Sixteenth

25.2K 1.1K 10
                                    

Adel's POV

Entah perasaanku saja atau gimana, Gisella, Stakia, Leiora, dan Felice semakin gencar mencegahku untuk bergaul dengan Glory dkk. Mereka selalu saja mengatakan hal yang tidak tidak tentang mereka. Bahkan mereka pernah bilang bahwa Glory dkk masuk ke sekolah ini hanya menyamar untuk menjatuhkan kekuasaan ayahku di sekolah ini. Mereka juga pernah bilang kalau Adine pernah mencuri uang Stakia dan Felice saat mereka pergi ke toilet. Aku tidak bisa percaya begitu saja, aku mengenal betul orang orang seperti Gisella dkk ini. Mereka sama saja seperti kebanyakan murid di sini, adalah anak manja yang selalu ingin keinginannya terpenuhi bagaimana pun caranya, walaupun menggunakan cara licik sekalipun. Tapi sampai sekarang aku tidak mengetahui apa tujuan mereka melakukan itu. Entah mereka iri pada Glory dkk atau hanya ingin mengambil sesuatu dariku, tapi apa?? Aku masih belum mendapat ide apa itu. Tidak sadar bel istirahat telah berbunyi dan hampir semua penghuni kelasku berhamburan ke luar kelas.

"Del, ke kantin yuk." Ajak Stakia sambil menarik tanganku. Aku tau bahwa mereka ingin terus membujukku untuk membantu mereka saat ulangan nanti. Atau mungkin mereka ingin memberi tahuku untuk tidak dekat dekat lagi dengan Glory, Adine, dan Steffi. 2 hal itu adalah pembicaraan wajib setiap kami berkumpul entah kenapa.

"Gak ah, mager banget gua ini. Lagian gua bawa makan kok." Balasku sambil menyenderkan diriku ke kursi. Sebenarnya aku mau saja pergi ke kantin, tapi aku sedang tidak mood untuk bertengkar dengan mereka.

"Ya ampun Del, ayolah ikut aja, gua traktir deh." Bujuk Leiora sambil menarik narik tanganku dan hampir saja aku terjungkal dari kursi karena aku tidak sangka bahwa tenaga Leiora cukup kuat.

"Gak mau Lei, lagian lu kalo narik kira kira napa? Untung aja gak nyungsep gua. Udah lah kalo mau ke kantin ber 4 aja, gua makan di sini aja." Tolakku dan berharap agar mereka bisa meninggalkanku dengan tenang di sini. Sebenarnya aku ingin juga sih makan dengan Glory sekali kali.

"Ya udah deh, tapi awas lu makan ama geng anak beasiswa itu ya Del. Lu tuh anaknya pemilik sekolah ini, jadi jangan bikin reputasi keluarga lu hancur gara gara lu maen sama anak anak miskin gitu." Perintah Gisella dengan nada sombong setinggi langit sambil berjalan menuju kantin diikuti ke 3 orang di belakangnya.

Aku menggeleng gelengkan kepalaku lelah mendengar ucapan Gisella yang selalu saja berusaha membuatku memandang rendah para anak beasiswa di sekolah ini. Padahal aku merasa bahwa anak anak beasiswa di sekolah ini tidak pernah memiliki masalah dengan mereka kecuali mungkin nilai anak beasiswa selalu ada di atas mereka. Itu pasti sudah jelas karena mereka bisa masuk ke sekolah ini karena kepintaran mereka di bidang akademik maupun non akademik.

'Si Gisella turunan dukun ato gimana yak ? Tau aja apa yang gua pikirin' batinku

Aku menghampiri Glory dkk yang sedang duduk dengan anak beasiswa lainnya sambil makan makanan yang mereka bawa dari rumah.

"Boleh ikutan gak?" tanyaku dengan nada ramah sambil menarik kursi.

"Tumben gak ke kantin." Sahut Adine sambil melirikku.

"Ngeledek bukan? Boleh gak nih?" tanyaku dengan muka sok ngambek.

"Boleh kok, lagian kan gua becanda doang." Umpat Adine yang membuatku dan yang lainnya tertawa.

Selesai makan, aku mengambil buku bahasa inggrisku dan membaca ulang materi ulangan hari ini. Tapi kegiatanku berhenti sampai ada seorang anak laki laki yang kalau aku tidak salah namanya Tommy. Dia salah satu anak beasiswa yang merupakan anak paling pintar dibanding dengan anak beasiswa lain di kelasku. Dia anak yang sangat pendiam, jadi terkadang orang banyak yang tidak tau dia ada di kelas atau tidak. Aku juga sepertinya tidak pernah mendengar suaranya selama 5 bulan aku sudah berada di kelas yang sama dengannya.

"Kok kamu mau sih makan sama kami ? biasanya kan orang kaya kayak kamu gak mau deket deket sama orang miskin kayak kami ini." Tanya nya dengan suara yang menurutku cukup cool untuk anak pendiam dan kutu buku sepertinya.

"Gua bakal jawab tapi kenapa pada liatin gua begitu amat sih? Jadi gugup loh ini gua." Candaku saat melihat tatapan mereka yang sepertinya sangat penasaran dengan jawabanku.

"Hahahaha, yaudah maap deh. Lagian kita kita ini penasaran ama jawaban lu." Kata Glory sambil tertawa tawa disahuti dengan anak yang lain.

"Okok, jadi menurut gua emang kenapa gua harus jauhin lu semua? Toh kita masi sama sama manusia ini, sama sama makan nasi. Sekarang gua yang tanya deh, emang apa alasan buat gua jauhin lu semua?" tanyaku balik pada mereka.

"Kan kami ini gak sederajat sama kalian, orang tua kalian itu pengusaha sukses, punya penghasilan gede, punya rumah gede. Lah kami, orang tua kami punya penghasilan pas pasan, tinggal di rumah kecil." Jawab Tommy lagi, entah kenapa dia sangat penasaran dengan keterbukaanku untuk menerima mereka di kehidupan sekolahku.

TBC


Makasih yang udah mau baca cerita ini

Cerita ini emang bosenin banget ya? Readersnya kurang mulu *hiks*

Kritik saran kesan nya komen aja ya, biar semangat nulisnya dan biar ceritanya bisa lebih baik =D

Makasih

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang