Red Spider Lily: Lycoris Yanet (2/3)

1.2K 133 8
                                    

Merasa amat beresiko membiarkan Yanet di tempatnya, Trisha memberikan gadis itu pada Kili-induk semang yang lain. Trisha menukarkan Yanet dengan sepuluh ribu peso. Jumlah yang jauh lebih sedikit dibanding harga awal Yanet dulu. Namun Trisha masih beruntung, sebab berkat sikap dingin yang dia tampakkan dan wajahnya yang masih lumayan, Kili masih menginginkannya.

Kili dan Trisha berbeda. Mungkin karena seorang pria, dia jarang memukul. Keadaannya berbalik saat dia mabuk. Apabila ada sekecil apa pun hal yang membuatnya marah, dia tidak ragu melempar atau menghantamkan botol minuman kerasnya pada gadis di tempat itu. Sayangnya akhir-akhir ini semakin sering.

Yanet pernah melihat Kili memukuli salah seorang dari mereka hingga botolnya hancur-pecahannya berserakan di mana-mana, juga tidak lupa darah bercecer. Tidak ada yang berani membawanya ke rumah sakit, dan dia pun hanya dirawat seadanya.

Yanet sama sekali tidak miris. Dia hanya melihat dari kejauhan, tidak berniat melakukan apa pun. Semenjak bersama Trisha, pikiran dan hati Yanet menjadi sekeras bongkah es yang tidak kunjung mencair. Gadis itu merasa tidak memerlukan siapa pun, juga tidak peduli apa pun.

Di luar dugaan, Kili tahu caranya "bermain" dengan gadis itu. Makanan dan pakaian yang layak akan Yanet dapatkan hanya ketika gadis itu melakukan apa yang Kili perintahkan. Tentunya dengan melayani tamu yang menginginkannya saat Yanet tidak sengaja terlihat oleh pria-pria hidung belang itu. Tidak terhitung berapa kali Yanet bersumpah akan membunuh Kili-membayangkan tua bangka itu mati dengan leher digorok. Tapi pria itu selalu dikelilingi guard yang bertubuh besar dan beringas. Yanet tidak pernah memiliki kesempatan untuk bebas.

Suatu kali Yanet terjaga semalaman. Gadis itu menyendiri sendirian di pekarangan samping-tempat di mana perabot-perabot rusak ditaruh asal. Kili kembali. Dia melihat Yanet dan memaki tanpa sebab. Kesal, Yanet balas mengumpat padanya. Amarah Kili tersulut. Yanet dipukul beberapa kali dan dia tidak bisa melawan karena guard bajingan itu berada di dekat mereka.

Puas memukul, dia meninggalkan Yanet. Gadis itu lantas beralih keluar dari pintu belakang dan menutupnya keras sekali. Pagi datang, tapi langit gelap masih menaungi. Dia pun duduk bergelung di anak tangga terbawah, membenamkan wajahnya sendiri.

Lalu saat perlahan cahaya menyingsing, Yanet mengerjap menyadari sesosok bayangan mendekatinya dari depan. Paranoid, dia sontak mengangkat wajahnya dengan jantung yang memacu dua kali lebih cepat. Kemudian Yanet tertegun. Sangkaan liarnya sirna mendapati seorang anak berdiri di hadapannya.

Mungkin usianya masih terhitung menggunakan jumlah jari tangan. Dengan bola mata yang bening dan jernih bagai kelereng, dia mengerjap menatap Yanet. Cape merah yang dipakainya terlihat hangat. Tali yang berada di kerah diikat pita, menonjolkan hiasan bulatan bulu putih pada leher. Dia juga memakai topi berbentuk kepala beruang yang aneh.

Saat tangan anak itu terangkat, ingin menyentuh rambut Yanet, gadis itu otomatis menarik diri. Keningnya mengerut tidak suka.

"Pergi," hardik Yanet.

Gadis kecil itu diam.

Sembari tetap menatap Yanet melalui binar mata bulatnya, dia berkata, "Aku suka rambutmu. Merah yang cantik.. seperti warna lycoris.."

Entah karena saking polosnya atau pura-pura tidak peduli pada ekspresi Yanet yang sangat tidak ramah, dia masih berdiri di sana-mengamati semua hal yang dia bisa dari Yanet.

Yanet tidak pernah menyukai orang asing. Di saat seperti ini, seharusnya dia langsung pergi menjauh. Tapi kali ini berbeda. Orang di hadapannya hanyalah seorang anak perempuan. Kenapa anak sekecil itu bisa berada di tempat seperti ini? Yanet sempat menoleh ke kanan dan ke kiri, namun dia tidak melihat ada tanda-tanda orang dewasa yang menyertainya.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now