Part 24 : Confused (21+)

23.9K 1.2K 5
                                    

Happy Reading.....


Sean Pov

Aku mengguyur tubuhku di bawah shower, aku berpikir ulang. Apa aku benar-benar ingin janin itu menghilang? Aku tahu Garnetta pasti membenciku karena aku tak menginginkannya.

Aku bingung, di sisi lain aku bahagia Garnetta mengandung anakku tapi di sisi lain? Aku tak mau mengikat Garnetta karena anak, mengikat seseorang yang sudah tak mencintaiku.

Aku memakai boxer lalu mengambil vodka di kulkas. Aku menyesapnya dengan hikmat lalu menengaknya hingga tandas.

Aku memasuki kamarku, apa Garnetta masih menangis? Aku mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi, aku sangat mencintai Garnetta.

Aku membaringkan tubuhku di kasur sambil menunggu istriku keluar dari kamar mandi.

"Sean?" panggil Garnetta yang sudah memakai gaun tidurnya. Aku bangun dari tempat tidurku dan meminta Garnetta duduk di sampingku.

"Ada apa?" tanyaku namun Garnetta tampak gelisah.

" Maafkan aku..." ucapku tulus.

Aku memang bersalah, aku sudah mengasari Garnetta, berbicara kasar karena aku cemas, aku panik dan aku bingumg, harus berbuat apa.

"Sean, aku mengerti, kapan kau mau menggugurkannya?" tanya Garnetta, dia terlihat lebih tenang. Aku menghela nafas.

"Terima kasih, kau sudah mengerti.." ucapku.

Garnetta menunduk, aku tahu dia menangis selama di kamar mandi untuk menguatkan hatinya. Aku megangkat dagunya lalu mengecup bibirnya dengan lembut.

"Besok..." ucapku dan Garnetta mengangguk pelan.

****

Aku membawa Garnetta ke rumah orang tuaku, mereka sudah berkumpul untuk mendengar kabar baik, Garnetta menatapku bingung. "Kenapa kau membawaku kesini?"tanya dia.

Aku memeluk isteriku dan mencium keningnya.

"Mom dad, aku cuma ingin memberi tahu bahwa kalian akan memiliki cucu." ucapku membuat Garnetta terkejut, tetapi tidak dengan keluargaku dan mom Marina, mereka memeluk kami dan mengucapkan selamat. Kami lalu merayakannya dengan makan malam bersama.

Aku menatap Garnetta yang tampak kecewa dengan sikapku.

"Netta..." panggilku lembut dan dia menatapku tajam.

"Aku tetap ingin bercerai darimu Sean."

"Kenapa?" tanyaku tak suka.

"Aku memang mencintaimu tapi aku tak mungkin hidup bersama dengan anak dari pembunuh ayahku.." ucapnya.

Aku menghampirinya.

"Sampai kapan pun aku takkan melepaskanmu Netta..." bisikku sambil menarik sebelah gaunnya hingga payudara sebelah kanannya terekspos.

"Jangan sentuh aku Sean..." ronta Garnetta, namun aku menekan tubuhnya di dinding dan menghisap putingnya yang berwarna merah muda.

"Akh..."rintih Garnetta tak kuat menahan seranganku.

"Sekarang saja kau tak bisa menolakku, apa lagi menjauhiku Netta..." ejekku sambil memanggulnya seperti karung beras.

"Akh... Kau bajingan!!" jerit Garnetta.

Garnetta Pov

Aku terkejut ketika Sean menarik lengan bajuku dan menghisap payudaraku, aku tak dapat berkutik, rasanya nikmat. Sudah lama juga kami tidak bercinta.

Sean memanggulku ke kamar dan membaringkanku di atas kasur empuk dengan hati-hati.

"Sean, jangan..." rontaku, aku masih sadar aku tak boleh bercinta dengan anak pembunuh ayahku walau sekarang aku sedang mengandung anaknya.

Sean menciumi leherku dengan seduktif, menghisap kuat memberi tanda kepemilikan di sana hingga membuatku kembali meremang dan kehilangan kesadaran.

"Aakh...." erangku ketika Sean menjilati milikku di bawah sana. Dia membuatku benar-benar gila.

"Sean...." rintihku sambil meremas rambutnya dengan lembut.

"Aakh... Sean... jangan berhenti..." protesku ketika dia malah diam memandangku.

"Lagi?" godanya membuat wajahku merona.

"Katakanlah kau menginginkanku.." bisiknya seksi

"Akh..." Pekikku ketika Sean mengusap klitorisku.

"Sean... Aku mencintaimu..." ucapku setengah memohon.

"Kau menginginkanku...?" godanya dan aku mengangguk.

"Katakan!" ucapnya tegas.

"Ya Sean.. Aku menginginkanmu.." ucapku mengalah, Sean terus mengusap klitorisku dengan jemarinya.

"Katakan kau milikku"

"Akh.. Iya Sean, aku milikmu.. Aku takkan meninggalkanmu... Persetan dengan apa yang ayahmu lakukan aakh..." ucapku geram sambil meremas sprei, aku ingin Sean segera melakukan itu lagi.

Sean tersenyum penuh kemenangan, dia kembali membenamkan wajahnya di bawahku dan menjilatiku dengan rakus. Lidahnya menusuk bagian intiku dengan lembut, mengusap usap dengan lembut dan hangat.

"Aakh... Sean..." pekikku saat aku mengalami orgasme yang sangat hebat. Aku terengah-engah berusaha mengatur nafasku.

Ah, sial.. Aku meracau yang tidak-tidak. Aku menatap mata abu yang sedang memperhatikanku, mulutnya basah, pasti basah oleh cairanku.

"Kau sangat lezat, Netta.." bisiknya sambil menyeringai dan menjilat bibirnya yang seksi.

"Akh..." rintihku ketika Sean kembali menyerang payudaraku dengan rakus.

Aku menatap wajah tampan itu neremas dan menyusu kepadaku. Tuhan, aku rasa aku takkan sanggup melepasnya, aku sangat mencintainya dan menginginkannya.

"Sean..." panggilku dan matanya menatapku.

"Buka bajumu..."bisikku, Sean tersenyum lalu membuka seluruh pakaiannya.

Kejantanannya sudah berdiri kokoh dan aku membuka lebar-lebar pahaku, menyambut milik Sean yang sangat aku rindukan.

"Mmmh...." erangku nikmat, gesekan gairah dan panas membuat kami melupakan masalah yang ada. Sean terus memompaku hingga kami sama-sama mencapai klimaks.

"Netta...." erang Sean sambil mengecup keningku berkali kali.

Semburan hangat terasa di rahimku. Aku menatap wajah Sean yang berkeringat, aku mengecup bibirnya dengan lembut. Lalu merangkulnya agar memeluk tubuhku dengan erat.

Aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, aku menenangkan nafasku sambil menghirup aroma tubuhnya yang maskulin. Aku merasa pening dan semua terasa berat.

"Good night baby..." bisik Sean di telingaku, dan kami pun tertidur.


Bersambung....

Konfliknya agak aku peringan ya... Sabar aja ya jangan kesel sama ceritaku hehehe... Yang pasti dalam cerita ini memiliki motto "Jangan langsung menilai, karena apa yang kau lihat belum tentu kebenarannya."

Thanks for reading, jangan lupa.vote dan komennya ya...
Muuahh....

I Hate My Husband (End - Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Where stories live. Discover now