16. Red Velvet: The First and Last Warning

1.6K 187 6
                                    

Tidak terhitung berapa kali gadis itu memejamkan mata, namun dia hanya bertemu kegelapan. Sebatas itu. Kesadarannya tidak menghilang. Mimpi tidak bisa menjamahnya karena ada penghalang. Kesal, dia lantas menyibakkan selimutnya kasar dengan menendang. Dalam keadaan kamar yang gelap gulita, dia pun meraba-raba kasur, mencari-cari ponsel.

R u sleeping?

Tiara mengetik pada kolom chat. Beberapa menit tidak ada balasan hingga gadis itu mengira kalau seseorang di seberang sana memang benar sudah terlelap. Dia hendak memejamkan mata lagi hingga tiba-tiba dering singkat ponsel merah muda itu membuatnya terduduk otomatis.

Tiara!!! Halooo! Apa kabar??? Senangnya kau menyapaku... Aku sudah tidur—hanya beberapa menit yang lalu. Tapi aku langsung bangun! Aku tersadar penuh! Sungguh! Kenapa kirim pesan malam-malam? Lapar? Tidak bisa tidur? Mau dininabobokan?? Bagaimana kabarmu di Singapura? Bagaimana Gladys?

Balasan yang diterima Tiara muncul secara bertubi-tubi, bersamaan dengan gambar-gambar stiker yang menggemaskan.

Tapi tunggu sebentar, batin Tiara mengernyit. Orchidee mengira dirinya masih berada di Singapura? Dia tidak tahu kalau Tiara sudah seminggu lebih ada di Indonesia? Viola tidak memberitahunya?

Gadis licik itu—Tiara memaki membayangkan sosok Viola yang mengibaskan rambut dengan wajah menyebalkan.

Cant sleep. Any idea?

Pesan Tiara langsung dibalas kurang dari sedetik.

Tentu kau harus tidur. Tidur larut tidak baik untuk kulit. Apalagi dengan aktivitasmu.

Kalimat terakhir membuat Tiara terdiam. Hatinya mendadak diliputi kegetiran.

Sepertinya sudah lama sekali waktu yang terlewat di saat di mana setiap kali dia melangkah, sekumpulan orang akan menyapanya. Mereka akan buru-buru mengambil ponsel lalu berebutan untuk memfoto Tiara, menyimpannya atau memamerkannya pada orang lain. Tiara juga merindukan gundukan hadiah-hadiah yang dibungkus dengan indah, pemberian dari orang-orang yang tidak dikenalnya. Mereka juga akan menyertakan catatan kecil berisi penyemangat dan pujian yang manis untuk menyenangkannya.

Sekarang tidak ada lagi...

Gadis itu membatin sambil menghela napas panjang. Dirinya terlalu takut untuk kembali. Sekarang Tiara harus memulai semuanya lagi dari awal.

Hitunglah kacang.

Chat Orchidee selanjutnya membuat Tiara mengerutkan kening—bingung.

Kacang? Tiara mengetikkan balasannya disusul dengan stiker bernada tanya.

Karena menghitung jumlah domba sudah terlalu mainstream, hahaha. Carilah di dapurmu. Kau juga bisa menggantinya dengan beras.

Tiara menggigit bibir, melihat jam ponselnya yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam lewat. Apakah dia akan pergi ke dapur diam-diam lagi? Bagaimana kalau Ranan ada di sana? Belakangan sepasang mata Ranan yang setajam elang terbawa ke mimpi Tiara. Tiara bukannya takut. Dia hanya merasa tidak nyaman menerima tatapan penuh curiga itu.

Gadis itu termenung sesaat sebelum akhirnya memutuskan. Masa bodoh! Ucapnya dalam hati lalu turun dari ranjang dan beranjak keluar kamar.

***
Kamar Damar berada tidak jauh dari dapur. Ketika ada secuil suara dari tempat itu, Damar akan bisa langsung mendengarnya. Kebetulan malam itu dia memutuskan tidur terlambat. Ada video terbaru dari tim basket favoritnya yang diunggah ke youtube. Damar menontonnya lewat laptop dengan suara yang diatur ke titik minimum. Supaya tidak ada yang tahu dia tengah terjaga, lampu kamarnya pun dimatikan.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now