memberanikan diri

155 24 0
                                    



"Mbak, kemarin aku disuruh kesini, ada apa ya?"

Mbak Sinta menyuruh Rindu duduk terlebih dahulu.

"Jadi begini mbak, ini masalah omah Aminah"

"Kenapa ya mbak? Omah gak papa kan?"

"Jadi gini, sebenernya gak ada apa-apa. Cuma kita tahu kalo omah udah berumur dan saya harap lebih baik ngehabisin masa tuanya sama keluarga!"

Rindu mengangguk dan tersenyum lalu berjalan keluar. ia benar-benar memikirkan perkataan mbak Sinta.

Benar, omah sudah berumur dan lebih baik menghabisi masa tuanya dengan keluarga. Tapi Rindu tidak bisa apa-apa ia hanya orang luar yang mencintai omah Aminah. Jalan satu-satunya adalah Elang.

Rindu terduduk pada bangku taman panti, ucapan mbak Sinta begitu menganggu fikirannya. Terlebih lagi ucapan omah Aminah tentang Elang, entahlah ada rasa yang begitu sulit ia jelaskan.

Rasa tentang Elang, tentang hatinya dan tentang tiap tahap itu.Rindu menghela nafas panjang dan mengeluarkan ponselnya lalu mengetik sesuatu

Kak Lang

nampaknya kita perlu bicara

Send

Rindu mengirim pesan itu dan menutup matanya sebentar mengikuti hembusan angin yang menyejukan.


..

Elang mengecup pucuk kepala omanya dan tersenyum kepada suster yang sedang menyuapi omanya.

"Mah, makan yang banyak ya, aku pergi dulu" Elang berucap dan segera berlalu meninggalkan ruangan omahnya.

Tidur Elang terganggu dengan dentingan ponselnya yang bergetar pada saku celananya.
Elang meraih ponselnya dan melihat notif itu.

matanya terbelalak melihat isi notif dari temannya yang memintanya untuk kerumah Fikri. Biasanya ada hal yang sangat penting sehingga sepagi ini mereka sampaikan.

Elang mengendarai motornya keluar panti, ia tidak sengaja menoleh pada perempuan yang baru saja keluar dari taksi dengan terburu-buru, sepertinya Elang mengenali cewek itu. Tapi otaknya sedang tidak sinkron sekarang. Elang melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya dirumah Fikri. Elang memasuki rumah yang sepi itu dan segera menuju kamar Fikri. Ia membuka pintu itu dan disambut oleh Zaki yang seperti sedang menasehati Fikri. Elang mendekat

"Kenapa?"

Zaki menoleh "biasa, liat pacarnya jalan sama cowok lain"

Elang mendengus "bangsat lo! Bangunin orang tidur buat hal yang gak penting ini!"

Fikri memutar menghadap Elang "lo gak tahu sih rasanya gimana"

Elang menggeleng "alay ihhhh... tanggung jawab lo! Gue belum mandi nih"ucapnya sembari berjalan menuju kamar mandi Fikri untuk mmbersihkan badannya.

Zaki menoleh pada Fikri "iya sih, kok lo alay deh Fik"

Fikri mendengus dan menjatuhkan badannya pada ranjang "au ah"

Elang keluar dari kamar mandi dan beralih mengambil baju Fikri pada lemari dan memakainya. Getaran pada sakunya membuat Elang terlebih dahulu mengambil ponselnya dan melihat notif disana. Dari nomor tidak dikenal

08267499...
Nampaknya kita perlu bicara

Elang mengerutkan keningnya ia tidak pernah memberikan nomor ponselnya pada siapapun. Dan ia juga tidak mengenali nomor itu.

Ketika ingin menaruh kembali ponselnya Elang teringat sesuatu, Rindu adalah satu-satunya yang ia kasih nomor HPnya.

Dimana?


Taman panti omah

Elang segera mengambil kunci motornya lalu berjalan keluar tanpa berpamitan dengan Zaki serta Fikri yang melihatnya dengan wajah tanda tanya.

Sepanjang perjalanan Elang tersenyum, Rindu menghubunginya dan misi itu akan berjalan! Elang memakirkan motornya dan melihat pada bangku taman panti. Rindu yang sedang bermain ponsel!

"Kenapa?" Tanpa basa basi Elang duduk disamping Rindu dan bertanya demi kian. Elang dapat melihat wajah Rindu yang terkejut dengan ekspresi yang sangat lucu bagi Elang.

"Kak Lang!" Rindu mengelus dadanya. Jantungnya serasa copot, Elang sukses membuatnya terkejut.

Elang terkekeh "apa yang perlu dibicarain Rin?"

"Aku abis dari ruang mbak Sinta! Dia bilang omah udah berumur. Apa gak sebaiknya omah ngabisin masa tuanya bersama keluarga" Rindu hanya ingin Elang tahu, ia berucap to the point karena ingin mempercepat obrolan dengan Elang.

Elang memutar kepala melihat arah sisi lain taman panti "gue pengen! Tapi gak bisa"

Rindu mengerti maksud Elang apa, ia paham betul. Rindu hanya ingin Elang tahu bukan ingin memaksanya untuk membawa pulang omah Aminah

"Kak, aku ngerti semuanya"ucap Rindu sembari tersenyum pada Elang.

Rindu memberanikan diri menyentuh tangan Elang "gak perlu dengan kak Elang terus maksa orangtua kakak. Cukup buat bujuk mereka untuk jengukin omah, buat omah seakan ngerasa panti ini rumahnya, jika memang orangtua kakak gak bisa bawa omah tinggal bareng kalian" seperti yang omah Aminah bilang, jika Elang butuh kekuatan! Rindu hanya berusaha menyakinkan Elang sebisanya.

Elang menatap lurus Rindu, jujur! Ada hal yang membuat jantung berdetak lebih ketika Rindu menyentuh tangannya.

Rindu segera melepas tangannya dari tangan Elang "maaf kak"

Elang hanya diam "gue usahain"balasnya dengan nada tidak yakin.

"Cuma itu yang mau lo omongin?"

Rindu menggeleng "bukan cuma itu! Ada hal yang harus banget aku tanyain ke kakak"

Elang mengerutkan keningnya "apa?"

♡♡♡

makasih buat yang baca cerita aku, meski gak ngasih vote(tolongpekainisindiran) hehe
Maaf yah kalo aku sering banget ngepost karena aku mau bikin ceritanya komplit gak gantung kayak hubungan kita, ehh

#Tbc

lewat Rindu[Lengkap]Where stories live. Discover now