[6] First Kiss [Rewind] (Publish)

2.4K 185 17
                                    

Dahyun telah sembuh. Ia bisa kembali setelah 2 hari di inap di rumah sakit. Walaupun tubuhnya masih lemas tapi ia harus kembali karena comeback mereka akan sebentar lagi. Tapi JYP PD-nim melarangnya keras untuk latihan karena PD-nim yakin fisik Dahyun belumlah kuat. Lagipula ia tak ingin artist-nya sakit-sakitan, dan akhirnya Dahyun meminta ijin hanya untuk melihat saja, tidak ikut latihan. 


Tapi itu membuat Dahyun kesal. Ia hanya bisa duduk di sudut melihat member Twice dan GOT7 yang sudah mulai mahir bernari. Bibirnya mengerucut melihat Mark yang sementara berpasangan dengan Mina. Siapa yang tak cemburu, tapi segera ia menepis rasa itu dan mengalihkan pandangannya sebelum Bambam mengetahuinya. Karena sedari tadi pria imut itu memperhatikannya, membuat dia resah dan aneh.

Rasa bosannya semakin melanda begitupun perutnya mulai berbunyi. Akhirnya ia memilih berdiri berjalan ke kulkas mengambil cemilan. Matanya mengedar mencari cemilan, tapi tak ada satupun cemilan disana, yang ada hanya beberapa minuman saja. Hidungnya mendengus. Kembali lagi dia duduk di sudut itu.

Kali ini dia menidurkan tubuhnya lalu memiringkan tubuhnya menghadap dinding. Tangannya setia memegang perutnya yang mulai kelaparan. Ia hanya berharap disaat dia bangun, makanan sudah terhidang.

"Oke... sepertinya kita perlu istirahat" ujar Jaebum mengentruksi semua member.

Jaebum melirik jam tangannya. "Ini sudah siang, apa Jonghyun hyung telah membeli makanan kita?"

Jonghyun adalah manager mereka, GOT7.

Jinyoung mengangguk. "Sudah. Dia akan datang segera"

"Baiklah, sepertinya kita semua harus menunggu" lanjut Jaebum lagi.

Mereka pun duduk mencari posisi kesukaan mereka. Mark menangkap tubuh Dahyun yang sudah tertidur di pojok. Ia memandang ke kanan dan kirinya memastikan tak ada orang yang menatapnya sekarang. Semuanya tampak sibuk dengan dunai sendiri, ia pun mulai mengambil langkah dengan ragu mendekati Dahyun.

Ia duduk tepat di sebelah kepala Dahyun. Matanya hanya bisa memandang wajah tidur Dahyun yang menyamping saja. Mungkin jika mereka hanya berdua, ia akan memperbaiki posisi tidur Dahyun, agar gadis itu tak akan sakit di kepala karena memiring terus. Tapi, ia hanya bisa memandang saja tanpa melakukan keinginannya.

Bibirnya tertarik kecil. Ingatannya perlahan mundur, dimana kala Dahyun selalu memukulnya, memakinya tak pernah menghargainya sebagai sunbae. Awalnya ia memang benci dengan kelakuan gadis evil itu, tapi sekarang tak ada makian rasanya ruangan ini begitu sepi.

"Hyung?"

Mark tersentak menoleh pada suara itu. Ternyata Bambam telah duduk di sebelahnya.

"A—apa?"

Bambam memincingkan matanya saat Mark mulai berbicara gugup dengannya. "Kenapa kau gugup?"

Mark melihat kearah lain, wajah Bambam begitu terlihat seperti mengintimidasi dirinya.

"Tidak apa-apa"

Bambam mengangguk, walaupun ia masih sedikit curiga dengan hyung-nya itu. Ia melirik Dahyun yang tertidur di sebelah Mark.

"Apa sekarang hyung sudah merasa bersalah?"

Mark menoleh dengan kening berkerut.

"Sekarang aku merasa bersalah karena membentaknya terus" lanjut Bambam seraya menatap Dahyun.

Mark beralih pada Dahyun. Jika jujur, apa yang dikatakan Bambam benar. Ia juga merasa bersalah telah membentak bahkan pernah sampai membuat gadis itu menangis.

Mark tak menjawab, ia kembali mengadah kedepan. Keningnya kembali berkerut melihat Mina sedang menatapnya seraya tersenyum malu-malu.

"Hyung... menurutmu apa ada pria yang menyukai Dahyun? Aku merasa ragu ada, karena melihat kelakuannya" ujar Bambam menatap Mark.

Mark menoleh pada Bambam, ia hanya mengedikkan bahunya.

"Kenapa kalian berisik sekali, ck"

Dahyun telah bangun membuat keduanya menoleh terkejut. Dahyun menduduki dirinya dengan rambut gulungan yang sudah berantakan. Ia menguap seraya mengusap perutnya yang kembali berbunyi.

"Enak tidak tidurnya?" ujar Bambam dengan nada sedikit sinis, ntah kenapa ia kembali kesal melihat wajah Dahyun kembali sadar.

Dahyun menoleh pada Bambam. "Enak sekali. Kalau kau mau, kau harus sakit dulu" ujarnya dingin.

Kemudian dia bangkit dari duduknya meninggalkan kedua orang yang membuatnya kesal. Walaupun Mark tak mengatakan apapun, tetap saja wajah pria blonde itu mengingatkannya dengan pengakuan yang lalu membuatnya jadi kesal sendiri.

Matanya berbinar melihat coklat batangan yang sedang di genggam Sana. Kakinya langsung berlari menghampiri Sana yang berdiri seraya berbicara dengan Jackson.

"Unnie... bolehkan coklat itu untukku?" pandangan itu tak lepas dari coklat yang ada di tangan Sana.

Sana melirik coklatnya, bibirnya tertarik. "Boleh, kau bisa mengambilnya" ujarnya seraya memberikan coklat itu.

Dengan gembira Dahyun mengambil coklat itu lalu pergi. Jackson melihat itu tak percaya, ia beralih pada Sana. "Kenapa memberikan padanya?"

Sana meringis. "Mian. Dahyun lebih menyukainya, lagian aku sedang diet"

Jackson hanya berdesis melirik Dahyun yang mulai makan coklat itu tak suka. Padahal dia membeli coklat itu khusus untuk Sana seorang, bukan untuk Dahyun. Kekesalannya bertambah pada gadis berkulit putih itu.

"Heh... bisakah aku minta sedikit?" senggol Momo pada bahu Dahyun.

Dahyun mengangguk memberikan coklat itu. Coklat itu sudah setengah habis, mulutnya pun sudah jorok akibat coklat itu tapi ia tampak tak peduli.

"Apa kau begitu lapar?" tanya Momo seraya mengunyah coklat itu.

Dahyun mengangguk beberapa kali. "Ne"

"Tapi itu tak akan mengenyangkanmu"

Dahyun kembali mengangguk.

Krekk...

Pintu itu terbuka menampakkan Taeyong dengan kantung plastik di tangan pria itu. Dahyun langsung melambai pada pria itu.

"Permisi, aku hanya ingin memberikan Dahyun ini" ujar Taeyong sopan.

Dahyun berjalan mendekati Taeyong dengan kening berkerut.

"Itu apa?" tanyanya seraya melirik kantung plastik itu.

"Bubur. Kau harus menghabiskannya, setelah itu minum obatnya, oppa sudah membuatnya disini" ujar Taeyong mengambil paksa tangan Dahyun agar menerimanya. Karena ia tahu bahwa Dahyun sama sekali tak menyukai bubur.

Dahyun menggeleng keras. "Ah... aku tidak mau" tolaknya memberikan kembali kantung plastik itu.

"YA..!" suara Taeyong mulai mengeras.

Dahyun akhirnya terdiam dengan wajah cemberut.

"Oppa sudah rela datang kesini hanya untuk memberikanmu bubur Dahyun, jangan seperti anak kecil. Cepat habiskan bubur itu dan minum obat agar kau cepat sembuh" lanjut Taeyong.

Dahyun akhirnya mengangguk menurut. Kemudian Taeyong berbalik keluar dari ruangan itu tanpa permisi, karena dia sudah terlanjur kesal dengan tingkah manja Dahyun.

"Taeyong oppa..." jerit Chaeyoung dan Tzuyu bersamaan.

Dahyun berbalik memandang kedua maknae itu. "Kenapa tidak kalian jambak saja dia" dengusnya.

"Taeyong oppa terlalu tampan menjadi manusia" lanjut Tzuyu seraya tersenyum sendiri.

Dahyun memutar bola matanya malas. Dasar, mereka tak tahu saja sebenarnya sifat Taeyong itu bagaimana. Keras dan harus menuruti perintah pria itu hampir sama seperti ayahnya, bedanya kakaknya itu lebih penyayang.

Dahyun berjalan mencari tempat kosong. Ia menduduki dirinya dan mulai membuka bungkusan bubur itu. Melihat bubur itu saja sudah membuatnya mual. Tapi dia harus menghabiskannya, demi Taeyong yang terlalu baik membelikan bubur ini dan rela keluar latihan sebentar hanya untuk dirinya.

Dahyun mulai memakan bubur itu. Sesekali mulutnya terbuka lebar seperti ingin muntah. Hal itu membuat Mark tertawa kecil, ia bahkan sulit untuk menyembunyikan tawanya itu.

"Eerr... ini memuakkan" gumam Dahyun kembali memakan bubur itu.

Dahyun tersentak saat Mark sudah duduk di sebelahnya. Ia mencoba berkedip, melihat jelas siapa yang telah duduk di sebelahnya itu. Bukankah, biasanya Mark malas melihatnya? Kenapa pria blonde itu mau duduk di sebelahnya.

"Apa enak?"

Dahyun menjilat bibirnya, ia menggeleng. "Tidak sama sekali"

Dahyun terkejut saat Mark mengambil ahli sendok yang ada di tangannya, lalu memasukkan bubur itu ke mulut pria itu.

Mark mengangguk beberapa kali. "Ini enak"

Heol!

"Sunbae... itu... itu bekas mulutku" cicit Dahyun.

Mark menarik alisnya satu. "Lalu kenapa?"

"Ah ani" Dahyun menunduk, lalu kembali makan bubur itu.

Siapa yang tahu jantung gadis berkulit putih itu sudah berdetak kencang, hanya karena Mark menggunakan sendok yang sama dengannya. Oh ayolah itu begitu murahan, tapi ia suka! Senyumnya saja sudah tak dapat diukir lagi, ia mencoba mengalihkan pandangan kearah lain agar Mark tak mengetahui pipi yang mulai memerah.

"Wae?"

Dahyun kembali menoleh. "Ha?"

Mark kembali menarik alisnya satu. "Pipimu memerah"

Klek!

Segera dia mengalih kearah lain. Dia benar-benar seperti sedang ketahuan mencuri, hingga enggan menatap korban itu. Lihatlah dirinya sekarang tak tahu lagi harus menjawab apa. Sial sekali Mark mengetahui pipinya ini.

"Ani... ini karena udara dingin saja" bohongnya. Walaupun memang benar cuaca mereka sedang dingin.

"Dingin atau malu?"

Oh astaga.

Dahyun kembali menatap Mark, ia mencoba memasang wajah kesalnya seperti biasanya. "Sunbae, aku sedang makan berhentilah berbicara"

Mark hanya tekekeh. Ia semakin suka dengan pipi putih Dahyun semakin memerah. Ia tahu bahwa itu adalah kebohongan. Ia juga tahu gadis itu sekarang tersipu.

Dahyun kembali makan. Tapi ia selalu melirik Mark dari ujung matanya. Sedikit risih, dengan pandangan Mark yang selalu menatapnya. Ditambah lagi di ujung sana, Bambam juga sedang menatapnya. Ada dengan dua pria itu?

Ia menggeleng kepalanya, ia harus menyelesaikan bubur ini, lalu meminum obat. Ia rasa selesai minum obat, dia akan tertidur kembali karena efek dari obat.

Bubur itu akhirnya habis juga. Dahyun berganti mengambil plastik yang berisi obat itu dari kantung plastik tadi. Ia menjilat bibirnya membersihkan sisa bubur tadi seraya memperhatikan beberapa obat itu.

Apa aku akan terus seperti ini? batinnya begitu sedih. Selalu bergantung dengan obat.

"Minumlah, jangan terus di perhatikan"

Dahyun mengerucut. Ucapan itu begitu persis dengan Wonho jika ia hanya terus memperhatikan obat itu saja. Apa Mark adalah duplikat oppa-nya?

"Huh... aku benci obat ini" gumamnya lalu memasukkan obat itu kedalam mulutnya.

Dahyun mengambil botol air minum itu dari tangan Mark. Tak peduli lagi dia dengan pria itu yang tadi juga ingin minum.

"Itu bekas mulutku"

Hampir saja obat itu keluar dari mulut Dahyun setelah mendengar ujaran dari mulut Mark. Ia menoleh.

"Kenapa tak bilang sedari tadi?"

"Kau sudah mengambilnya duluan" jawab Mark santai.

Dahyun berdecak kemudian membuang mukanya.

"Itu seperti kita sudah berciuman dua kali lewat benda"

Sponta kepala Dahyun kembali berputar. Matanya melebar mendengar hal konyol dari Mark.

Mark terkekeh. "Kita sudah satu mulut" pria itu mengedikkan bahunya. "Seperti sudah berciuman"

"Konyol"

Ujung bibir Mark terangkat, perlahan tubuhnya mendekat pada Dahyun, membuat gadis itu sedikit merinding.

"Apa kau ingin mencobanya langsung?" bisikan itu begitu halus di telinga Dahyun.

"Dasar gila" maki Dahyun membuat Mark kembali terkekeh.

***
Member Twice dan GOT7 kembali lagi berlatih. Dan Dahyun ia sudah tertidur kembali di pojok ruangan itu tanpa ada yang memperdulikan dirinya.

Pintu ruangan itu kembali terbuka menghentikan kegiatan mereka semua terkecuali Dahyun masih setia tertidur.

Kali ini yang muncul adalah Wonho, kakak tertua Dahyun.

Wonho menunduk sopan. "Maaf sunbae telah menganggu. Aku hanya ingin membawa Dahyun"

"Kemana?" tanya Jihyo bersuara.

Wonho tampak ragu memberitahunya, karena ini juga privasi mereka.

"Kenapa kau ingin tahu, biarkan sajalah" ujar Jeongyeon membuat Wonho bernafas lega.

Wonho tersenyum hormat. Lalu ia beralih pada Dahyun, kakinya mulai melangkah menghampiri adik kecilnya itu.

"Ya... iroena" Wonho mencoba menepuk-nepuk pipi Dahyun.

Dahyun tersadar, matanya terbuka. Keningnya mengernyit melihat kehadiran Wonho.

"Ada apa oppa?" tanyanya tanpa bangun sedikitpun.

"Bangun... ayah sedang menunggu kita"

Lantas Dahyun langsung bangkit. Matanya berbinar. "Benarkah?"

Wonho mengangguk, bibirnya tertarik melihat senyum Dahyun mengembang. Terlihat jelas binaran di mata adiknya itu, hal ini begitu menyentuh hatinya. Hanya karena mendengar kata 'ayah' adiknya itu tampak bahagia.

"Kau bisa berjalan?" tanya Wonho, mengingat Dahyun yang belum pulih merasa ragu membiarkan Dahyun berjalan biasa takutnya adik kecilnya itu tiba-tiba terjatuh.

Dahyun langsung menggeleng. Sebenarnya itu alasan, ia juga malas berjalan. Segera dia berdiri menaiki punggung Wonho yang memang sedang berjongkok.

Wonho berusaha menahan berat Dahyun yang mulai bertambah, tapi ia tetap berjalan. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya dengan hormat pada sunbae-sunbae-nya sebelum mereka pamit.

"Bye bye everybody" seru Dahyun seraya melambai.

Dahyun beralih pada Mark, ia tersenyum pada pria blonde itu. Tapi Mark hanya menatapnya datar.

***
Jalanan malam sudah mulai kosong. Dahyun terus melangkah dengan pandangan kosong. Air mata di pelupuknya mulai berjatuhan terjun ke pipi putihnya. Erangan demi erangan keluar dari mulutnya. Pikirannya melambung mengingat kejadian tadi.

'Lebih baik Dahyun berhenti saja, ayah tak setuju'

'Wae?'

'Ayah tak suka kau terkenal. Biarkan oppa-oppa mu saja yang menjadi artis, kau tidak pantas'

Benarkah? Benarkah dia tak pantas? Selama ini dia berjuang masuk SIXTEEN dan berhasil masuk TWICE. Dan sekarang ayah kandungnya itu meminta ia keluar dari grupnya sendiri hanya karena keinginan ayahnya itu bahwa ia tak pantas. Kenapa bisa ayahnya berpikir seperti itu, bukankah ayah dan ibunya dulu begitu mendukungnya menjadi seorang artis, tapi kenapa sekarang ayahnya malah menghinanya.

Dahyun mencoba menggigit bibir bawahnya, jangan sampai orang-orang yang berjalan memandang dia aneh. Jika saja sekarang ia tidak memakai jaket hitam dengan topi ini mungkin orang-orang akan berkesempatan memfotonya sedang menangis di jalan.

Perlahan ia mencoba menghirup udara segar malam itu. Tangannya bergerak menghapus air matanya. Sudahlah itu tidak pantas di tangisi. Jika di tanya kemana oppa-oppa-nya pergi? Jawabannya adalah ayahnya sedang membawa kakak-kakaknya dan melupakan dirinya sendiri. Walaupun Wonho dan Taeyong menggeleng keras menolaknya bahwa ia harus ikut, tapi ia berusaha tersenyum bahwa ia akan pulang baik-baik saja. Cih... kebohongan yang licik. Ayah yang serakah, ayah yang jahat, ayah yang pilih kasih. Tapi kenapa ia masih menyanyangi ayah seperti itu?

Kakinya sudah masuk ke gedung JYP itu. Topi hitam yang menutupi wajahnya itu segera ia buka. Kemudian ia melangkah mendekati lift itu, menekan tombol terbuka. Menunggu sebentar, sampai lift itu berbunyi.

Matanya membesar melihat seorang pria blonde berdiri di dalam lift itu seorang. Rasa gugup kembali menyelimuti dirinya. Ini benar-benar aneh dan membuatnya kesal.

"Apa yang kau lakukan? Kau tak masuk?"

Ia tersadar dengan suara berat itu. Akhirnya ia masuk ke dalam lift itu. Berdua dengan Mark.

Huh!

Deg...

Deg...

Deg...


Tangannya bergetar terangkat menekan tombol 3.

Mark menoleh. "Kenapa lantai 3?"

Seperti kebiasaannya untuk menghilangkan raga gugupnya, ia menjilat bibir bawahnya. "Sunbae tidak ke dorm?"

Mark mengernyit. "Kata siapa?" ia langsung menekan tombol 4, tepatnya dorm Twice.

Dahyun akhirnya menunduk, membiarkan keadaan hening. Ia mencoba menetralkan degupan jantungnya.

Kepala Dahyun mendongak saat merasakan lift itu tak bergerak sama sekali. Ia menoleh pada Mark.

"Lift-nya rusak lagi?"

Mark menghela nafas dengan kasar seraya mengedikkan bahunya.

"Aish... menyebalkan" dengus Dahyun.

Tubuhnya mulai merosot ke lantai dingin lift itu. Merenungi nasibnya yang kedua kalinya sial. Pertama karena sang ayah, dan kedua ini karena lift. Dia akan mengklaim bahwa ini adalah hari tersialnya selama ini.

"Dahyun-ah"

Dahyun tertegun dengan panggilan itu yang terdengar akrab dengan nada lembut. Dan untuk kedua kalinya ia tertegun melihat wajah Mark begitu dekat dengannya. Jangan lupakan lengan yang terbalut jaket hitam milik pria blonde itu juga sudah tersentuh dengan lengannya. Rasanya seperti dia seperti tersetrum listrik.

"Ke—ke—kenapa su—sunbae?" tanyanya gugup.

Siapa yang tak gugup dengan mata hitam itu yang begitu tajam menatapnya.

Cup...

Oh My God!

Dahyun hanya bisa diam. Tubuhnya sama sekali tak berkutik. Perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Bibir itu mulai melumat bibirnya. Seharusnya dia marah tapi ini tidak, ia malah diam membiarkan pemilik bibir itu bermain di bibirnya.

Ciuman pertamaku sunbae...

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Where stories live. Discover now