[11] Sunbae - Oppa (Rewind) (Publish)

2.2K 160 24
                                    

"Pe—pernikahan?"


Spontan tubuh Dahyun melemas. Apa lagi ini?
_
_
_
_
Setelah menerima panggilan dari sang ayah, Dahyun langsung keluar begitu saja dari dormnya. Ia tak peduli lagi panggilan Mark yang mencoba menahannya. Sekarang ia harus cepat-cepat menemui ayahnya itu, agar ayahnya tak marah dengannya.

Tentu saja ia keluar menutupi seluruh tubuhnya, agar orang lain tidak mengetahuinya.

Tak berapa lama ia telah sampai di sebuah rumah kecil yang terlihat sudah lusuh. Rumah yang dulunya rumah kebahagiaannya, tempat ia mengenal artinya keluarga. Itu dulu, sekarang tidak. Rumah itu sekarang baginya adalah penghancur segalanya.

Segera dia memasuki rumah itu. Matanya langsung tertuju pada kedua orangtunya yang sudah duduk di living room kecil itu. Ia menutup pintu itu, melepaskan sepatunya. Kemudian berjalan menghampiri kedua orangtuannya itu.

Dahyun hanya bisa diam menunduk menunggu apa yang dilontarkan dari mulut kedua orangtuanya itu. Ayah dan ibu itu saling pandang, kemudian ayahnya mengangguk pada ibunya itu.

"Dahyun-ah..."

Dahyun mendongak saat ibunya memanggil dirinya.

"Maksud kami memanggilmu—"

"Pernikahan?" potong Dahyun.

Kim Joon mengangguk mendengar tuturan anaknya itu. "Ne, kau benar. Ayah dan ibu berencana akan menikahkanmu secepatnya"

Dahyun menatap ayah dan ibunya bergantian dengan tak percaya. Menikah? Yang benar saja, usianya bahkan baru menginjak 19 tahun. Perjalanannya masih panjang dan dia juga masih ingin merasakan masa mudanya.

Dahyun menggelengkan kepalanya. "Aku tak mau ayah"

"Kau harus mau!" tegas Kim Joon.

Dahyun kembali menggeleng keras, "Tidak ayah! Aku tidak mau, cukup sudah urusi masalah hidupku. Urusi saja masalahmu!"

PLAK!

Dahyun memegang pipinya yang panas. Tamparan itu begitu kuat terhempas ke pipinya. Ia yakin pipinya juga sudah memerah. Matanya mulai basah dengan air matanya, ia menatap Kim Joon tak percaya dengan apa yang telah di lakukan ayahnya itu.

"Jangan pernah berkata seperti itu! Ingat aku telah membesarimu!" Kim Joon menunjuk tepat di wajah Dahyun dengan wajah yang sangat marah.

Yoori hanya bisa diam memandang anaknya miris. Ia tak bisa melakukan apapun lagi. Karena ia memang tak berani dengan mantan suaminya itu. Inilah alasannya, kenapa ia meninggalkan suaminya itu. Kasar, kejam, dan jahat. Siapa yang tahan dengan suami yang hampir setiap hari memukulnya dengan alasan kecil saja.

Dahyun beralih pada Yoori, menggenggam tangan keriput itu. "Hiks... ibu, aku tidak mau" kepalanya menggeleng beberapa kali.

Yoori mencoba menahan tangisnya. Ia memeluk Dahyun seraya mengelus kepala anak gadisnya itu. "Bersabarlah sayang"

"Ayah akan memberitahumu calon suamimu secepatnya!"

***
Sedari tadi Dahyun hanya bisa diam dengan pikiran kosong. Jalannya ia percepatkan memasuki gedung JYP itu. Kakinya melangkah memasuki lift itu. Terdengar begitu keras helaan nafasnya. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apalagi. Ia merasa perjalanan hidupnya akan berakhir dalam hitungan detik saja.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia meronggoh saku celanannya, melihat layar ponselnya. Disana tertera nama 'Sana', segera ia mengangkat panggilan itu.

"Ne unnie, aku akan kesana" jawabnya langsung tanpa memberikan Sana kesempatan berbicara.

"Ani, bukan itu. Kau dimana sekarang?"

"Di lift, ini akan ke ruang dance GOT7"

"Tidak, tidak, jangan kesana. Lebih baik kau ke Rumah sakit saja. Mark sunbae masuk rumah sakit. Aku akan mengirimkanmu alamat rumah sakitnya"

Tut

Dahyun terdiam. Dua kali ia mendapatkan kabar buruk hari ini. Kepalanya menggeleng, kenapa hidupnya harus seperti ini, apa salahnya? Air mata itu kembali turun.

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Ia mengecek pesan dari Sana, mengenai alamat rumah sakit itu.

Segera ia menekan tombol 1 di lift itu.

***
Langkah Dahyun begitu cepat. Kakinya yang tadi berjalan cepat menjadi berlari kecil di koridor rumah sakit itu. Wajahnya tampak khawatir, dalam hati ia berdoa agar Mark baik-baik saja. Dia tak ingin Mark terluka sedikit saja. Perasaan menyesal datang, mengingat ia meninggalkan Mark begitu saja. Betapa jahatnya dirinya.

"Dahyun-ah, disini!" seruan itu membuat Dahyun menoleh kearah sumber suara.

Ia kembali berlari tempatnya member lainnya berkumpul.

"Ba—bagaimana keadaannya" nafasnya sudah mulai tersengal-sengal akibat berlari.

"Belum pasti" ujar Sana menggeleng kecil.

"Bagaimana bisa?" suara Dahyun mulai mengecil.

"Dia tidak sadarkan diri" jawab Jackson.

"Ini semua salahmu, kenapa kau menguncinya?" suara Mina mengalihkan Dahyun.

Mina kini menatapnya tak suka. Dahyun merutuki dirinya, bodoh sekali tadi dia mengunci kamarnya. Kenapa ia tak berpikir Mark masih di dalam.

"Aku lupa unnie" lirihnya.

"Sekarang seperti ini kan, dia tidak sadarkan diri karenamu." Sinis Mina.

Dahyun hanya bisa diam menunduk bersalah. Ia memang bersalah, pantas untuk dimarahi ataupun di caci.

"Sudah sudah jangan ribut, tak ada gunanya sama sekali" relai Jaebum.

Beberapa menit kemudian dokter beserta 2 perawat keluar dari kamar VIP itu.

"Dia sudah sadar, kalian bisa melihatnya" ujar dokter itu.

Member lainnya mengangguk berterimakasih. Lalu mereka semua masuk ke dalam kamar VIP itu. Terkecuali Dahyun. Ia masih diam di tempat. Perasaannya takut sekali masuk ke dalam. Ia takut melihat wajah Mark seperti biasanya, dingin dan terlihat kejam, di tambah lagi dia membuat kesalahan.

Di dalam sana Mark hanya diam dengan infus di tangannya.

"Gwenchana hyung?"

Mark hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan Jaebum itu.

"Bagaimana keadaanmu sekarang hyung?" tanya Youngjae lagi.

Mark menghela nafas sebentar. "Seperti ini" jawabnya singkat.

"Sunbae... maafkan Dahyun telah menguncimu"

Mark hanya melirik Momo sebentar, kemudian ia beralih melihat kedepan. Ia tak menjawab ucapan itu.

"Dimana Dahyun?" Nayeon memandang sekitarnya, tak ada Dahyun.

Mereka beralih keluar pintu itu yang masih terbuka. Tak ada Dahyun sama sekali. Bambam berjalan kedepan keluar kamar VIP itu. Ia melirik kanan dan kirinya, tak ada Dahyun juga. Dahinya mengernyit, bertanya kemana Dahyun, apa gadis itu sudah pulang? Cepat sekali.

Dari koridor itu Dahyun kembali menatap Bambam takut-takut. Bambam berjalan mendekati Dahyun.

"Ada apa kenapa kau tak masuk?"

Dahyun meringis. "Aku takut"

Bambam menaikkan alisnya satu. "Takut apa? Mark hyung tak akan menggigitmu"

"Bukan itu. Aku takut saja"

Bambam mendengus. "Sudahlah mari masuk"

Pria imut itu langsung menarik tangan Dahyun tak peduli tolakan itu. Jantung Dahyun sudah berdetak dengan kencang. Ntah kenapa ia merasa takut untuk bertemu dengan Mark saja. Padahal tadi dia sudah bertekad pulang tapi kenapa kakinya gatal kembali berbalik.

Kepalanya menunduk saat mereka berdua sudah menginjak kamar VIP itu. Matanya tak berani sama sekali menatap Mark.

"Ah hyung! Aku lupa ponselku di kamar mandi, temani aku mengambilnya!" seru Bambam menatap Jackson.

Jackson mengernyit. "Kenapa harus di temani? Kau sendiri saja"

Bambam melebarkan matanya, ujung matanya melirik Dahyun. Dan seketika Jackson mengerti.

"Oh baiklah, kajja Youngjae"

Youngjae menatap Jackson. "Kenapa aku harus ikut"

Jackson tak menjawab pertanyaan itu, ia langsung menarik tangan Youngjae dan Bambam keluar kamar itu.

Jaebum beralih menatap Jihyo. "Jihyo-ah temani aku membeli makanan untuk dorm kami"

Jihyo langsung mengangguk beberapa kali. "Aku ikut!" seru Tzuyu dan Chaeyoung bersamaan.

"Kenapa tidak kalian semua saja yang pergi?" Mark kini bersuara menatap member lain mendengus.

"Ne kami semua akan pergi!" sahut Jinyoung sumringah.

Jaebum dan Jinyoung saling pandang seraya tersenyum misterius. Mereka beralih pada member Twice, memberi kode dengan mata mereka.

Member Twice mengerti kode itu mengangguk. Mereka berjalan keluar terkecuali Mina, ia masih diam di tempat. Hal ini membuat Momo menarik tangan gadis itu paksa. Dahyun yang ikut berjalan, tangannya langsung di tahan Mark.

"Mau kemana? Disini saja?"

"Ha?"

Dahyun menoleh pada member lainnya yang mulai keluar dari kamar VIP itu. Jeongyeon yang berjalan terakhir menutup pintu itu, sebelumnya ia tersenyum dengan memainkan alisnya.

Mark melepaskan tangannya yang tadi menahan Dahyun. Ia memutar tubuhnya menghadap kearah lain.

Dahyun duduk di kursi itu dengan ragu. Ia tahu Mark marah padanya, pria blonde itu bahkan memutar tubuhnya tak ingin melihat kearahnya.

"Sunbae..."

Panggilan itu pun di hiraukan Mark begitu saja. Dahyun menggigit bibir bawahnya mencari cara agar Mark tak marah lagi dengannya. Satu tangannya terangkat memegang bahu itu.

"Sunbae mianhae..."

Mark akhirnya berbalik menghadap Dahyun. Ia menatap Dahyun tajam. "Sudah ku katakan jangan tinggalkan aku, tapi kenapa kau malah pergi, huh?"

Dahyun menundukkan kepalanya bersalah. Jari-jarinya sudah saling meremas, "Mi—mian"

Mark menunduki dirinya. "Apa itu tulus?"

Dahyun kembali mendongak, ia mengangguk dengan cepat. "Aku sungguh minta maaf sunbae"

"Panggil aku oppa"

"Ha?"

Mark berdecak. "Aku tak suka kau memanggilku sunbae. Panggil aku oppa"

Dahyun mengangguk pelan. "Ne oppa" cicitnya. Ntah kenapa ia malah menuruti perintah Mark, seharusnya dia menggeleng. Karena panggilan oppa itu untuk orang teristimewahnya saja. Tapi Mark? Pria blonde itu tak termasuk istimewah, tapi sebenarnya istimewah di hatinya.

"Kau darimana saja?"

Dahyun kembali mendongak menatap mata itu. "Hanya menjumpai orangtuaku saja"

Mark mengangkat alisnya satu. "Lalu apa artinya pernikahan?"

Mata itu langsung membulat. Dari mana Mark tahu?

"Ti—tidak"

Jawaban itu sama sekali tidak memuaskan Mark. Ia menatap Dahyun begitu dalam. "Apa kau ingin menikah?"

Dahyun hanya diam menunduk, jari-jarinya kembali meremas. Tidak. Dia tidak ingin mengungkit masalah itu lagi. Padahal tadi ia sudah melupakan masalah itu karena melihat wajah teduh Mark, tapi sekarang pria blonde itu malah mengungkitnya kembali.

Mark menghembuskan nafasnya. Melihat Dahyun seperti membuatnya menjadi bersalah.

"Sini"

Dahyun kembali mendongak. Ia mengernyit bingung, apa maksud Mark.

"Sini duduk"

Dahyun menggeleng kepalanya dengan mata melebar. Tak mungkin, kan dia duduk di pangkuan Mark, itu menggelikan.

"Sini Dahyun"

Dahyun kembali menggeleng. Tidak, dia tidak mau duduk disana.

"Dahyun..."

Suara itu mulai melemah, membuatnya terlena. Baiklah, sepertinya ia harus mengalah. Perlahan ia berdiri, menduduki dirinya di pangkuan Mark.

Kepalanya hanya menunduk menatap pakaian pasien yang dikenakan Mark sekarang. Ia sama sekali tak berani menatap mata itu secara dekat, duduk di pangkuan Mark saja sudah membuat jantungnya berdetak dengan kencang.

Mark menarik paksa dagu Dahyun, membuat gadis itu akhirnya menatap matanya. "Tetaplah disini"

Seperti terhipnotis dengan mata itu, Dahyun mengangguk pelan.

Kedua tangan Mark sudah melingkar di pinggang Dahyun. Wajahnya begitu dekat dengan Dahyun. Mereka hanya diam saling tatap. Mark beralih pada bibir Dahyun, kemudian ia kembali menatap Dahyun.

"Bisakah?"

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Ia mengerti apa maksud ijin Mark itu. Kepalanya malah mengangguk membolehkan permintaan Mark, sekali lagi itu karena ia seperti terhipnotis dengan mata hitam milik Mark itu.

Tanpa waktu lama, Mark langsung menyentuh bibir merah cherry itu. Awalnya hanya sentuhan, tapi lama kelamaan Mark mulai melumatnya. Dahyun mulai melingkarkan tangannya di leher Mark, matanya sudah terpejam menikmati permainan panas bibir itu.

Keduanya larut dengan permainan itu, tak peduli dengan sekitar mereka, sekali lagi dengan status mereka sekarang. Hanya sunbae dan hoobae tapi berani melakukan hal seperti itu.

Mark melepaskan ciumannya, karena ia tahu Dahyun sudah mulai kehabisan oksigen. Dahyun segera menghirup udara, nafasnya mulai tersengal-sengal seperti habis berlari.

Tangan Mark beralih mengelus pipi putih itu. "Berjanjilah tidak akan pergi lagi?"

Dahyun menggangguk pelan. Pipinya tiba-tiba merona karena sentuhan hangat itu ditambah lagi nafas hangat Mark terkena wajahnya.

Mark beralih mengecup kening Dahyun lama seraya memejamkan matanya. Dahyun tersenyum dengan sikap manis Mark ini. Dia begitu menyukai Mark seperti ini, walaupun ia tahu mereka sama sekali tak ada status, tapi begitupun ia akan membiarkan ini berlalu selagi masih ada waktunya.

Mark kembali mengecup kedua mata Dahyun bergantian. Kemudian turun ke hidung gadis itu lalu kedua pipi chubby itu. Terakhir, ia kembali menyentuh bibir merah cherry itu. Dahyun kembali ikut dalam permainan itu.

Ruangan itu hanya diisi dengan suara kecupan-kecupan dan itu berasal dari dua manusia yang berbeda gender itu. Mereka berdua benar-benar melupakan dunia mereka, seakan-akan dunia milik mereka berdua.

***
Dahyun terbangun saat seseorang mengelus pipinya. Matanya mengerjap beberapa kali. Bibirnya tertarik melihat Mark-lah pelakunya. Tangan Mark kini beralih memeluk pinggang Dahyun.

"Apa tidurmu nyenyak?"

Dahyun mengangguk. Dahinya mengernyit setelah menyadari sesuatu. "Aku tertidur?"

Mark tersenyum kecil. "Ne, apa permainan kita membuatnmu mengantuk?"

Blush

Dahyun menunduk malu. Pipinya kembali memanas. Kenapa Mark mengatakan bahasa itu dengan vulgar.

Mark terkekeh pelan melihat pipi putih itu sudah memerah. Satu tangannya mengelus punggung Dahyun. "Tidurlah, jika kau mengantuk lagi"

Dahyun kembali mendongak. Ia menggeleng pelan. "Tidak. Seharusnya kau yang tidur, kau sedang sakit."

Saat Dahyun ingin duduk, Mark kembali menahannya. "Jangan pergi"

Dahyun berdecak. "Aku tidak pergi. Aku akan disini. Tak mungkin aku terus tidur disini. Kau tidak akan bisa tidur"

Mark mendengus. "Justru kau tidak disampingku, aku tak bisa tidur"

Dahyun tidak tergoda dengan gombalan konyal dari Mark itu. Ia kembali mencoba duduk, tapi baru saja tubuhnya bergerak sedikit, Mark kembali memeluknya, bahkan kaki pria blonde itu sudah memeluk kakinya begitu erat. Kedua tangan kekar itu juga sudah menariknya kedalam dada pria itu.

Dahyun seperti kehabisan akal. Ia kembali mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi Mark semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan Mark tidak pantas di katakan sakit sekarang, tenaga pria itu kuat sekali.

Dahyun mendongakkan kepalanya menatap dagu Mark. "Mark..."

Mark semakin mengeratkan pelukannya. "Berani sekali kau memanggil namaku, mmhh..."

Dahyun mengerucut. Seluruh tubuhnya sekarang tak bisa bergerak, hanya kepalanya sajalah yang bisa mendongak. "Memanggil namamu lebih enak dari oppa, kedengarannya menggelikan"

Mark berdecak. Ia menjauhkan wajahnya menatap Dahyun. "Ya! Ingat usia kita berbeda 5 tahun"

Dahyun mendengus. "Lalu apa, kau ingin ku panggil sunbae lagi?"

"Tidaklah!"

Dahyun memutar bola matanya malas. "Terserahlah. Sekarang lepaskan aku"

Mark kembali memeluk erat tubuh Dahyun. "Tidak"

Dahyun memukul dada Mark kecil. "Kenapa sekarang kau seperti anak kecil, lepaskan Mark"

Mark menggelengkan kepalanya. Ia menggesek dagunya di kepala Dahyun, membuat Dahyun tertawa kecil karena kegelian.

"Hentikan Mark" Dahyun masih saja tertawa kecil.

Mark menghentikan aksinya, tapi kedua tangannya masih setia memeluk tubuh Dahyun. Dahyun merengut kesal.

"Lepaskan aku Mark"

"Baiklah aku akan melepaskanmu, asal kau memberiku ciuman"

What?!

Dahyun mendongak. "Apa maksudmu?"

Mark mendongak, ia tersenyum penuh arti. "Kau memberiku ciuman, akan ku lepas"

"YA! Byuntae!"

Mark menarik alisnya satu. "Tidak mau? Baiklah" ia kembali memeluk erat Dahyun.

Dahyun kembali memukul dada Mark, mencoba melepaskan dirinya. Tapi sayangnya kekuatan Mark lebih kuat di banding dirinya. Sampai ia mulai kelelahan, akhirnya tangannya berhenti memukul dada itu.

Dahyun kembali mendongak dengan perasaan kesal. "Baiklah baiklah" pasrahnya.

Mendengar itu Mark tersenyum senang. Ia kembali menundukkan kepalanya.

Dahyun memajukan wajahnya, mencium bibir Mark sekilas. Tapi Mark malah menarik tengkuknya membuat ia terpaksa ikut larut kembali ke dalam permainan Mark lagi.

Mark mengakiri ciuman panas itu, ia tersenyum menang melihat Dahyun mengambil oksigen sebanyak mungkin. Tangannya beralih mengelus kepala itu. "Gadis pintar"

Dahyun mengerucut, ia memukul sekali dada Mark. "Dasar byuntae. Sekarang lepaskan aku!" pintahnya.

Sebelum Mark melepaskan Dahyun, ia kembali mencium sekilas bibir Dahyun, membuat Dahyun gelagapan sendiri.

"YA!"

Mark langsung melepaskan pelukannya, ia buru-buru memiringkan tubuhnya kearah lain sebelum melihat wajah marah dan kesal dari Dahyun itu. Bibirnya tak melurus juga, ia bahkan terkekeh merasa menang.

Dahyun bangkit dari tidurnya, ia merapikan pakaiannya yang mulai berantakan. Kemudian merapikan rambutnya, menggulung ulang rambut coklatnya.

Setelah itu ia pun menduduki dirinya di kursi sebelah tempat tidur Mark itu. Ia beralih pada sebuah majalah di meja kecil itu.

Mark berbalik arah, ia memperhatikan Dahyun yang kini sibuk membuka majalah itu.

Dahyun membalikkan halaman selanjutnya. Pipinya langsung memerah melihat gambar besar memenuhi majalah itu. Mark yang melihat itu terkekeh. Di gambar itu jelas sekali foto mereka berdua saat pemotretan majalah ceci. Salah satunya dengan tema new bride, saat ia menggendong Dahyun ala bride style. Benar-benar seperti memang seperti pengantin baru.

Dahyun menggeleng kepalanya sebelum pikiran anehnya melayang-layang. Segera ia membuka halaman selanjutnya. Tapi halaman selanjutnya itu membuat ia kembali berpikir aneh-aneh.

Mark terus tersenyum melihat foto itu. Foto yang sama, dengan gaya yang berbeda. Kali ini dengan tema honeymoon. Mark yang menggendong tubuh Dahyun dari depan.

Dahyun mengembungkan wajahnya melihat tubuhnya yang begitu sexy. "Kenapa mereka memasukkan ini..." gumamnya meraba tubuhnya di majalah itu.

Mark mengangkat alisnya satu. "Memangnya kenapa?"

Dahyun mendongak, ia mengerucutkan bibirnya. "Tubuhku begitu kelihatan"

Mark terkekeh mendengar pengaduan seperti anak kecil itu. "Tapi kau begitu sexy" ujarnya seraya mengerlingkan matanya.

"YA!"

Mark tertawa kecil melihat wajah kesal itu. Ia malah lebih suka menggoda wajah itu karena terlihat imut.

Dahyun mendengus, kenapa Mark sedari tadi berpikir mesum dengannya. Ia kembali menunduk, membuka halaman selanjutnya.

Keduanya terdiam melihat foto itu. Tubuh Dahyun sudah menegang, perlahan kepala Dahyun terangkat menatap Mark.

***
TBC...

*Maaf baru bisa up.*
Aku juga mau bilang, kayaknya aku bakal jarang up, karena fisik aku lagi lemah, jadi aku nggk bisa buat cerita lagi berjam-jam kyk biasanya. Maaf banget ya, buat kalian yang udah nunggu-nunggu kemarin-kemarin. bakal up besok deh :)

Incident Little Girl Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang