Persiapan Muharram.1

3.8K 202 2
                                    

Besok tepat hari peringatan Tahun Baru Islam 1439 Hijriyah, dan masjid Al-Qari mengadakan acara santunan bagi anak yatim karena bertepatan dengan kemuliaan bulan Muharram ini.

Dan hari inipun kami selaku pengurus acara 1 Muharram sedang sibuk mempersiapkan segala hal untuk esok hari.

Aku diminta untuk menjadi salah seorang yang mengisi acara ditempat yang mulia ini bersama anak-anak yatim yang dimuliakan Allah swt.

"Azkayra kamu jadi pembawa acara ya bersama Zulaikha, dan Dzakir membantu mengisi acara dengan membaca beberapa ayat Al-Qur'an lalu menjadi Imam untuk sholat jama'ah esok nanti."

Ucap lelaki paruh baya yang merupakan pengurus penting kelangsungan acara Tahun Baru Islam di Masjid ini yang mana ia adalah orangtua dari Azkayra dan tentunya orangtuaku juga ikut serta yakni Abi.

Pak Ocid dan Abi memang selalu berperan penting disetiap kegiatan yang diadakan di Masjid Al-Qari ini, jadi kalau ada acara yang akan diadakan di masjid ini, semua harus disepakati bersama Abi dan Pak Ocid atau ayah dari Azkayra.

"Iya abi, nanti semuanya biar Azkayra dan Zulaikha yang urus."

Ucap gadis cantik itu bersama salah satu gadis lainnya yang terlihat dekat dengannya (Zulaikha)

"Iya Abi, pak Ocid. Nanti akan Dzakir usahakan menampilkan yang terbaik dihari yang mulia nanti."

Ucapku santun pada Abi dan Pak Ocid lalu menundukkan kepalaku.

"Kami percaya sama kalian nak, kita harus membuat hari ini menjadi hari yang baik untuk para anak yatim yang akan datang esok hari."

Saut Abi yang diperuntukkan untukku dan Azkayra beserta Zulaikha.

Lalu kami mengiyakan perkataan Abi dan pak Ocid. Sementara itu aku melihat Azkayra dan Zulaika pergi dari posisinya yang tadinya berdiri disebelahku dan saat ini menuju ke halaman depan Masjid.

Aku memang tidak begitu mengenal Zulaikha, aku hanya pernah melihatnya sekilas saat dijalan dan aku melihat ia berjalan bersama Azkayra, mungkin mereka memang sahabat dekat(?)
Akupun tidak terlalu memikirkan nya, tapi aku harap aku bisa berteman baik dengannya seperti aku berteman baik dengan Azkayra.


Lalu aku berpamitan pada Abi dan Pak Ocid untuk mempersiapkan barang barang dibelakang Masjid untuk disusun di dalam Masjid ini dengan rapih.

"Abi, pak Ocid. Dzakir izin kebelakang dulu untuk membantu pengurus lainnya menyusun barang barang ditempatnya ya? Assalamu'alaikum"

Aku berpamitan dan bersalaman lalu meninggalkan Abi serta pak Ocid yang masih terlihat sibuk memerhatikan secara detail setiap pekerjaan yang diurus oleh pengurus acara.

"Iya nak, Wa'alaikumsalam warahmatulllah."

Saat aku sampai di gudang tepat dibelakang masjid, akupun mencari sesuatu yang masih bisa digunakan untuk keperluan esok hari.

Dan saat aku berjalan menyusuri ruangan paling dalam, aku pun menemukan sesuatu, yaitu Kipas Angin, nampak berdebu dan tak terurus.

"Pak, apakah kipas ini masih bisa digunakan?"

Tanyaku pada pengurus lain yang juga ada di dalam gudang ini.

Di dalam gudang memang banyak orang sedang sibuk mencari cari barang yang masih bisa dipakai dan dibersihkan untuk keperluan di dalam Masjid esok hari, karena itu para pengurus beramai ramai mencari barang barang itu di dalam gudang ini.

"Oh tidak bisa Dzakir, kipas itu sudah rusak."

jawabnya dengan menggelengkan kepalanya padaku.

"Apa sebelumnya kipas ini sudah pernah dibetulkan pak?"

Ucapku yang masih penasaran.

"Belum pernah sih, saat kipas ini rusak ya kita sudah tidak mengurusnya. Dan kita simpan disini."

Akupun sepintas memikirkan suatu hal.

"Pak, bisa bantu saya bawa keluar kipas ini ke depan halaman masjid? Biar kita perbaiki sedikit kipas ini lalu kita bersihkan jadi bisa kita gunakan untuk di dalam masjid nanti?"

Ucapku pada seorang bapak di sebelahku.

"Tapi Dzakir, diantara kami termasuk saya tidak ada yang mengerti cara sevis barang rusak."

"Ah tidak perlu fikirkan masalah itu pak, saya bisa kok sedikit sedikit kalau hanya memperbaiki barang rusak. Ya walaupun ilmu saya tidak terlalu banyak tentang teknik bongkar gini, tapi insya allah bisa... Asal bapak mau membantu saya bersama yang lain juga. Bagaimana pak?"

"Daripada kita beli kipas baru, biaya nya lumayan kan pak? Kalau kita perbaiki sendiri kan tidak terlalu mahal juga biaya yang harus dikeluarkan."

Begitulah tawaranku pada seorang bapak yang sedari tadi bersamaku sambil menatap kipas angin kusam dan rusak yang ada dihadapan kami.

"Baiklah Dzakir, kalau gitu biar bapak bawa kipas ini keluar dan kamu cari saja barang lainnya yang masih bisa digunakan."

Ucap bapak itu padaku dan akupun tersenyum padanya.

"Iya pak, oh iya biar saya saja yang bawa pak."

"Tidak usah Dzakir. Biar bapak saja."

"Tapi pak...."

"Sudah tak apa Dzakir, lebih baik kamu cari barang yang menurutmu masih bisa diperbaiki dan bapak bawa ini keluar. Nanti kalau sudah menemukannya lagi, panggil bapak saja atau pengurus yang lainnya."

Ucap bapak itu lalu tersenyum padaku dan menepuk pundakku dengan lembut.

"Ah gitu, baiklah pak nanti kalau ada apa apa juga bapak bisa panggil saya saja ya pak?"

"Iya Dzakir, yaudah permisi."

Aku menundukkan kepalaku sesaat untuk menghormati bapak itu saat pergi dan melihat bapak itu membawa kipas angin yang cukup besar itu keluar dari gudang menuju halaman masjid.

Lalu aku melanjutkan aktifitasku dan mencari barang lainnya, namun aku melihat seorang wanita kesulitan dalam membawa se-pak kardus yang terlihat berat.

Akupun menghampirinya, dan ternyata wanita itu adalah....

***

Assalamu'alaikum Ukhti Akhi^^
Akhirnya update lagi hehe
Maaf ya soalnya baru selesai PTS :(
Semoga kalian suka dan ga bosan.
Vomment nya ditunggu ya^^
Syukron.

A Religious BoyМесто, где живут истории. Откройте их для себя