31 st

25.8K 1K 9
                                    

Adel's POV

"Udah siap Del?" tanya Nathan

"Udah kak." Jawabku sambil menatap dalam matanya.

"Jadi, ini dimulai dari ulang tahun lu yang ke 4 tahun...."

Aku memasang telingaku tajam - tajam agar tidak terlewat saru ceritapun.

Flasback 12 tahun lalu

Author POV

"Happy 4th Birthday Our Beloved Daughter, Adeline Rosetta"
Itulah spanduk besar yang ada di taman belakang kediaman keluarga Setta, disana sudah berkumpul keluarga besar dan beberapa teman Adel yang sedang berbahagia hari ini karena merayakan ulang tahunnya yang ke 4 tahun. Raut wajah bahagia bisa terlihat dari semua orang yang hadir pada hari itu. Tapi ada seseorang yang bahagianya melebihi rasa bahagia orang yang tengah berulang tahun pada hari itu. Orang itu adalah Nathan, kakak kandung dari Adel yang saat itu sangat menyayangi adiknya melebihi dia menyayangi orang tua dan dirinya sendiri. Baginya kehadiran Adel adalah salah satu anugrah terbesar dalam hidupnya.

Kedua saudara yang terlihat sangat harmonis itu sedang bersanding untuk difoto oleh kedua orang tua mereka. Setelah nya mereka berdua kembali bermain bersama dengan saudara sebaya mereka yang lainnya.

Kring... Kring...

Nathan berlari segera mengangkat telepon rumah yang berdering

"Halo... Siapa ini ?" tanya Nathan.

"Oh... Om Sam, jadi dateng?? Aku kasih tau yang lain ya... Adel pasti seneng banget" jawab Nathan

"Bye byeeee."

"Siapa kak??" tanya Adel yang dibalut dengan gaun pink cantiknya lengkap dengan pita di bagian belakang gaunnya.

"Del, Om Sam bakal dateng loh hari ini... kamu seneng kan ?" tanya Nathan penuh antusias.

"Beneran kak ??? Yeyyyy !!! Sekarang Om Sam dimana kak??" tanya Adel pada kakak tercintanya.

"Udah deket katanya, kakak kasih tau mama papa dulu ya, kamu jangan kemana mana." Titah Nathan pada adik kecilnya.

Adel hanya mengangguk paham, tapi setelah mendengar suara klakson mobil dan melihat bahwa itu adalah Om Sam yang sudah ditunggu tunggunya ia langsung lupa pada janji dengan sang kakak. Ia langsung berlari mengejar mobil pamannya tanpa ia sadari ada sebuah mobil yang sedang melaju kencang ke arahnya. Sang supir berusaha menginjak rem tapi apa daya rem mobil itu tidak bekerja.

"ADELLL !!!!" terdengar suara Nathan meneriaki adiknya yang sesaat lagi akan tertabrak mobil itu.

BRAK !!!!

Semua orang yang ada di sekitar situ hanya bisa terdiam mematung melihat kejadian yang bisa dibilang hanya berlangsung dalam beberapa detik itu tanpa ada satu orang pun yang berniat melakukan sesuatu.

"Mengapa kalian diam? Cepat telfon ambulans atau kita bawa dia ke rumah sakit." Teriak Om Sam histeris melihat keponakannya dalam kondisi mengenaskan.

Kedua orang tua korban itu datang karena ribut ribut dan ada yang mengatakan anak mereka ditabrak mobil. Dan mereka berdua langsung menghampiri kerumunan dan memastikan apakah benar anak mereka yang ada di tengah tengah kerumunan itu.

"Mengapa ini harus terjadi di hari yang harusnya bahagia ini?" teriak sang istri pada suaminya sambil memeluk seorang yang telah dibanjiri darah sekujur tubuhnya.

Beberapa menit kemudian ambulans datang dan segera membawa korban dan supir mobil yang remnya blong tadi ke rumah sakit terdekat karena takut akan terjadi hal yang fatal bila tidak segera dibawa ke rumah sakit karena banyak sekali darah yang keluar dari kedua orang itu.

Sampai di rumah sakit, kedua orang itu dibawa ke ruang UGD dan langsung ditangani oleh pihak medis.

2 sosok suami istri hanya mondar mandir tidak di depan ruang UGD menanti kabar tentang keadaan anak mereka yang sedang berjuang di dalam UGD. Sedangkan seorang anak kecil di tempat duduk hanya menangis tidak berhenti mengingat kejadian tadi. Anak kecil itu adalah Adel yang hanya mendapat luka kecil pada lengannya karena terkena aspal, sedangkan yang tertabrak mobil adalah Nathan, kakaknya yang berlari cepat mendorong Adel sehingga ia tidak tertabrak, tapi malah Nathan yang terhempas karena mobil yang melaju kencang itu.

Adel merasa sangat bersalah pada kakak dan kedua orang tuanya karena coba saja ia mendengar perkataan kakaknya untuk tetap diam di dalam rumah, ini semua tidak akan terjadi dan mereka semua akan berkumpul di taman belakang rumah mereka dan berkumpul bersama keluarga mereka, bukannya di rumah sakit ini.

30 menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang UGD .

"Bagaimana keadaan anak saya dok??" tanya kedua orang tua Nathan pada dokter itu tanpa mempedulikan sesosok anak kecil di pojok ruangan yang sedang terpuruk dan diselubungi rasa bersalah dan cemas yang sangat besar.

"Apakah kalian berdua orang tua anak laki laki di dalam?" tanya dokter itu.

"Iya dok, dia anak kami." Jawab sang suami cepat.

"Kalau begitu apa golongan darah anda sama dengan anak itu, AB+ saat ini rumah sakit ini tidak menyediakan golongan darah itu." Tanya dokter itu dan disahuti gelengan kepala dari kedua suami istri itu.

"Adakah saudara atau kerabat yang bergolongan darah sama? Karena darah yang keluar sangatlah banyak, kami memerlukan darah itu sekarang juga, 10 menit paling lama. Kalau tidak bisa bahaya bagi anak kalian." Jelas dokter itu.

"Ah ... anak itu dok. Golongan darahnya AB +. Ambil saja darahnya." Sahut sang ibu menunjuk putrinya yang hanya memandang mereka bingung.

"Apa tidak apa apa? Kelihatannya ia masih sangat shock." Tanya dokter itu sambil melihat Adel.

"Tidak apa apa dok, apa saja demi kakakku. Ambil saja darah aku dok." Jawab Adel pada dokter itu.

"Baiklah, ayo ikut suster." Ucap suster sambil membawa Adel untuk diambil darahnya.

"Pak, Bu, ada sesuatu yang harus saya katakan tentang anak anda. Bisa kalian ke ruangan saya?"

Sepasang suami istri itu hanya mengangguk dan mengikuti dokter itu.

"Sebenarnya, ada hal buruk yang harus saya sampaikan. Anak bapak dan ibu ....."

TBC

Makasih yang masih mau baca
Yang Italic itu Flashback semua ... chap depan masih flashback juga

Kritik saran komen ajaa :)

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang