42. Marshmallow: Familiar Scent

1.3K 174 20
                                    

Ranan tidak main-main dengan ucapannya. Saat ujung pisaunya mulai menggores permukaan kulit leher Yanet, gadis itu meringis tapi tetap tidak bersuara. Perhatian mereka justru teralihkan oleh satu orang lagi yang hadir. Luki menoleh ke belakang, sedangkan Ranan mengangkat wajah. Tidak jauh dari mereka, Logan meloloskan sorot yang tajam.

Here’s your partner..,” gumam Ranan dingin. Laki-laki itu tidak gentar meski urat-urat muncul di kepalan tangan Logan yang menyimpan kemarahan. Ranan bergeming. Ujung pisaunya tetap menempel di leher Yanet meski setetes darah mengalir.

Gelap mata, Logan tiba-tiba melangkah cepat ke arah mereka. Tidak perlu berpikir keras soal apa yang akan dia lakukan karena gertakan tulang pada kepalan tangan itu sudah memberitahu.

Yanet melonjak. Sikunya melayang menghantam perut Ranan sampai-sampai tubuh itu sontak mundur. Pisau yang Ranan pegang menggores lagi leher Yanet. Namun seolah tidak peduli, dia berdiri menghadang Logan seketika.

Stop! Ne trogay yego (Jangan sentuh dia)!” teriak Yanet.

On pytalsya tebya ubit’ (Dia mencoba membunuhmu)!” Logan menggeram meski langkahnya berhenti.

Osmelites’ vystupit’ protiv menya (Berani menentangku)?”

Luki sempat tegang karena takut melihat kemarahan Logan. Namun kini ketegangan di sekeliling mereka bertambah berkat perubahan yang ditunjukkan Yanet. Meski tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, Luki berani bertaruh kalau Yanet baru saja menghentikan Logan dari apa yang hendak laki-laki itu lakukan. Pertanyaannya: untuk apa? Kalau mereka benar-benar berkawan, maka kedatangan Logan ke sini adalah untuk menolong Yanet. Tapi kenapa gadis itu buru-buru menghentikannya dengan kemarahan yang sama persis, bahkan tidak memedulikan luka yang dibuat Ranan?

Logan terlihat gusar, tapi akhirnya mampu meredam emosinya—walaupun tatapan tajamnya kini masih menghujam Ranan.

Tadinya Ranan bersiap menghadapi Logan dengan mempersiapkan benda lain untuk mematikan gerak laki-laki itu. Tindakan Yanet berikutnya cukup mengejutkan Ranan. Tidak hanya membiarkan dirinya terluka, Yanet justru terang-terangan menghalau Logan.

Setelah yakin Logan tidak akan membuat ulah di luar perintahnya, Yanet membalikkan badan lagi pada Ranan. Rambut merahnya meliuk diterpa angin, sementara iris matanya yang berwarna sama memandang Ranan. Sejenak, posisi mereka tetap seperti itu. Batin Yanet sibuk mendebat apa yang harus dikatakannya pada Ranan. Mungkin dia harus memberitahunya, tapi di sisi lain, waktunya sungguh-sungguh tidak tepat.

“Jangan khawatir,” kata Yanet akhirnya. “Kami tidak punya niat mengganggumu—kalau itu yang kau takutkan.”

Ranan mengernyit. Tentu saja dia tidak sebegitu mudahnya percaya.

“Ada orang yang harus kami cari di sini. Dia suka bereksperimen dengan obat-obatan lalu menguji coba hasilnya dengan para kelinci—most of them girls. Mereka korban penculikan.”

Giliran Ranan yang beraut tegang.

“Tampaknya kau familiar dengan ini,” kata Yanet lagi sambil menyilangkan tangan.

“Apa hubungannya ini dengan kau memalsukan identitas kalian berdua?” tanya Ranan. jika benar mereka hanya mencari seseorang—yang mana kebetulan target mereka adalah orang yang sama, harusnya mereka tidak perlu diam-diam menyelinap dan membaur.

“Kami tidak memalsukan identitas,” jawab Yanet. Dia mengeluarkan sapu tangan lalu menyeka lehernya yang jadi perih karena bulir keringat dingin mengenai lukanya. “Kami memang berganti nama.”

“Termasuk mengganti angka umur?”

Yanet terdiam, tapi wajahnya berubah senewen. Gadis itu bersyukur Ranan tidak lagi menanyakan alasannya soal berpura-pura jadi remaja SMA, karena tanpa siapa pun ketahui, tujuannya ada di Redinata dan pencariannya pada seseorang yang jadi target mereka adalah persoalan berbeda. Ibu memberinya dua misi, sementara Logan hanya mengetahui satu.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now