Eight

29.9K 1.4K 8
                                    

Author's POV

Telepon rumah berbunyi saat Adel sedang membaca buku pelajaran di kamarnya. Ia segera mengangkat telepon rumah yang berada di ruang keluarga.

"Selamat pagi, kediaman Setta." Ucap Adel dengan nada yang sangat santun.

"....."

"Mama ! aku baik kok sekarang. Mama papa baik kan di sana?"

"....."

"Iya ma... aku janji gak bakal ngerepotin kakak lagi."

Setelah menutup telepon, Adel langsung saja berlari ke kamarnya dan menangis sambil memeluk boneka pemberian orang tuanya saat ulang tahun 12 tahun yang lalu. Memang sudah terlihat sedikit kusam. Tapi boneka berbentuk beruang itu adalah satu satunya yang bisa membuat Adel tenang dan menjadi tempat curhatnya selain dengan yang ada di atas.

Memang aneh bila curhat dengan sebuah boneka, tapi itu semua bisa membuat Adel lebih baik dan lebih lega. Ia tidak mau menceritakan semua ini pada kakak atau orang tuanya karena itu hanya akan sia sia. Curhat dengan temannya pun hanya akan menyebar kesedihan pada orang lain. Adel hanya akan terus memakai topeng ceria ini sampai ia lelah dan merasa tidak sanggup lagi.

Adel menangis untuk kedua kalinya hari ini. Dan yang kedua ini terasa begitu menyakitkan karena orang tuanya yang dia pikir akan menelfon untuk menanyakan kabarnya dan mengkhawatirkannya, malah memarahinya karena telah membuat kakaknya harus mengantarnya ke rumah sakit, ke tempat dimana hanya akan membuka kenangan pahit Nathan yang bahkan Adel tidak tau apa.

Adel hanya ingin orang tuanya peduli padanya sedikit saja, tapi yang ia dapat hanya makian dari sosok mama yang dulu adalah orang terpenting baginya. Yang dulu sangat ia sayangi karena telah berkorban untuk melahirkan dia dan kakaknya.

Sebenarnya Adel sudah lama diabaikan oleh kedua orang tuanya. Mama atau papanya selalu menelfon hanya untuk menanyakan kabar kakaknya. Bahkan saat mereka ingin pergi berlibur ke puncak, orang tuanya hanya mengajak NATHAN untuk berlibur bersama. Adel sama sekali tidak mengetahui kalau orang tua dan kakaknya pergi berlibur. Nathan hanya bilang dia ingin menginap di luar rumah saat Adel bertanya kemana ia akan pergi saat itu.

Adel baru mengetahui bahwa Nathan berlibur dengan orang tuanya saat Nathan pulang ke rumah bersama mama dan papa mereka. Adel yang sangat shock mengetahui hal itu hanya tersenyum sambil menahan air mata yang mendesak keluar dari matanya.

Saat orang tuanya berada di rumah pun, mereka tak pernah bersedia mengantar Adel ke rumahnya. Mereka membiarkan Adel pergi ke sekolah dengan angkutan umum, bahkan Adel masih harus bangun dini hari untuk menyiapkan sarapan dan berbagai kebutuhan keluarganya.

Orang tuanya juga tak pernah menanyakan bagaimana keadaan Adel di rumah ataupun sekolah. Bahkan sering kali Adel mengambil sendiri raport yang seharusnya diambil oleh kedua orang tuanya. Mereka bahkan tidak peduli akan nilai nilai Adel. Tak pernah memberi pujian saat Adel berhasil meraih ranking di kelasnya.

Adel sudah sangat terbiasa dengan keadaan itu, tapi entah kenapa itu semua tetap membuatnya sakit hati. Dan itu semua semakin menyakitkan saat melihat orang tuanya selalu meluangkan waktu untuk membuat pesta kecil di rumahnya untuk merayakan apa saja pencapaian kakaknya. Baik itu pencapaian biasa ataupun luar biasa.

Adel tidak sadar bahwa hari sudah siang karena ia sudah merasa sedikit kelaparan. Adel pun membuat makan siang untuknya dan kakaknya yang telah memberi tahu Adel bahwa ia akan makan siang di rumah karena sudah tidak ada kelas setelahnya.

Adel berusaha fokus untuk membuat makan siang dan melupakan kesedihannya, karena ia akan mengacaukan rasa masakannya dan bisa saja membuat ia dan Nathan keracunan. Memastikan makanannya enak dan bisa dimakan, Adel menaruh semuanya di meja makan dan menyiapkan orange juice yang diminta kakaknya.

Setelah semua siap, ia menutup makanan itu dengan tudung saji dan membersihkan peralatan masak dan dapur yang telah selesai digunakannya.

Setengah jam kemudian Nathan telah sampai di rumahnya dan makan siang bersama dengan Adel. Selesai makan,

"Lu jangan lupa minum obat lu, jangan sampe gua cekokin tuh obat ke mulut lu." Ucap Nathan sambil menatap tajam mata adiknya.

"Iya kak, selesai beresin ini aku minum obatnya." Jawab Adel sambil mencuci peralatan makan yang kotor.

Malam hari, setelah membereskan keperluan sekolahnyabesok, Adel kembali meminum obatnya dan berdoa agar esok hari bisa lebih baik.Kemudian ia tidur setelah menyetel alarm nya tepat pukul 4 pagi.


TBC


Makasih buat semua readers, aku seneng karena masih ada orang yang mau baca cerita ini.

Dan kehidupan Adel gak cuma segini penderitaannya, jadi tunggu aja ya =D

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang