Sixth

30.6K 1.6K 2
                                    

Still Nathan's POV

Sampai di rumah, aku langsung saja menuju kamarku. Agak aneh sih karena biasanya Adel selalu datang untuk menyambutku kalau aku pulang jam segini. Bahkan jika aku pulang dini hari, aku sering melihat ia tertidur di sofa sambil memegang smart phone nya yang bertipe sama denganku. Aku juga heran kenapa dia masih mau peduli padaku setelah apa yang aku lakukan dan katakan padanya. Bahkan aku juga pernah melihat home screen nya yang menampilkan fotoku dengannya yang terakhir saat ulang tahunnya 3 bulan yang lalu. Nenek kami yang memaksaku untuk melakukan itu. Jadi aku anggap saja sebagai hadiah untuknya, tapi aku kaget karena dia tidak menghapusnya. Sedikit sakit memang saat aku harus memarahinya, tapi mengingat apa yang dilakukannya padaku membuatku melupakan rasa sakit itu.
Tanpa memikirkan dimana Adel, aku langsung saja menuju kamarku karena aku sudah lelah dengan latihan balapanku dan kegiatanku menemani Jessy mengelilingi mall untuk belanja yang membuatku muak sehingga aku memutuskan dan meninggalkannya, walaupun baru 5 hari aku memacarinya. Lagi pula masih banyak cewek yang mau jadi pacarku.

Saat memasuki kamarku, aku terkesan karena kamarku terlihat sangat bersih dan wangi. Tapi aku kaget saat melihat ada seorang gadis yang terkapar di dekat meja belajarku. Aku cukup yakin bahwa itu adakah Adel karena tidak ada lagi orang di rumah ini selain dirinya.

"Oi.. bangun.. kamar lu di sebelah." Ucapku sambil menggoyangkan badannya. Tapi aku cukup khawatir karena tidak biasanya ia susah dibangunkan seperti ini. Saat aku membalikkan badannya, aku cukup kaget karena mukanya sangat pucat dan kelihatan sangat lemas. Aku segera menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit dekat rumah. Sampai disana Adel langsung dibawa ke ruang UGD untuk diperiksa, aku cemas juga kalau Adel kenapa napa. Karena walau bagaimanapun Adel memiliki gen dan darah yang sama dari orang tua kami.

30 menit kemudian seorang dokter keluar dan membawaku memasuki ruangannya.

"Bagaimana keadaan Adel,dok?"

"Kamu keluarganya?" tanya dokter itu sambil melihatku dari atas ke bawah, karena memang keadaanku cukup berantakan karena aku memang belum mandi sehabis latihan balapan tadi.

"iya dok" dilanjutkan dengan anggukan si dokter.

"Orang tua kalian tidak ada di sini?" aku hanya menggelengkan kepalaku sebagai jawaban.

"Baiklah, dengar baik baik. Saudari Adel tidak menderita penyakit apa apa. Ia hanya kelelahan dan sepertinya ia lemas karena belum makan. Kalau anda memang keluarganya, tolong perhatikan juga kegiatannya." Kata dokter itu serius

"Baik dok, sekarang bisa saya bawa pulang Adel?" karena aku tidak mau berada di tempat terkutuk ini lama lama.

"Boleh saja, tapi ini resep obat untuk saudari Adel agar kondisinya bisa kembali sehat." Ucap dokter itu sambil memberi selembar kertas dengan coretan yang disebutnya sebagai tulisan.

Aku hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu menuju tempat menebus obat dan menjemput Adel yang masih tertidur. Aku menggendongnya masuk ke dalam mobil dan membawanya sampai ke kamarnya yang kelihatan sangat rapi dan bersih. Aku letakkan obat itu di mejanya, kemudian sedikit sedih melihat foto keluarga yang berbeda dengan yang ada di kamarku.
Aku memang sengaja mengajak papa dan mama untuk foto tanpa Adel agar aku tidak mengingat lagi kejadian setelah foto keluarga kami saat aku dan Adel masih kecil yang membuatku membenci Adel sampai sekarang.

Aku mengelus bingkai foto itu kemudian langsung keluar menuju kamarku untuk mandi dan tidur.


TBC


Makasih buat yang udah baca =D

Kritik dan saran diterima yah

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang