Scorch

359 28 0
                                    

Abu bertabur di udara, langit penuh akan kepulan asap yang membuat hari terlihat layaknya senja yang gelap. Titik-titik hujan turun beruntun membasahi segalanya, namun tak sanggup menjinakkan api yang bergejolak di mana-mana. Angin kencang membuat keadaan semakin parah, si jago merah dibawanya menyebar ke seluruh penjuru desa.

Beberapa saat setelah Claude berhasil menyelamatkan gadis yang terjebak itu, ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke timur, melawan arus penduduk desa yang berlarian menjauhi mara bahaya yang berasal dari arah yang ditujunya. Puluhan orang tak sengaja menabrak pundaknya, semuanya mati-matian memperjuangkan nyawanya, jerit dan tangis mengiringi jalanan berlumpur yang dilaluinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Eterna dalam rupanya sebagai sebilah pedang di tangan majikannya.

Tak tahan dengan begitu banyaknya pundak yang menabrak, Claude memutuskan untuk sejenak membekukan waktu, melawan hukum gravitasi selagi ia memanjat atap bangunan tak jauh dari tempatnya menapak.

"Aku harap aku tahu," balas Claude setelah dirinya kembali membiarkan waktu berjalan.

Sang pendekar mempercepat langkahnya. Kakinya dengan gesit melompati atap-atap berbahan jerami. Dari kejauhan, matanya menangkap puluhan siluet dari makhluk buas bertubuh jangkung di sisi timur, siluet yang terlihat sama dengan apa yang baru saja dibunuhnya beberapa saat yang lalu.

"Ya Tuhan," tanggap Eterna, melihat dalam sudut pandang yang sama dengan majikannya. "Berapa banyak lagi yang harus kita bunuh?"

"Monster-monster itu bukanlah prioritas kita," sanggah Claude. "Utamakan keselamatan para penduduk, kita hanya akan membunuh sebanyak yang kita perlukan."

Siluet-siluet itu berlarian dengan empat kakinya di atas jalan berlumpur, sebagian di antaranya memanjat atap jerami, dan sebagian lainnya menerka seraya mengendus-ngendus sekitarnya.

Terhitung puluhan atap terlompati sang pendekar, dirinya kini berada dekat dengan penjuru timur. Teriakan penduduk desa tak lagi terdengar lantang, namun gemanya masih membekas di telinga. Asap mengepul dari bawah kakinya menapak, namun bukan masalah untuk paru-parunya yang masih sanggup bernapas.

Sadar akan dirinya yang telah melangkah cukup jauh, Claude memutuskan untuk menghentikan langkahnya di satu tepian atap, mengintip apa yang ada di bawahnya sambil membiarkan instingnya mengambil alih keputusannya. Jalanan penuh jejak, genangan lumpur merefleksikan api yang bergejolak di sekitarnya. Darah terjiplak, merah menggenang di jalanan, namun belum ada satupun jasad terlihat.

"Claude," panggil Eterna, "kau dengar itu?"

Geraman ganas tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam telinga sang pendekar, instingnya pun menyuruh tubuhnya untuk segera berbalik. Lututnya siap dengan kuda-kudanya, sedangkan Eterna ditempatkannya di samping pinggang, siap untuk menebas bahaya yang terlihat mendekat dari segala penjuru. Tak begitu jauh, si kepala ganda terlihat di depan sana, berlumuran darah seperti yang lainnya. Satu lagi baru saja memanjat atap di sisi kanan, diikuti satu ekor lagi dari sisi yang sama.

"Err... Claude," panggil Eterna gugup.

"Ada apa?"

"Di bawah!"

Tanpa peringatan, sebuah cakar nan panjang menusuk atap jerami di bawah sang pendekar. Dengan refleks, Claude dengan cepat menggeser kakinya ke kanan, buru-buru membekukan waktu ketika Nirva di bawah kakinya baru saja merobohkan tempatnya berpijak. Claude berpindah lebih dekat ke timur, di mana api dan asap menyembunyikan tempatnya berada untuk sejenak.

"Bagus, mereka tertarik padaku," ucap Claude sarkastik.

Claude menghela napasnya dalam-dalam, mengambil ancang-ancang yang lebar sebelum akhirnya melesat cepat menembus tabir yang menutupi tempatnya berada. Sang pendekar melompat ke udara dan melenyapkan dirinya dalam waktu yang dibuatnya membeku. Secepat kilat, dirinya berpindah jauh ke belakang sana, ke belakang seekor Nirva yang tak memiliki banyak waktu untuk melawan sang pendekar yang telah mengayunkan sebilah pedang ke arah lehernya. Darah melumuri bilahnya dalam hitungan detik, dipenggalnya seekor Nirva di atas atap jerami.

The Sacred Witcher Act I: The CurseWhere stories live. Discover now