49. Spilled Tea and Teared Marshmallow

1.3K 190 0
                                    

Tatapannya nyalang mengarah pada titik merah yang bergeming sesudah mobil Jonas melaju. Seseorang yang membawa bandul itu tidak bergerak, atau dia telah meletakkan benda tersebut secara sengaja. Orang itu tahu fungsi alat pelacak Ranan, makanya sengaja menyalakannya. Laki-laki itu segera beranjak tanpa mengatakan apa pun pada Moran dan yang lain. Ranan juga sempat menghubungi Logan—karena dia yang tahu perihal kalung yang dipasangkan Ranan pada Yanet. Hasilnya nihil. Dia tidak bisa dihubungi.

“Akan ke mana kita?” tanya Jonas ragu sambil tetap menyetir. Mobil mereka telah jauh masuk ke dalam hutan. Dia pun ragu akan menemukan sesuatu di sana—karena menurut peta, mereka akan sampai ke lembah.

“Percepat,” perintah Ranan mengabaikannya.

Jonas pun hanya bisa mengikuti arahannya. Melalui cermin, dia melihat api dalam pancaran mata Ranan yang membara.

Selang dua puluh menit kemudian, Ranan akhirnya meminta Jonas berhenti. Mereka dihadapkan pada sepasang sayap gerbang yang dipenuhi tumbuhan sulur. Satu dari dua lampu di sisi kanan dan kiri menyala redup, sedangkan yang lain mati.

Ranan melihat kembali ke layar ponselnya. Mereka memang tidak berhenti persis di dekat titik merah. Untuk mencapainya, mereka harus menghampiri sendiri titik tersebut. Masuk lebih dalam ke arah kegelapan. Satu-satunya masalah adalah: tidak tampak ada bangunan di sana. Lampu mobil Jonas hanya mampu menunjukkan tanah rumput yang lapang.

“Nggak ada apa-apa di sini,” ujar Jonas. Tapi sebelum dia menyarankan pada Ranan supaya kembali, laki-laki itu lebih dulu melangkah maju. Untuk mengantisipasi masalah yang ditimbulkan setelahnya, Jonas pun mengirimkan lokasi mereka sekarang pada Moran.

Bagian bawah celana mereka langsung basah sesampainya di rawa. Jonas mengumpat sekilas begitu merasakan dingin. Tidak lama setelah melewati rawa, kaki mereka memijak tanah kering. Pupil Ranan melebar mendapati akses masuk tertutup berupa bongkahan persegi terbuat dari besi berkarat. Sesuatu yang berkilauan menarik perhatiannya. Bandul yang dia cari ternyata tergeletak di bawah penutup itu.

Jonas terperanjat seketika saat Ranan membuka penutup itu paksa lalu masuk ke sana tanpa ragu.

Sehabis menuruni tangga, seseorang berteriak di ujung lorong begitu menyadari orang asing yang masuk. Ranan berlari mengejarnya. Napas Jonas tertahan melihat Ranan menendang ujung belakang sepatunya ke wajah orang itu. Ada sesuatu yang tajam di sana! Darah yang memercik kemudian menghiasi dinding.

Sejak kapan Ranan membawa senjata setajam itu?

Jonas mendecap kemudian berlari mengikuti. Lorong yang mulanya hening menjadi ramai berkat beberapa orang sekaligus yang memakai penutup kepala menghadang mereka.

Ranan gelap mata. Sepasang pisau bersiap di tangannya saat menyerang secara acak. Geraknya mungkin tidak gesit mengingat laki-laki itu sempat lumpuh, tapi lain halnya saat semua kaki dan tangan Ranan dilengkapi sesuatu yang tajam. Sabuk hitam karate yang dimilikinya pun masih berguna untuk saat seperti ini.

Blackout. Hanya itu kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Ranan saat ini. Kemarahan yang dia pendam kini terlepas dan dilampiaskan pada kawanan itu—meskipun tidak sampai membunuh mereka. Leher mereka disayat, tangan yang terpotong, serta beberapa anggota tubuh lain yang robek disusul darah yang mengucur deras membuat Jonas terpaku. Mereka pun berteriak liar akibat merasakan kesakitan yang luar biasa.

Tapi keadaan mulai berbalik saat orang yang muncul di sana bertambah banyak. Jonas tahu, dia dan Ranan akan berakhir jika diteruskan.

***
Damar memandang gadis yang terpejam dengan tubuh yang masih dihiasi memar kebiruan. Tangannya terangkat ketika hendak menyentuh anak-anak rambut Tiara yang berantakan, namun gerak itu terhenti. Jari-jari Damar hanya mengambang di udara.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now