21st

24.4K 1K 8
                                    

Nathan's POV

Baru beberapa jam aku berada di alam mimpiku karena aku baru tidur pukul 2 pagi karena terlalu asik bermain game yang ada di laptopku, tidurku haru terganggu karena suara aneh yang berasal dari kamar di sebelah. Suara itu sama sekali tidak enak didengar, entah apa yang sedang dibuat anak itu jam 5 pagi.

"Aaarrggghhh... berisik amat sih tu orang, gak tau orang ngantuk apa?" geramku kesal dan muak mendengar suara berisik itu. aku langsung saja berjalan ke kamar sebelah yang sedari tadi menggangguku.

TOK...TOK...TOK... !!!

Aku mengetuk kencang pintu kamar itu dan menimbulkan suara yang cukup kencang dan membuat pintu itu bergetar getar hebat. Aku tidak peduli kalau pintu ini akan jebol atau rusak. Yang aku inginkan adalah suara tenang dan kembali tidur karena aku masih sangat mengantuk.

"Iya, sebentar !!" terdengar teriakan orang dari dalam seiring berhentinya suara memuakkan tadi.

Pintu terbuka menampakkan seorang gadis 16 tahun yang masih mengenakan piyama nya.

"Eh, lu tuh gak bisa liat orang tenang apa? Lu tau ini jam berapa HAH??" tanyaku sambil membentak gadis di depanku ini.

"Jam 5 kak." Jawab Adel dengan muka pucat yang kuyakin karena bentakanku tadi yang cukup membuat orang merinding.

"Lu tau kan kalo gua kemaren itu baru pulang jam setengah 12 ? Dan gua itu baru tidur jam 2, jadi lu bisa berhenti gak buat suara suara gak jelas kayak gitu." Teriakku lagi yang membuat muka Adel semakin pucat.

"Iya, maaf kak." Ucapnya sambil menunduk.

"Awas aja lu gangguin tidur gua lagi." Perintahku padanya.

Tap.. Tap.. Tap...

Aku dan Adel sedikit terkejut melihat kehadiran orang tua kami yang masih mengenakan pakaian tidurnya. Dan kulihat juga muka mereka tidak jauh beda denganku, masih memasang muka mengantuk dan lelah.

"Apasih ini pagi pagi udah teriak teriak?" tanya papa dengan nada sedikit marah karena tidurnya yang terganggu.

"Ini Pa, si Adel pagi pagi udah berisik, aku jadi kebangun." Jawabku pada papa dan menunjuk nunjuk Adel yang sedari tadi hanya mematung di tempatnya.

"Emangnya kamu ngapain lagi?" tanya mama pada Adel dengan nada tidak kalah berat dari nada papa barusan.

"Aku belajar gitar, Ma. Tadi aku liat ada gitar yang kemaren ini dikasih sama nenek." Jawab Adel pada mama.

"Adel, ngapain sih belajar gitar segala? Gak penting tau, mendingan sekarang kamu mandi beresin rumah, nyuci, siapin sarapan, dan jangan lupa bersihin taman juga. Daripada maen gitar gak jelas udah gitu gangguin orang istirahat lagi. Kami itu masih cape, NGERTI ADELINE ?" gertak mama pada Adel yang nadanya terdengar sangat mengancam. Bahkan aku yang hanya mendengarnya saja merinding dibuatnya. Jarang sekali aku mendengar nada bicara mama yang seperti ini.

"Iya Ma. Maafin aku ya Pa, Ma, Kak." Lirih Adel.

Lalu aku dan orang tua ku kembali ke kamar masing masing menyisakan Adel yang tidak beranjak dari tempat berdirinya tadi.

Adel's POV

Sakit... Yah, hanya itu lah yang kurasakan saat ini. Aku sudah biasa mendengar Nathan yang memarahiku, aku juga mungkin sudah kebal mendengar nada marah papa dan mama padaku. Tapi entah kenapa perkataan mama tadi terasa sangat menyakitkan. Walaupun aku sudah biasa disuruh suruh seperti itu, tapi mendengar itu dari mulut mamaku entah kenapa terasa sangat menyakitkan.

Aku merasakan pandanganku mulai kabur dan sesuatu yang hangat mengalir di pipiku. Aku menangis lagi, aku menghapus kasar air mataku karena aku tidak mau menangis terus. Aku harus kuat, tapi sepertinya air mataku ini tidak mau mengerti, ia terus saja lolos mengalir dari mataku. Aku segera memasuki kamarku dan mengunci pintu, aku terduduk di depan pintu dan memeluk lututku erat. Aku masih terus menangis selama 10 menit lamanya. Akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri dengan mandi air hangat. Setelah itu aku mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ada. Aku mencuci, menyapu, mengepel dan kegiatan lainnya. Berniat untuk merapihkan taman, aku baru sadar aku belum membuat sarapan. Aku menuju dapur dan berpikir akan memasak apa. Kuputuskan saja memasak pancake kesukaan mama karena jarang sekali aku bisa memasak untuk orang tuaku. Selesai dengan semua urusan di dapur, aku meletakkan pancake itu di meja makan kemudian segera ke taman depan rumahku yang rumputnya sudah mulai panjang. Aku memotong semua rumput yang panjang dan menyiram serta memupukin semua tanaman yang ada di taman yang cukup besar ini. Tidak terasa matahari sudah mulai naik dan aku merasa hari sudah mulai panas. Aku segera mencuci tangan dan kembali ke dalam rumah, dan mendapat luka baru di hatiku

TBC

Makasih buat readers yang udah mau baca

Tolong bantuan kalian buat kasih komen tentang cerita ini karena readers cerita ini berkurang terus...

Tolong bantu saya T-T

Makasih sebelumnya :)

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang