12th

27.2K 1.2K 5
                                    

Nathan's POV

Sesampainya di rumah, keadaan di rumah sangat sepi. Tidak ada sambutan selamat datang dari Adel, bukannya aku peduli, aku hanya takut dia pingsan lagi dan harus membuatku mendatangi tempat terkutuk itu lagi. Untuk memastikan, aku bergegas ke kamarku dan kamar Adel, meninggalkan Jessy di ruang keluarga.

"Ngapain buru buru sih sayang? Baru juga sampe." Tanya Jessy heran saat aku kembali ke ruang keluarga.

"Gak kenapa napa kok. Cuma mau ke toilet aja." Dustaku sambil duduk di samping Jessy.

Saat kami sedang mengobrol tentang rencana kami tentang pesta malam minggu ini di rumahku, terdengar pintu rumah terbuka dan menunjukkan sosok gadis 16 tahun yang sudah kukenal sejak dia lahir.

"Kemana aja lu?" tanyaku dengan nada dingin.

"Eh, kakak udah pulang. Maaf aku pulangnya telat, tadi macet." Jawabnya terdengar takut takut.

"Palingan dia keluyuran dulu sama gebetannya, eh orang kayak dia punya temen aja belom tentu apalagi pacar." Ucap gadis cantik dan dikenal dengan pacarku sambil tertawa.

Aku hanya diam melihat Jessy yang tertawa puas dan Adel yang hanya berlalu pergi menuju kamarnya dengan muka memerah menahan amarah. Aku sudah terlalu lelah untuk memisahkan mereka, aku juga bingung harus membela yang mana. Aku memang tidak suka dengan Adel, tapi memang kuakui kalau perkataan Jessy itu terlalu menyakitkan untuk didengar. Aku hanya bersyukur mengingat Adel hanya membentak Jessy waktu itu, padahal kalau dia ingin, Adel bisa saja memukul Jessy mengingat Adel pernah belajar bela diri saat SMP dulu, kalau Adel serius Jessy bisa saja masih berada di rumah sakit sampai sekarang.

"Eh del." Seruku yang membuat Adel berhenti dan berbalik ke arahku tanpa melihat ke perempuan disebelahku ini.

"Lu nanti buatin makan malem buat tiga orang." Kataku padanya

"Emang buat siapa satu lagi kak?" tanyanya dengan muka terheran heran.

"Ya buat gua lah, bego amat sih. Emang gak liat gua di sini sekarang." Teriak Jessy yang kebetulan pas di depan telingaku.

"Jes, gak liat nih ada kuping?" tanyaku sambil menunjuk kupingku yang terasa berdengung.
"Iya del, cewek gua mau nginep hari ini. Dan inget, gua gak mau ada yang berantem hari ini. Gua cape dan besok gua masih ada kelas." Jawabku sambil menyenderkan diri ke sofa.

"Iya kak. Tapi aku mandi dulu ya." Jawab Adel yang disambung anggukan olehku.

"Sayang, tapi aku udah laper. Masa harus nunggu dia mandi dulu sih." Celoteh Jessy yang kuyakin hanya untuk memancing amarah Adel.

"Emang lu mau entar keringet gua masuk ke makanan lu?" sahut Adel ketus dengan tangan yang sudah mengepal kuat.

" Idih.... Sayangg, tuh pembantu jorok banget sih. Kamu yakin kita makan masakannya dia? Kita entar malah sakit perut lagi." Teriak Jessy lagi.

Aku hanya memejamkan mata sambil mencoba menenangkan kepalaku yang sudah pusing mendengarkan perkelahian kedua perempuan di rumah ini.

"DIAM !!!! BERISIK TAU GAK??!! Pusing nih kepala jadinya." teriakku yang sukses membuat kedua orang itu bungkam.

"Maaf kak, mau aku bawain obat pusing?" tanya Adel dengan wajah bersalah.

"Lagian dia sih mulai duluan, coba aja kalo dia gak kayak gitu. Aku pasti gak bakal buat kamu marah. Kamu kalo mau marah, marah ke dia aja. Bentak dia aja, aku kan pacar kamu sayang." Sahut Jessy yang malah membuatku kesal.

"JESSY, ngerti artinya kata DIAM gak?" bentakku pada Jessy yang sukses membuat dia hampir menangis.
"Dan del, lu mendingan mandi, masakin makan malem, terus siapin obat pusing buat gua." Sambungku

"Ok kak." Jawab Adel langsung memasuki kamarnya.

"Sayang.. kamu jahat. Kamu kenapa bentak aku?" tanya Jessy sambil menangis di dadaku.

"Maafin aku yah, aku tadi cape banget." Jawabku sambil mengelus pelan rambut hitamnya.

Jessy hanya mengangguk pelan dan kemudian kami tenggelam dalam diam dan hanya ditemani suara televisi yang sudah dinyalakan olehku sebelumnya. Aku bersyukur setidaknya suasana tidak harus sunyi senyap tanpa ada suara. Kemudian kami berdua menoleh saat mendengar suara pintu dari arah kamar Adel dan menampakkan sosok Adel yang baru selesai mandi dengan rambut hitam panjangnya yang basah.


TBC


Thank you yang udh mau baca cerita abal abal ini..

Please yang punya kritik saran komen aja ya, soalnya cerita ini mulai ngebosenin XD


-X-


Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang