40. Marshmallow: Jealousy

1.3K 164 14
                                    

Note: this chapter contain disturbing image. Let me know if you want me to remove it
__________________________________

"Jadi..." Ranan berujar setelah keheningan panjang yang menyelimuti mereka. Dia menatap lawan bicaranya tajam. "Kau berpikir aku butuh bantuan dengan meminjam tangan kakakmu?"

Tiara tergagap. "Bu-bukan! Aku.. aku cuma.."

Ranan mendadak meraih tangan Tiara lalu menggenggamnya erat di pangkuan. Pandangannya mengarah ke bawah tapi tidak ke mana pun. Jemari keduanya saling bergumul, dengan kehangatan yang menjalar satu sama lain. Tadinya ujung-ujung jari tersebut pucat-entah karena hawa dingin, atau sebab keraguan yang dipaparkan gadis itu. Ranan menghela tenang saat akhirnya wajah Tiara merona kembali.

"Tidak ada satu hari pun yang terlewat di mana aku tidak melakukan apa pun," ujar Ranan yang kali ini memandang Tiara. "Dia bisa melakukan semua hal yang dia mau tanpa tahu aku mengawasinya dua tahun ini."

"Kau.. tahu siapa orangnya?"

Ranan memejamkan mata sekilas. "Aku hanya mengumpulkan jejak yang dia tinggalkan. Dan dengan adanya kau di dekatnya, aku juga akan menciptakan perangkap."

Laki-laki itu mendekatkan wajahnya sehingga kening mereka saling bersentuhan.

"Aku tak ingin kau terluka..," bisiknya pelan. "Apa yang diperbuatnya padamu sejauh ini sudah lebih dari cukup. Bersabarlah sebentar lagi."

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Tiara. Sepasang mata jernihnya mengerjap.

Ranan menarik tubuhnya menjauh. Namun pandangan mereka tidak terputus. Disekanya sekilas pipi gadis itu, mendapati segaris kilau air mata di pipinya telah mengering.

"Apa kau sadar suasana hatimu cepat sekali berubah?" Ranan balik bertanya. "Dan sebenarnya untuk apa kau menyinggung pembicaraanku dengan Thera?"

"Dia pacarmu!" sentak Tiara yang langsung membuat Ranan mengangkat alis. "Aku nyaris tidak tahu apa-apa soal kau. Tiba-tiba saja dia ke sini lalu bibi Irene menyuruhnya langsung menemuimu. Damar yang bilang dia pacarmu. Bagaimana aku bisa tenang? Yah.. meski pun dia pulang dalam keadaan hampir menangis."

Tiara tidak sepenuhnya membenci Thera, walau pun tidak mungkin akan menyukainya juga. Gerak-geriknya halus, mengingatkannya pada Fara. Tiara hanya tidak bisa menemukan kepura-puraan yang tampak dari gadis itu. Tiara tidak akan pernah bisa mengganggu tipikal gadis seperti Thera, misal seandainya Ranan masih menginginkannya tinggal. Dia memberikan penawaran pada Ranan-semata supaya Ranan tidak mengabaikan Tiara.

"Kau berbeda darinya," kata Ranan kemudian. "Thera sangat penyabar, dan sangat rentan. Sementara kau sebaliknya."

"Apa itu pujian atau olok-olok?"

Ranan lagi-lagi tidak bisa menahan senyum menghadapi tingkah gadis itu. Mendadak dia beranjak dari kursi roda lalu membungkuk, menyejajarkan wajah mereka. Penat yang tadinya menguasai benak Ranan perlahan menguap.

"I need you." Dia berbisik sebelum akhirnya menghadiahi Tiara ciuman. Aku akan melindungimu, sejak di saat yang sama kau menyelamatkanku.

***
Susan mencari-cari bungkusan berisi sayuran yang dia taruh asal di kulkas. Berdecap beberapa kali, gadis itu akhirnya menemukannya terselip agak ke dalam, di antara jejalan berbagai manisan buah. Saat akhirnya Susan menegakkan tubuhnya lalu berbalik, gadis itu sontak terkesiap keras. Sosok hitam di belakangnya menatapnya tanpa ekspresi.

Ini masih siang. Kenapa dia keluar? Batin Susan.

"Kamu butuh sesuatu?"

Mata Ranan memicing. Tidak lama kemudian, bunyi mobil berhenti dekat pelataran depan. Seseorang dari dalam mobil tersebut lalu masuk menghampiri Ranan.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now