Ting..

Aku melihat ada pesan masuk ke hp ku. Aku melihat itu dari Adel

"Apa lagi mau anak ini?" aku membuka pesan singkat yang terlihat sangat singkat itu. Sepertinya ia sangat buru buru.

"Ma... bs k tpt ini g? Kl bs bw polsi."

Lalu ia mengirim lokasi yang dia maksud itu. Aku hanya heran dengan sikapnya itu, jujur saja perasaanku tidak enak mengenai kedua anakku itu. Tapi egoku mengalahkan rasa itu. Aku masih belum bisa menerima Adel sepenuhnya seperti yang dilakukan Nathan. Lalu aku hanya mengabaikan pesan itu.

30 menit kemudiann....

Ting..

Kali ini ada pesan masuk lagi ke hp ku. Kali ini pesan ini dari Nathan dengan ketikan sangat berantakan tapi masih bisa kumengerti. Intinya pesan itu mengatakan agar aku dan Robert menolongnya dan membawa polisi. Untung saja kami belum berangkat ke luar kota.

Lalu aku mengecek keberadaan Nathan lewat GPS ku. Tempat yang persis sama seperti yang dikirim Adel. Kali ini aku benar benar panik. Aku langsung mencari Robert yang ada di ruang kerjanya dan membawanya menuju ke tempat yang dimaksud itu. Tidak lupa sebelumnya aku menelpon polisi untuk mengarah ke sana.

45 menit kemudian kami sudah tiba di tempat itu, rumah sederhana yang sangat terpencil. Polisi sudah tiba disana dan membawa 2 remaja masuk ke dalam mobil polisi. Aku bisa melihat sekilas ada bercak darah di baju mereka. Perasaanku sangat tidak tenang saat ini. Segera saja aku menarik Robert memasuki rumah itu. Kemudian mengikuti arahan polisi kami tiba di sebuah ruangan di bawah tanah. Aku melihat ke dalam dan jantungku serasa berhenti berdetak. Kedua anakku sudah dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Ditambah lagi penampilan Adel yang seperti orang yang baru saja diperkosa dan darah terus mengalir dari jantungnya. Serta Nathan yang memeluk erat Adel sambil berusaha menghentikan darah itu, lalu Nathan pingsan di sebelah Adel yang telah menutup matanya. Aku tidak siap kehilangan mereka berdua, Adel juga terlihat sangat pucat. Dan darah yang berada di lantai ruangan itu sangat banyak, aku tidak tau darah siapa saja itu. Lalu kemudian mobil ambulans datang dan membawa mereka berdua.

Aku sangat ingin berada di dalam ambulans itu menemani anak anak ku. Tapi perawat melarangku karena mereka perlu menangani Adel dan Nathan secara intensif karena keadaan mereka sangat buruk, terutama Adel.

Sampainya di rumah sakit, Adel dan Nathan dibawa ke ruang UGD untuk diperiksa. Kemudian seorang perawat membawa seorang pasien yang kuyakin adalah Nathan ke ruang perawatan.

"Ibu.. Bapak.. Anak ibu yang ini tidak mengalami luka dalam. Tapi beberapa tulangnya patah, kedua kakinya patah, beruntung lutut yang dulu pernah cedera tidak terkena benturan parah, sehingga hanya kedua tulang kaki nya yang patah. Dan yang pasti ia akan bisa kembali berjalan. Dan beberapa tulang rusuknya ada yang retak. Tapi kami sudah memberi tindakan pertama untuk menanganinya. Melihat dari keadaan tadi, tidak memungkinkan melakukan operasi pada kedua kaki anak anda pada saat ini. Keadaannya masih sangat terguncang. Jadi kita akan menunggu beberapa saat sampai ia tenang untuk melakukan operasi."

Kedua mataku sudah dibanjiri air mata saat ini, tapi Robert menenangkanku.

"Bagaimana dengan anak saya yang satu lagi dok?" tanyaku lagi, aku merasa seperti de javu, menanyakan mengenai keadaan Adel saat Nathan sedang terbaring di kamar rawat seperti ini. Tapi bedanya kali ini aku sangat amat khawatir pada Adel.

"Mengenai anak ibu yang satu lagi.. dokter masih belum selesai memerikasanya. Tapi kalau bisa tolong siapkan calon pendonor darah untuk anak perempuan anda. Melihat dari keadaannya itu, sangat besar kemungkinan ia harus melakukan operasi besar. Dan kami yakin stok darah rumah sakit ini tidak akan cukup."

"Baik Sus, terima kasih." Kali ini aku menjawab dengan tatapan kosong.

Kalau saja aku tidak mengabaikan pesan Adel tadi, ini tidak akan terjadi. Kalau saja kami tidak menelantarkannya, mungkin saja ini tidak akan terjadi. Memang penyesalan selalu datang terakhir. Dan aku sampai dimana penyesalan itu datang dan menghantamku begitu saja

"Tuhan... tolong jangan ambil anakku. Aku tahu aku salah, tapi tolong maafkan kami. Tolong biarkan kami menjaganya lagi, dan kami janji tidak akan menelantarkannya lagi." Doaku pada Tuhan dengan sepenuh hati. Jujur saja, aku tidak siap kehilangan buah hatiku itu. Aku belum meminta maaf padanya, aku membuang banyak moment dengannya, biarkanlah aku membuat moment baru dengannya, dengan kehidupan yang baru...

TBC

 Aku mau ucapin selamat Hari Raya Idul Fitri bagi readers yang merayakan

Maaf karena agak telat ucapinnya

Maaf juga telat update ceritanya karena lagi kehabisan ide

Intinya aku minta maaf kalo aku sering banget telat update, sama maaf kalo ada salah salah yang lain

Makasih yang masih mau baca ceritanya walaupun udah gaje gitu

Kritik saran komen aja ya :)

-X-

Behind That Smile (END) Where stories live. Discover now