beberapa kali. "Maaf sunbae, dia sedang mengalami menstruasi, mangkannya seperti itu"

Bambam mengangguk mengerti seraya tertawa kecil mendengar hal itu.

Dahyun mengambil tempat duduk di sebelah Momo yang asik bermain ponselnya. Kedua tangannya menekan perutnya, mencoba mengurangi nyeri pada perutnya ini. Matanya mulai terpejam, ia berharap setelah ia tertidur sebentar perutnya tidak sakit lagi. Hal yang paling ia benci, mengalami menstuasi dengan nyeri yang tak biasanya.

Bambam datang lagi mendekati Dahyun. "Aku ingin duduk, bisakah kau cari tempat yang lain" usirnya pada Momo.

Sebenarnya Momo kesal dengan usiran itu. Tapi karena Bambam adalah subaenya, dengan berat hati ia beranjak dari duduknya membiarkan Bambam menduduki kusinya.

Terlintas sebuah ide jahil di kepala Bambam melihat wajah Dahyun yang sudah tertidur. Ia kembali beranjak dari duduknya berjalan memasuki ruang rias. Lalu ia kembali datang lagi duduk di sebelah Dahyun dengan membawa bulu hiasan rambut.

Dengan senyum yang begitu lebar, ia mengelus telinga Dahyun menggunakan bulu itu.

Sesuatu yang menggelikan di telinga Dahyun, berhasil membangunkannya. Ia menegakkan tubuhnya, menatap orang yang telah berhasil menganggu tidurnya.

"YA!!"

Bambam diam tak berkutik melihat tatapan tajam itu. Tangannya berhenti begitu saja.

"Noe..."

"Dahyun-ah... ada seseorang ingin menemuimu"

Tangan Dahyun yang tadinya terangkat ingin memukul Bambam terhenti begitu saja saat Jieun memanggilnya. Dahyun mendengus menatap Bambam tajam. Tanpa melanjutkan perkataannya, ia berjalan meninggalkan Bambam dengan perasaan kesal.

Bambam bernafas lega. Hampir saja ia mati melihat tatapan mengerikan itu. Ia menoleh pada Jieun seraya tersenyum lebar, Jieun penyelamatnya!

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Where stories live. Discover now