28. Aku Ada Disini

Start from the beginning
                                    

Aku sedikit merasa bersalah lari kedalam kamar sedang membiarkan ayahku sendiri diluar menghadapi kenyataan. Mendengar setiap orang mengatakan "Turut berdukacita." Semakin disadarkan bahwa ibuku sudah benar-benar tiada.

"Kau sudah makan?" Aldo memulai pembircangan diantara kami.

Aku menggeleng. Sadar saja baru. Itupun berkali-kali jatuh. Sadar-pinsan-sadar-pinsan. Tetapi sepertinya aku sudah cukup kuat saat ini. Keadaanku tidak selemah sebelumnya dan aku bisa merasa aku sudah mulai menerima hal-hal sial yang terjadi.

Tok tok tok

Aku dan Aldo saling pandang. Aldo mengangkat satu alisnya mengisyaratkan 'siapa?'

"Abvale menunggu diluar," suara ayahku menyusul.

Aku berdecak. Pria itu memang keras kepala. Mau apalagi dia? Menyakitiku lagi? Setelah tahu ibuku mati apa dia sengaja datang kesini agar bisa membuatku lebih terpuruk lagi?

"Biar aku yang menemuinya," ujar Aldo.

"Tidak," sahutku. Aku berdiri dari dudukku, lalu mendekati pintu. Tanganku terulur pada knop,menurunkannya, saat aku membuka pintu tampak Abvale sudah ada disana. Menatap tepat kearah kedua mataku.

Aku menghela napas sungguh muak melihatnya lagi. Hampir-hampir aku ingin menutup pintu, tetapi pria itu sudah lebih dulu berkata.

"Nes," panggilnya. Saat Abvale berjalan maju aku langsung menahannya dengan tanganku. Tidak memperbolehkannya masuk kedalam kamarku dan berjarak teramat dekat denganku.

"Pergi," ucapku singkat. Aku sama sekali tidak mengharapkan kehadirannya disini. Melihatnya saja rasanya seperti kembali pada malam dimana dia meninggalkanku demi Rebecca.

"Nes..." Abvale lagi-lagi memanggilku.

"Pergi."

"Aku mau...."

"Pergi."

Aldo yang sedari tadi masih duduk diam dibelakangku ikut bangkit datang kepada kami berdua. Tangannya menarikku mundur, menaruhku dibelakang punggungnya, bermaksud melindungiku.

Aku dapat melihat kilatan amarah dalam kedua bola mata hitam Abvale. Andai sekarang keadaannya tidak begini, Abvale pasti sudah menarikku, memaksaku pulang bersamanya, lalu membentakiku, mengatakan aku ingin bermain belakang darinya.

Pikiran itu membuat dadaku sesak. Andai. Andai. Kalau saja keadaan kami masih sama. Nyatanya sekarang, kami sudah tak sama.

"Lebih baik kau angkat kaki, sebelum aku sendiri yang mematikanmu disini."

Suara Aldo dingin. Sangat dingin. Aku tidak pernah melihat sosoknya yang begitu menyeramkan dan kaku seperti saat ini.

Abvale tersenyum miring. Tangannya terangkat. Jari telunjuknya menunjuk tepat kearahku.

"Wanita dibelakangmu itu adalah tunanganku. Aku berhak menemuinya," ujar Abvale angkuh.

Aldo terkekeh. "Masih berani kau berkata begitu setelah kau meninggalkannya dan malah memilih wanita lain?"

Telak. Pertanyaan itu amat telak.

Aku menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Aku menunduk tidak berani bertatap mata dengan Abvale.

"Itu bukan urusanmu. Mau aku meninggalkannya dengan wanita lain, mau aku memintanya untuk pulang bersamaku hari ini. Itu terserah padaku karena akulah tunangannya. Yang akan menikahinya."

Santai sekali mulutnya mengucap hal itu. Seakan aku hanya barang yang dimilikinya. Yang sesuka hatinya mau dia perbuat seperti apa.

Kedua tangan Aldo terkepal kuat. Siap melemparkan bogem kapan saja emosinya sudah benar-benar meluap.

Aku tidak mau terjadi perkelahian disini. Suasana rumahku lagi berduka. Tidak usah ditambah-tambah dengan keributan.

"Kau kembalilah ke New York. Rebecca menunggumu, anakmu juga pasti mencarimu," ujarku.

Aku maju melewati Aldo. Berdiri tepat didepan Abvale. Kepalaku mendongak karena tinggi Abvale yang tidak sepantara denganku.

Abvale menatapku dengan tatapan lembut. Sangat berbeda dengan tatapannya tadi pada Aldo. Tangannya meraih kedua tanganku. Mulutnya terbuka seakan ingin mengucapkan sesuatu, tetapi aku langsung memotongnya.

"Kita sudah berakhir," tandasku.

===>>><<<===

Hulaaaa...

Tumben banget yaa updatenya nggak sampe seminggu. Aku lagi sakit. Jadi aku mengetik part ini dengan kepala yang pusing, hidung yang mampet, dan tenggorkan yang kering. Maaf kalau part ini mengecewakan.

Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar.

Papaiiii....

My Possessive FianceWhere stories live. Discover now