Inside Her

504 41 1
                                    

Keringat melembabkan dahinya, Eterna—yang berwajah semerawut—membuat kakinya menghentak berkali-kali. Di pinggir lorong ia terduduk, merapat pada dinding yang membatasi dirinya dengan ruangan di mana Lilith dirawat. Jemarinya meremas erat tangannya yang lain, terlihat jelas akan dirinya yang menahan panik yang menghantui batinnya.

"Eterna," panggil Claude pelan.

Claude duduk di sampingnya, mengelus-elus bahunya yang kian menegang. Pelan-pelan Eterna menolehkan kepala, menatap majikannya dengan raut wajah yang kompleks, penuh haru di kedua matanya yang mengilap, kekhawatiran yang terurai dalam air matanya yang tergenang.

"Ia pasti akan baik-baik saja," ucap Claude, berusaha menenangkan.

Eterna bergeming, pandangannya beralih menghadap ke bawah. Ia lalu menyandarkan kepalanya di atas bahu sang pendekar, kemudian menutup kedua matanya dengan perlahan. Dengan instingtif, Claude meraih pundaknya di sisi lain, merangkulnya dalam hangat, lalu mengusapnya halus-halus seraya berkata, "Aku yakin, ia hanya salah makan. Dengan sedikit obat ia pasti akan sembuh, dan—"

"Kau tidak mengerti," potong Eterna pelan.

"Hm?" Claude menaikkan alisnya.

"Sebelumnya, aku melihat darah yang membasahi bagian selangkangannya."

"Err... maksudmu, dia... menstruasi?" tebak Claude canggung, mengucapkan kata yang seharusnya tak keluar dari mulutnya.

"Aneh jika kau menyebutnya menstruasi, karena menstruasi tidak seharusnya membuat wanita manapun merasa sesakit itu."

"Apapun itu, aku yakin ia akan baik-baik saja. Lagipula—"

"Claude, aku mohon!" Eterna mendadak membangkitkan kepala dari pundaknya. "Berhentilah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja! Dengar, aku tahu kau hanya ingin membuatku tenang, tapi tidakkah kau sadar apa yang sebenarnya ada dalam perutnya?"

"Apa maksudmu?"

"Sebuah nyawa."

"Hah?"

"Claude, jangan bodohi aku. Kau memiliki indera keenam, dan aku yakin kau tahu apa yang ada di dalam perutnya."

"Eterna, aku bersumpah, aku sama sekali tidak mengerti ucapa—"

"Aku tahu indera keenamku tak sekuat punyamu," potongnya lagi, "tapi aku bisa merasakannya, Claude. Aku bisa merasakan sebuah detak jantung di dalam rahimnya."

"Tunggu dulu! Apa kau berusaha menarik kesimpulan bahwa ia sedang hamil?"

Eterna sejenak terdiam, pelan-pelan matanya beralih memandang permukaan dinding di seberangnya. Ia menarik napasnya melalui hidung, lalu cepat-cepat menghembuskannya melalui mulut. Sesaat kemudian, ia kembali menolehkan kepala menghadap Claude, menatapnya tajam-tajam sebelum akhirnya berujar, "Iya."

"Tidak mung—"

"Claude! Aku serius!" serunya dengan penekanan yang kuat. "Aku merasakannya dengan begitu jelas. Tidak mungkin aku han—"

"Permisi!" sebuah suara feminim mendadak memotong obrolan, mencuri perhatian Eterna yang tengah berdebat sengit dengan Claude.

Berdiri anggun di samping bangku, seorang wanita berambut merah menatap Claude yang baru saja menoleh ke arahnya. Putih bening warna jasnya, biru kelam warna matanya, ujung telinganya yang runcing dan panjang menjadi ciri khasnya yang dapat terlihat dengan mudah. Ia menautkan rambutnya ke belakang telinga, mengekspos pipinya yang sebelumnya terhalangi oleh rambut.

 Ia menautkan rambutnya ke belakang telinga, mengekspos pipinya yang sebelumnya terhalangi oleh rambut

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
The Sacred Witcher Act I: The Curseजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें