32 nd

26.9K 1K 15
                                    

"Sebenarnya, ada hal buruk yang harus saya sampaikan. Anak bapak dan ibu ....."

Kedua pasangan paruh baya itu terlihat sangat shock dan khawatir dengan perkataan dokter itu.

"Maksud dokter apa ?? dokter jangan main main sama saya dok. Tadi dokter bilang dia cuma perlu donor darah kan??!!" jerit sang ibu

"Iya, ibu tenang dulu. Maksud saya kabar buruknya bukan tentang keselamatan anak anda. Nyawa anak anda akan tertolong karena ia hanya kekurangan darah dan semua luka telah diobati sebelumnya." Jelas sang dokter perlahan lahan.

"Terus apa maksud dokter dengan berita buruknya?" tanya sang ayah yang memang terlihat lebih tenang walaupun hatinya juga sangat risau memikirkan anak kesayangannya itu.

"Dalam kecelakaan yang dialami anak anda, terdapat benturan yang keras pada tubuh anak anda. Dan bagian yang mengalami dampak terparah adalah bagian dada dan lutut anak anda. Dadanya kemungkinan tertabrak bagian depan mobil dan lututnya kemungkinan besar terbentur trotoar atau benda keras lainnya." Jelas dokter panjang lebar.

"Jadi apa akibatnya pada anak saya dok?" tanya sang ibu dengan dibanjiiri air mata.

"Tulang rusuk anak anda ada yang retak tapi tidak diperlukan operasi karena bisa pulih dengan sendirinya, tapi ini berdampak pada paru - paru anak anda. Sehingga anak anda dihimbau agar tidak berolahraga yang terlalu berat dan bisa mengakibatkan benturan pada dada anak anda karena bisa berakibat cukup fatal pada kesehatan paru - parunya."

Sang ibu kembali menangis kencang karena membayangkan betapa parah kondisi buah hatinya dan sang suami hanya bisa menenangkan sambil menahan air matanya yang telah siap mengalir.

"Akan saya lanjutkan, benturan kencang pada lutut juga berakibat fatal pada cangkang lutut anak kalian, melihat dari usianya yang masih masa pertumbuhan masih besar kemungkinan untuk anak kalian bisa berjalan normal. Tapi, karena kondisi lututnya yang bisa dibilang parah, mustahil baginya untuk bisa berolahraga yang melibatkan banyak gerak pada kakinya. Jangan sampai lututnya terbentur lagi dengan kencang karena bisa menyebabkan anak kalian lumpuh total." Lanjut sang dokter saat melihat kedua orang tua itu mulai tenang.

Kedua orang tua itu seketika menangis mengingat cita - cita anak mereka adalah menjadi seorang atlet basket profesional dan ia sangat menyukai olahraga. Entah bagaimana reaksi Nathan mengetahui bahwa harapannya akan sirna setelah kejadian mengerikan ini.

Ibu dan ayah ini pun meninggalkan ruangan dokter itu dan menuju kamar rawat VIP, tempat anaknya dipindahkan dari ruang UGD.

Sampainya di ruang rawat mewah itu, mereka melihat seorang gadis kecil dengan gaun ulang tahunnya tertidur sambil memegang tangan kakaknya yang tidak ada selang infusnya. Terlihat jejak air mata di wajahnya dan ditambah dengan mata yang sembab dan bengkak.

Kedua orang tua itu masih belum bisa menerima mengenai keadaan anak sulung mereka yang sangat mengenaskan bagi mereka dan mereka berpikir bahwa ini adalah kesalahan gadis yang sedang tertidur itu.

"Kalau saja bocah ini tidak berlari seenaknya, Nathan tidak mungkin ada disini." Geram sang ibu pada anak keduanya yang sedang terlelap itu.

Bukannya menenangkan sang istri, Robert justru ikut ikutan menyalahkan anak perempuannya itu atas kecelakaan ini. Bahkan ia dengan sengaja menarik tangan sang gadis kecil itu dengan cukup kencang sehingga anak itu terbangun bahkan hampir saja ia terjatuh dari kursi yang ia duduki. Tanpa peduli dengan wajah sang anak yang terlihat pucat dan lemas mungkin akibat dari pengambilan darahnya dengan jumlah yang cukup banyak.

"Papa... Mama... dari mana aja?? Kak Nathan kapan bangun?" tanya Adel dengan nada polosnya yang malah memancing emosi sang ibu.

"Gak usah kamu sok perhatian sama Nathan, kamu pikir gara gara siapa Nathan bisa masuk rumah sakit, gak mikir kamu?" bentak sang ibu pada Adel yang shock karena perkataan sang ibu.

"Maksud mama apa? Adel gak ngerti?" tanya Adel lagi

"Gara gara kamu, kakakmu bisa masuk rumah sakit. Kamu harus tau keadaan kakak kamu sekarang ini parah banget. Gara gara kamu dia gak bisa lagi jadi atlet basket seperti yang dia mau." Jelas sang ayah dengan nada sangat rendah yang membuat bulu kuduk Adel merinding.

Adel hanya menangis mendengar perkataan kedua orang tuanya yang terkesan memojokkannya.

"Harusnya kamu aja yang ada di posisi Nathan, dia terlalu berharga untuk ada di posisi itu." Tegas Monique pada Adel.

Adel menangis semakin keras dan berlari meninggalkan kamar sang kakak dengan perasaan teramat sakit karena kedua orang tuanya hanya memikirkan kakaknya tanpa menyadari Adel juga sangat sedih dengan kejadian ini, apalagi Adel menyaksikan secara langsung bagaimana kakaknya tertabrak dan dibanjiri darah yang keluar dari tubuhnya.

Adel berlari tak tentu arah tanpa menyadari ada anak tangga di depannya sehingga ia tersandung dan kepalanya terbentur pada anak tangga itu dan tidak sadarkan diri.

Seorang dokter yang tengah melewati jalan dekat situ melihat seorang gadis yang tidak asing baginya tidak sadarkan diri dengan kepala yang berdarah. Ia adalah dokter yang menangani Nathan tadi dan segera membawa anak itu ke UGD untuk memeriksa keadaanya.

Seorang suster mengetuk pintu ruang rawat Nathan dan memanggil kedua orang tua paruh baya di dalamnya untuk mengikutinya ke ruang UGD

Sesampainya di sana, dokter yang menangani Nathan tadi telah menunggu dengan seorang perempuan dengan nama tag psikiater anak.

"Ada apa ya dok anda memanggil kami ke sini?" tanya Monique

"Apa anda tau dimana anak anda yang 1 lagi, yang tadi mendonorkan darahnya pada anak laki laki anda?" tanya dokter itu pada kedua paruh baya itu

"Entahlah, tadi dia berlari keluar kamar rawat kakaknya." Jawab Robert santai

"Bapak... Ibu... Anak perempuan anda ada di dalam, tadi saya melihat dia pingsan di tangga dekat ruang UGD dengan kepala yang berdarah mungkin terbentur anak tangga." Jelas dokter itu

"Oh, terus sekarang gimana keadaannya dok?" tanya Monique santai malah terkesan tidak peduli.

Sang psikiater yang sedari tadi diam hanya memperhatikan sikap orang tua di depannya yang bisa dibilang terlalu santai setelah mendengar bahwa anaknya yang masih dibilang kecil masuk UGD dengan kepala yang berdarah, ditambah lagi anak yang satunya sedang terbaring di ruang rawat.

"Apakah anda tau alasan anak perempuan anda bisa berlari keluar kamar rawat bahkan bisa terjatuh di tangga?" tanya sang psikiater.

"Mana saya tau, saya tidaka mengikutinya, tapi tadi dia keluar sambil menangis setelah kami marahi karena menyebabkan kakaknya bisa mengalami kecelakaan." Jelas Monique santai sedangkan sang dokter dan psikiater sedikir terkejut dengan tanggapan yang bisa dibilang terbalik 180 derajat dengan sikap mereka terhadap Nathan.

"Apakah ada perkataan yang dikira menyakiti anak anda?" tanya sang psikiater lagi

"Saya bilang padanya bahwa harusnya dia yang ada di kondisi kakaknya, terbaring di ruang rawat itu." Jawab Monique

Dokter dan psikiater itu hanya menggeleng mendengar jawaban sang ibu.

"Perkataan ibu itu sangat mengguncang psikologi anak anda. Sekarang saya akan menjelaskan kondisi anak anda."

TBC


Makasih yang udah mau baca cerita ini...
Aku janji bakal namatin cerita ini, gapapa readersnya dikit
Semoga aja masih ada yang nungguin cerita ini..

Makasih banyakkk

Kritik saran komen aja

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang