[24] Happy Dahyun Day [Rewind]

2K 151 10
                                    

Lift itu tiba-tiba terbuka.

Dua pria yang berada dalam lift itu seketika membelakak. Kantung plastik berisi makanan yang di pegang salah satu pria itu terjatuh begitu saja setelah melihat adegan yang ada di hadapan mereka.
_
_
_
_
Pria yang lebih tinggi dari kedua pria itu menggeram. Tangannya sudah terkepal kuat. Kakinya berjalan cepat melangkah mendekati Mark dan Dahyun yang masih saling melumat.

"Ya!"

Kedua pasangan itu terlepas begitu saja saat salah satu pria itu menarik kerah baju Mark.

Dahyun terbelakak. "Oppa!"

Wonho tak peduli lagi panggilan Dahyun itu. Matanya sekarang hanya menatap Mark dengan tajam. Tangannya masih setia menarik kerah baju Mark hingga remuk, bahkan sekarang ia sudah melupakan status sunbae Mark itu.

"Oppa hajima..."

"Mwohani?!"

Wonho semakin menarik kuat kerah baju Mark hingga membuat pria blonde itu terbatuk-batuk.

"Hyung!"

Taeyong berlari lalu mencoba melepaskan cengkraman itu.

Akhirnya cengkraman itu terlepas. Wonho terus menatap Mark tajam dan tak suka. Bahkan sekarang matanya mulai memerah pertanda ia begitu marah setelah melihat adegan yang begitu jelas di matanya, melihat adiknya berciuman dengan pria lain.

"Oppa... kenapa kau melakukan ini dengannya?" Dahyun berdiri di depan Mark mencoba menghalangi Wonho yang seperti ingin memukul Mark.

Wonho terkejut dengan pertanyaan Dahyun itu. "Apa yang kau katakan Dahyun? Dia menciummu! Apa aku gila membiarkan adikku dicium pria lain?!"

Dahyun menggeleng, air matanya kembali turun. "Aniyo oppa. Aku juga memang menginginkannya"

Kedua kalinya Wonho terkejut begitupun Taeyong.

"Dahyun-ah... apa kau gila?" ujar Taeyong menatap Dahyun tak percaya.

Dahyun menggangguk beberapa kali. "Hiks... ne! Aku memang sudah gila!"

"Kau—"

"Aku sudah gila oppa! Ini semua karena orangtua kalian yang terlalu egois! Aku membenci mereka hiks..."

"Apa maksudmu Dahyun? Jelaskan semuanya pada oppa" ujar Taeyong.

Dahyun menggeleng keras. "Tidak ada yang perlu di jelaskan. Kalian bisa meminta penjelasan pada kedua orangtua kalian itu" bahkan ia sudah tak sudi mengakui kedua orangtuanya itu.

"Ya! mereka juga orangtuamu! Jaga ucapanmu!" teriak Wonho keras.

"Hyung tenanglah!" Taeyong berusaha mencoba menenangkan Wonho yang mulai emosi. Karena bisa bahaya jika Wonho marah dan emosi. Bisa-bisa Wonho kembali drop.

"Hiks... jika mereka orangtuaku, mereka tidak akan membuatku seperti ini oppa!"

Taeyong menghela nafas. Ia beralih pada Dahyun dan Mark bergantian. "Apa hubungan kalian sebenarnya?"

Mark maju selangkah berdiri disebelah Dahyun. Satu tangannya mengambil tangan Dahyun, "Kami memang tak punya hubungan apa-apa sekarang. Tapi segera aku akan mengubah status kami"

"Apa maksudmu?! Kau sudah melakukan apa saja dengan Dahyun hah?!" Wonho kembali bersuara.

"Hyung!"

Taeyong kembali menegur Wonho agar hyung-nya itu tidak terlalu emosi. Ia beralih pada Dahyun.

"Kenapa kau menyembunyikan ini semua dari kami Dahyun?"

"Karena aku bingung! Di satu sisi aku memang mencintai Mark tapi di sisi lain ayah dan ibu menjodohkanku. Dan lagi kalian semua tak punya waktu, bagaimana aku memberitahu kalian semuanya?"

Amarah Wonho langsung mereda mendengar hal itu. Begitupun Taeyong. Keduanya juga terkejut dan baru mengetahui hal itu. Selama ini memang mereka lebih banyak sibuk karena comeback stage mereka.

"Dahyun-ah..."

Perlahan Wonho berjalan mendekat pada Dahyun, memeluk tubuh mungil itu. "Gwenchana... sekarang oppa disini"

Dahyun semakin histeris. "Kau terlambat oppa hiks... kenapa sekarang kau mengatakanya? hiks..."

"Mianhae... jeongmal mianhae" sekarang Wonho merasa sangat bersalah.

"Sepertinya kita perlu bicara di tempat biasa" ujar Taeyong.

Kemudian ia beralih pada Mark. "Sunbae juga harus ikut"

***
Taeyong menatap Dahyun ngeri. Sedari tadi Dahyun selalu makan tanpa henti seperti orang tidak makan berhari-hari. Bahkan adik kecilnya itu telah melupakan kehadiran dirinya dan yang lain. Begitu rakusnya Dahyun makan sehingga kotoran di sekitar mulutnya pun tak di hiraukan lagi.

Wonho beralih pada Mark yang duduk di sebelah Dahyun. "Apa sunbae tak mengingatkan Dahyun makan?" seakan sadar, Wonho kembali seperti biasa, hormat dengan Mark sebagai sunbae.

Dahyun mendengar itu menghentikan makannya lalu mendongak menatap Wonho. "Oppa... jangan menyalahkan dia lagi"

Mulut Wonho terbuka. "Aku tak menyalahkan dia"

Dahyun mendengus. "Tetap saja. Pokoknya jangan berbicara dengannya"

Wonho tercengang dengan ucapan adiknya itu.

Mark hanya diam seakan tak peduli, ia mulai makan.

Dahyun menyumpitkan Jajangmyeon itu lalu mengarahkannya ke mulut Mark.

"Ini enak, buka mulutmu"

Mark membuka mulutnya lalu menerima Jajangmyeon itu. Kepalanya mengangguk beberapa kali dengan mulut masih mengunyah. "Matshisoyo"

Dahyun sumringah dan kembali makan.

Taeyong dan Wonho merasa geli melihat kemesraan yang di ciptakan Dahyun itu. Bagaimana bisa Dahyun berani-beraninya menyuapi Mark di hadapan mereka yang termasuk kakak-kakak Dahyun.

"Ya! Kami masih disini"

Dahyun mendengus beralih pada Wonho. "Siapa bilang oppa-oppa tidak disini" kemudian ia kembali makan.

Taeyong berdehem. "Sudahlah hyung... sekarang kita makan dulu, baru kita meminta penjelasan mereka"

Wonho menghela nafas. Akhirnya ia dan Taeyong memulai makan.

Beberapa menit kemudian hidangan itu telah habis. Semuanya tampak mulai kenyang sehingga mereka hanya diam dan tak ada lagi yang mengeluarkan suara.

Sampai Taeyong mulai membuka suaranya.

"Sejak kapan kalian dekat?"

"Kami tidak pernah dekat, bisa di bilang kami dekat jika hanya berdua saja" jawab Mark langsung.

Kening Wonho berkerut. "Maksudnya?"

"Kami hanya dekat jika tak ada orang lain atau hanya kami berdua" jelas Mark.

Wonho memincing. "Aku seperti merasa yang tadi bukanlah ciuman pertama kalian"

"Memang bukan" ujar Dahyun.

Taeyong sedikit terkejut. "Be—benarkah?" dia saja belum pernah ciuman, tapi ini adik kecilnya sudah berani-beraninya.

Dahyun mengangguk. Tiba-tiba sesuatu melintas di pikirannya.

"Oppa..."

Wonho dan Taeyong serentak mengangkat alisnya.

"Bisakah kalian membantuku?"

"Bisa asal tidak macam-macam" ujar Wonho.

Dahyun menggigit bibir bawahnya, dalam hati ia mencoba menyakini dirinya. "Membatalkan keinginan ayah dan menyatukanku dengan Mark"

Mark menoleh mendengar hal itu. "Sudahlah jangan mengatakan seperti itu. Aku sudah berjanji pada ayahmu untuk menjauhimu"

Dahyun beralih pada Mark. "Paboya? Kau pikir aku mau?"

"Lalu bagaimana lagi? Kalau aku tidak berjanji, kau akan terus di tampar!"

"Di tampar?!" serentak Wonho dan Taeyong berseru.

Mark beralih pada kedua kakak Dahyun. "Dahyun di tampar. Aku rasa ini juga bukan pertama kalinya dia di tampar. Apa kalian tidak tahu?"

"Ya!" bisik Dahyun penuh tekanan pada Mark agar menutup mulut, namun Mark sudah membeberkan terlebih dahulu.

"Benarkah Dahyun...?" suara Taeyong mulai memelan.

Dahyun mengangguk pelan.

Rahang Wonho mulai mengeras. "Sejak kapan?!"

"Sud—"

"Jawab Dahyun!!"

"Jika kalian tak ada, aku selalu di tampar ayah" jawab Dahyun akhirnya.

BRAK!

Gebrakan itu berasal dari tangan Taeyong. Pria itu juga tampak ikut marah. "Ayah macam apa dia?!"

"Ini tak bisa di biarin!" saat Taeyong berdiri dan bersiap-siap melangkah, Mark langsung menghentikan langkahnya.

"Kau ingin apa? Aku sudah berjanji dengan ayah kalian untuk menjauhi Dahyun asal dia tidak melukai Dahyun sedikitpun"

Wonho beralih pada Mark. "Benarkah? Kenapa kau mengatakan seperti itu?"

Mark menghela nafas dengan kasar. "Apa aku bisa hanya diam melihat dia di tampar? Tidak sama sekali. Mangkannya aku mengatakan persyaratan itu"

"Tapi aku tidak mau..." lirih Dahyun pada Mark.

"Jangan tunjukkan wajahmu seperti itu lagi" decak Mark.

Taeyong kembali duduk. "Kami akan mengabulkan permintaanmu itu Dahyun"

Dahyun langsung sumringah. "Benarkah oppa?"

Taeyong mengangguk yakin. "Ne!"

Wonho menoleh pada Taeyong. "Kau serius? Kau tidak takut dengan ayah?"

"Hyung... kalau kita seperti ini, kita akan terus di bawah Ayah. Apa hyung mau terus-terusan di pintah ayah sana dan sini"

Wonho menggeleng. "Tapi aku merasa tidak yakin"

"Hyung... ayolah"

"Baiklah!"

Dahyun semakin sumringah mendengar hal itu. Ia menatap Wonho dan Taeyong bergantian dengan bangga. "Kalian memang oppa terbaikku"

Wonho dan Taeyong berusaha menarik ujung bibirnya walau pikiran mereka mulai berpikir mencari cara agar ayahnya dapat luluh.

"Geundae oppa..."

"Apalagi?" ujar Wonho.

Dahyun melirik Mark. "Kalian tahu kami sudah melakukan hal intim"

"MWO?!"

Dahyun meringis. Mark melirik Dahyun sinis, merutuki Dahyun yang bodoh mengatkannya terlalu cepat.

"A—apa—" Taeyong tak sanggup lagi berkata setelah mendengar tuturan dari Dahyun itu.

"YA!"

Dahyun menunduk.

Wonho menggeram, matanya sudah tertutup rapat mencoba menghilangkan rasa marahnya.

"Ja—jadi... kau ti—tidak vi—virgin lagi?"

Dahyun menggeleng lagi. "Tapi aku tidak hamil oppa"

"Tetap saja bodoh!"

Dahyun merengut dengan makian Wonho itu.

"Aish! Apa yang telah kalian lakukan! Aku jadi seperti ingin menangis" Wonho mengusap wajahnya.

"Oppa..."

"Aku sudah bilang pada Kim Joon aboeji untuk menikahi Dahyun, tapi dia menolakku. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa" Mark mengeluarkan suaranya.

Mata Taeyong membulat. "Benarkah ayah tidak mau? Kenapa ayah mengatakan seperti itu. Disaat ada pria yang ingin bertanggungjawab kenapa ayah menolaknya"

"Kalau sudah seperti ini, lebih baik kalian menikah saja langsung" sahut Wonho.

Mendengar hal itu bibir Dahyun tertarik. "Ne, aku juga ingin"

Semua beralih pada Dahyun. Dahyun seperti tidak merasa malu, ia tetap tersenyum lebar.

"Ayolah oppa, kalau bisa panggilkan pendeta langsung"

"Michyeoseo? Kau tak ingat karirmu?" ujar Taeyong.

Dahyun berdecak. "Aku akan keluar dari Twice"

"Kenapa?" tanya Mark kali ini penasaran.

Dahyun semakin menarik ujung bibirnya menoleh pada Mark. "Aku ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik saja" ujarnya malu-malu.

Heol!

"Aish!" desis Wonho.

Mark menarik ujung bibirnya kecil melihat wajah imut Dahyun itu yang di tujukan padanya. Jika saja kedua kakak Dahyun tak ada disini, ia sudah langsung menerkam bibir merah cherry milik Dahyun itu.

"Hentikan Dahyun. Itu menggelikan" ujar Taeyong mulai kesal.

Dahyun tak menghiraukan ucapan Taeyong itu. Ia tetap memandang Mark seraya mengedipkan matanya beberapa kali seperti boneka barbie membuat Mark gemas dan ingin sekali menggigit pipi putih itu langsung.

Wonho melirik jam di tangannya. "Ini sudah hampir tengah malam. Sebaiknya kita harus kembali. Aku juga besok memiliki jadwal padat, aku yakin kalian juga"

***
Dahyun tetap tersenyum, ia terus menggenggam jari telunjuk Mark. Kepalanya mendongak menatap Mark yang lebih tinggi darinya.

Cup

"Besok jangan berubah ya?"

Mark tersenyum dengan tindakan Dahyun itu, yang berani mencium pipinya tiba-tiba. "Ne, aku tidak akan berubah" coleknya hidung Dahyun.

Untung saja keduanya sedang berada dalam lift hingga tak ada orang lain yang melihat mereka.

Ting

Lift itu terbuka menuju lantai 4. Dahyun keluar dari lift itu. Ia kembali berbalik menatap Mark.

"Bye..." ia melambai kecil pada Mark.

"Bye bee..."

Dahyun tersipu dengan panggilan manis Mark itu.

***
Sudah dua minggu telah berlalu. Kehidupan Dahyun berjalan seperti biasa, menjalani jadwal Twice di kehidupannya. Ia begitu senang karena ayahnya tak lagi menghubunginya lagi, begitupun Mingyu tak pernah lagi datang di hadapannya. Namun, hatinya menjadi sedih dan kesepian karena Mark. Pria blonde itu sudah berjanji akan selalu di sampingnya dan tidak akan berubah. Tapi, sayangnya itu hanya omongan saja. Perlahan Mark mulai menjauhinya ntah sebab apa.

Dua minggu telah berlalu, disitu pula Mark mulai menjauhinya. Disaat ia ingin mengajak Mark berbicara, pria blonde itu menjauh, menatapnya saja enggan. Kejadian ini mengingatkannya saat dimana dulu ia mengakui perasaannya pada Mark. Apa sekarang ini Mark ingin menepati janjinya pada ayahnya itu?

"Mark..."

Mark membuang mukanya setelah melihat siapa pemilik suara itu. Ia malah mempercepatkan jalannya saat Dahyun mulai berjalan cepat mengejarnya.

Segera ia menekan cepat tombol terbuka lift itu. Ujung matanya melirik Dahyun yang mulai mendekat padanya.

Ting

Lift itu terbuka, Mark langsung masuk dan cepat menekan tombol tertutup lift itu.

"Mark! Mark!!"

Dahyun mencoba menggapai lift itu agar ia bisa masuk, namun sayangnya lift itu terlanjur tertutup sepenuhnya. Wajahnya langsung sedih, padahal tadi ia begitu senang melihat Mark keluar dari dorm GOT7. Tujuan utamanya tadi hanya ingin bertemu Mark, menemui pria itu dengan mendatangi dorm GOT7. Tapi sayangnya, Mark kembali mencoba menghindarinya.

Hatinya bahkan mengilu dengan sikap Mark itu.

"Kenapa kau seperti ini Mark?"

***
Mark menjilat bibirnya, merasa begitu bersalah. Hatinya ikut mengilu dengan perlakuannya ini sendiri. Namun demi rencananya, ia rela bersikap seperti ini pada Dahyun. Walaupun ia merasa tak tahan menjauhi Dahyun. 2 minggu berlalu, selama apalagi ia harus seperti ini. Waktu begitu lama berputar rasanya.

***
Hari ini Dahyun bertekad untuk menemui Mark dan berbicara secara empat mata. Dirinya sudah tak tahan lagi melihat sikap cuek Mark ini pada dirinya. Cukup dulu Mark bersikap seperti ini, jangan lagi. Karena ini berhasil membuatnya sakit, baik fisik maupun hatinya.

Ia bangkit dari tidurnya. Segera ia membersihkan dirinya dan cepat menemui Mark ke dorm GOT7 sebelum GOT7 sudah pergi duluan, siapa tahu GOT7 punya jadwal di pagi hari.

Baru saja ia membuka pintu kamar suara teriakan langsung menyambutnya.

"HAPPY BIRTHDAY DAHYUN-AH!!!"

Teriakan itu serentak hampir merusak indra pendengarnya. Dan teriakan yang paling begitu melengking adalah Sana.

"saengil chughahamnida, saengil chughahamnida, saranghaneun Dahyun ui, saengil chughahamnida"

Semua member bernyanyi bergitu antusias. Dahyun tiba-tiba menjadi teringat dengan hari ulang tahunnya yang bertepat pada hari ini. Dia bahkan lupa dengan hari ulang tahunnya.

Wajahnya bahkan tampak mulai terharu dengan kejutan dari member Twice ini.

"Uwah!! Uri Dahyunie sudah 20 tahun!" seru Nayeon antusias.

Dahyun tersenyum lebar mendengar hal itu. Itu artinya ia mulai dewasa, umurnya sudah menginjak kepala 2.

"Ya... tiup lilinya" ujar Jeongyeon yang membawa kue ulang tahun sederhana itu.

Pada saat Dahyun ingin meniup lilin itu, Jihyo menahannya.

"Jakkaman, kau harus make a wish dulu"

Dahyun mengangguk antusias. Ia melipat kedua tangannya kemudian memejamkan matanya. Di dasar hatinya ia berharap bertambah usianya ini ia menjadi lebih baik dari sebelumnya dan yang paling penting ia begitu berharap Mark tak melupakan hari kelahirannya ini.

Setelah berharap, ia membuka matanya lalu meniup lilin itu.

Semuanya bertepuk antusias. "Cukhae!!"

"Gomawo!" seru Dahyun kemudian memeluk semua member Twice.

***
Setelah berpesta kecil dengan member Twice, Dahyun meminta ijin untuk keluar sebentar.

Ia berjalan mendekati lift. Masuk ke dalam lift itu, lalu menekan tombol 3. Dalam hati ia berharap Mark mau menemuinya dan semoga Mark juga sudah kembali seperti Mark dulunya hangat dan penuh kasih sayang dengannya.

Di tariknya nafasnya dalam setelah ia sudah berdiri di depan pintu dorm GOT7. Dalam hati ia mencoba menyakinkan dirinya bahwa Mark ada di dalam. Semoga aja!

Tok Tok Tok

Setelah ia mengetuk pintu dorm itu langsung terbuka. Jinyoung berdiri menatapnya bingung.

"Ada apa Dahyun?"

Jinyoung ada, sekarang ia begitu yakin Mark juga ada di dalam. Membayangkan itu membuatnya tersenyum lebar.

"Apa Mark ada?"

Jinyoung meringis. Kepalanya melirik ke belakang sebentar. Ia kembali menatap Dahyun.

"Dia tidak ada"

Mendengar hal itu, rasanya Dahyun seperti patah semangat.

"Dia kemana?"

"Yang pasti dia sedang berada jauh"

Dahyun tak mengerti apa maksud Jinyoung itu."Maksud sunbae apa?"

Jinyoung tampak ragu menjawab. "Mmmhh... pokoknya dia sedang pergi"

"Sunbae! Tolong jawab yang jujur!" Dahyun mulai risau dengan jawaban yang tidak jelas Jinyoung itu.

"Sekarang dia di jeju"

Mata Dahyun spontan membulat.

"Jeju?!"

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Where stories live. Discover now