10. Dark Chocolate Meet Marshmallow

1.8K 207 3
                                    

Laki-laki itu tidak sedang terlelap. Dia lupa kapan tepatnya menjadi makhluk malam—makhluk yang lebih aktif saat kegelapan datang. Ketika malam tiba dan tidak ada suara berisik yang mengganggunya, saat itulah Ranan mulai bergerak. Komputer tengahnya lagi-lagi memutar video yang sama. Orang-orang dalam video itu bergerak sesuai skenario yang laki-laki itu hafalkan. Tidak ada lagi kesan mengerikan, yang tersisa hanya tekad untuk membalas.

Sementara itu, layar komputer di samping kanannya berlatar hitam. Huruf-huruf hijau berderet di sana serta bergerak cepat naik turun. Ranan juga memantau angka-angka di sana, dan menurutnya data-data itu stabil. Ranan tidak perlu mengkhawatirkan apa pun kali ini. Meski keuntungannya tidak sedikit, laki-laki itu memutuskan berdiam dulu. Belakangan denyut di kepalanya kian menjadi.

Komputer di samping kirinya lebih sering diabaikan. Meski begitu bagi Ranan, komputer kiri memiliki peran yang sama pentingnya dengan komputer lain. Misal saja ketika kali ini, pojok kanan bawah pada layar itu berkedip-kedip, menunjukkan warna merah yang langsung membuat Ranan waspada.

Laki-laki itu menggerakkan kemudi kursi rodanya pada bagian lengan kanan. Kursi itupun bergerak otomatis membantunya berpindah tempat. Ranan keluar dari kamarnya, bergerak masuk ke lift menuju lantai paling dasar. Letak lift itu ada di sisi paling belakang rumah sehingga tidak akan kedengaran siapa pun yang berada di kamar tengah dan depan—apalagi orang-orang itu tengah tertidur. Kursi roda Ranan juga dilengkapi dengan peredam suara. Berkat itu dia bisa selalu bergerak leluasa tanpa orang lain tahu.

Kedua rodanya berputar lantas berbelok sesampainya di penghujung dinding tengah. Ranan berhenti, dan dia melihat dua orang asing berpakaian serba hitam mengendap masuk setelah mencongkel jendela. Ranan sempat melihat Oreo, dan anjing itu berjengit menatapnya. Laki-laki itu kemudian mengatupkan bibir dengan jari telunjuk supaya Oreo tidak bersuara. Si Husky menurut. Dia pun berbaring tengkurap—menunggu.

Pandangan Ranan beralih lagi pada sepasang pencuri yang masuk tanpa permisi. Mereka mengendap-endap ke arah TV flat.

Hanya itu? Ranan membatin. Sebenarnya bukan masalah membiarkan kedua orang itu mengambil televisi ruang tengah. Irene pun tidak akan menganggapnya masalah serius, toh dia bisa membeli lagi. Paling-paling wanita itu justru akan meributkan keamanan rumah mereka yang payah. Maklum, rumah tua.

Ranan memiringkan kepalanya. Haruskah dia menggunakannya sekarang? Disturbing thing...

Berkedip sekali, laki-laki itu menarik karet ketapelnya. Kurang dari sedetik, benda kecil itu kemudian melayang dan langsung mengenai kaki salah satu pencuri. Dia memekik tertahan, merasakan nyeri dan perih luar biasa pada bagian belakang kaki kirinya. Orang itu bahkan terduduk akibat rasa sakit yang terlalu tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya yang lain, tentunya dengan berbisik.

"Kaki... kakiku..." Dia merintih. Darah merembes dari celananya yang sobek hingga menganga lebar. Kulit di dalamnya juga bernasib sama. Namun, luka itu membuat mereka panik kala darah yang keluar bertambah deras sehingga seketika menggenang di lantai tempat mereka berada.

Ranan yang belum puas, menarik lagi karet ketapelnya sehingga benda kedua melayang—kali ini mengenai bahu seorang yang lain. Bagian baju yang terkena sobek. Nasibnya sama dengan komplotannya. Volume darah yang mengalir bukan main-main. Darah itu bahkan mampu membuat pakaian keduanya basah seluruhnya dalam waktu singkat.

Mereka harus segera lari ke rumah sakit kalau tidak ingin celaka.

"Kita keluar saja," kata salah seorang yang terluka di bahu, menyadari kawannya perlahan mulai hilang kesadaran karena darahnya berkurang drastis. "Rumah ini memang  ada hantunya!" Segera dia memapah temannya meski sedikit diseret, keluar lagi lewat jendela. Kaki yang berlumuran darah itu lantas menciptakan jejak amis pada lantai.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang