"Yah Bu jangan jujur-jujur amat kenapa," Syifa bete.

"Kalau saya?"

"Kamu 87, intonasi nya kurang." ucap Bu Susi kepada Rafi.

"Alhamdulillah nilai gue lebih tinggi dari pada Syifa," ujar Rafi, menyindir.

"HEH APA LO KATA?!!" Syifa menabok pipi Rafi. Sakit, bodoamat!

✅✅✅✅

Syifa dan yang lain mengganti seragam putih biru menjadi baju olahraga. Materi minggu kemarin adalah basket dan hanya main aja, sekarang pengambilan nilai.

Seperti biasa Sakha memimpin pemanasan selama lima menit. Usai pemanasan, Pak Ahmad, guru olahraga berumur kepala lima itu memanggil buat kumpul.

"Karena minggu kemarin sudah Bapak ajarkan bagaimana cara men-shoot dan menggiring basket yang benar, hari ini kalian pengambilan nilai. Buat letter U, sebutin nama nanti Bapak nilai. Gak harus sesuai absen, boleh ngacak. Mengerti?" ujar Pak ahmad panjang lebar.

"NGERTI, PAK!" jawab seisi kelas serempak.

Sakha berdiri paling depan. Dengan santai ia menggiring bola lalu men-shoot. Bola itu masuk ke dalam ring. Sakha mengikuti eskul basket, gak heran kenapa dia jago dalam dunia perbasketan. Satu persatu pun maju diakhiri oleh Nuzla yang paling akhir.

Setelah semuanya mengambil nilai, Pak Ahmad kembali memanggil buat ngumpul.

"Bapak bangga sama kelas kalian. Meski nakal, tapi di bidang olahraga kelas kalian sangat bagus." ucap Pak Ahmad.

"Bonus, abis ini kalian free. Bukan buat yang lain ya, maksud Bapak boleh main permainan olahraga yang lain kayak voli, kasti, dan hulahop. Ambil aja di gudang penyimpanan. Jangan lupa dibalikin lagi. Kalau mau ke Kantin, tunggu bel. Awas!" peringat Pak Ahmad.

Yang lain tanpa aba-aba langsung bermain basket, ada juga yang mengambil voli dan kasti di gudang.

Syifa hanya duduk-duduk di tepi. Jujur, dia tidak terlalu suka olahraga kecuali renang. Apalagi lari. Bisa-bisa pingsan yang ada. Maka dari itu Syifa memilih untuk duduk melihat yang lain main. Sedangkan Aulia dan Rafi asik bermain kasti berdua.

Benar saja, baru jam sembilan tapi tenggorokannya sudah terasa kering.

"Mau minum Mbak nya?" tanya seseorang.

Syifa menengok, mendapati Bian yang tersenyum manis sambil memegang es teh dalam plastik.

Yang lain tercengang melihat menyodorkan es ke Syifa. Bentar lagi bel istirahat bunyi, jadi banyak yang keluar dari kelas. Hal itu membuat Syifa jadi pusat perhatian.

Syifa menatap Bian, mukanya merah malu. "Bi dilihatin ish!"

"Gak papa, biar semua orang tau kalau kita dekat." jawab Bian.

"Ngeselin lo!" cibir Syifa, mengambil es teh dari tangan Bian. "Makasih Bi."

"WOYY SYIF BUKANNYA IKUT MAIN SAMA KITA MALAH NGE-BUCIN! KEHED SIA!" teriak Rafi.

"Biarin aja, doinya banyak." kekeh Aulia.

"Udah baikan lu Sip?" tanya Rafi.

Syifa berdecak. Punya temen pada bawel amat.

"UDAH BAIKAN!" balas Syifa keras.

Rafi manggut-manggut. "Udeh lu sama Bian aja Sip dari pada sama Arya yang ada makan hati mulu. Kasian gue."

Syifa mendengus. "Siapa lo ngatur-ngatur gue."

Rafi terkekeh, cowok itu menghampiri Syifa dan Bian diikuti Aulia dibelakang sambil membawa bola kasti dan pemukulnya.

"Kenalin gue Rafi," ucap Rafi kepada Bian. "Tolong bilangin Syifa biar gak terlalu over sama Arya. Bosen gue dengernya."

"Kampret lo Fi!" dengus Syifa.

"Hahaha tau sendiri Syipa gimana, bucin akut dia sama Arya." ujar Bian, tertawa.

Syifa menyenggol Bian. "Suka-suka dong."

"Yah, namanya juga cinta. Cinta monyet," kikik Rafi.

Teng teng teng

Bel istirahat berdering. Semua murid berhambur keluar, rata-rata menuju Kantin.

Syifa yang melihat Arya melewatinya pun memanggil cowok itu.

"Arya ke Kantin bareng yuk!" ujar Syifa menghampiri cowok itu.

Arya menghentikan langkahnya sambil melirik Bian. "Kan lo sama sahabat lo!" ujarnya dingin.

Mendengar namanya disebut. Bian ikut menghampiri Arya. "Lo nolak ajakan Syipa kan? Ya udah gue bareng dia."

"Terserah!" jawab Arya dingin.

Tanpa menunggu balasan dari Bian, Arya berlalu meninggalkan Syifa begitu saja.

Syifa menatap kepergian Arya dengan kecewa. Ia kira Arya sudah lulu padanya. Nyatanya jauh dari kata luluh.

"Ayo Syip, katanya mau ke Kantin." semua pasang mata tertuju pada Syifa yang digandeng oleh Bian. Banyak yang menatap Syifa iri.

Syifa menghela berat. "Iya, ayo Bi."

Aulia dan Rafi hanya bisa membuka mulut lebar. Bahkan Aulia yang meminta es teh yang tadi diminum Syifa pun sampe tersedak dibuatnya.

"Kayaknya ada yang cinta segitiga disini." kikik Aulia.

Di sisi lain, Arya berjalan menuju Kantin yang tinggal beberapa langkah lagi dengan ketiga temannya dibelakang.

Arya menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Mengapa ia tidak rela kalau Syifa dekat dengan cowok lain walau sekedar sahabat?

"ARRRGHHH GAK TAU LAH!" Arya mengacak rambutnya.

Bersambung-

Gmn part ini?

Nyambung gak ceritanya?

Jangan lupa vote dan komen, thank u 😘

Yg bener tuh sekedar apa sekadar?

Kelas 88 [SUDAH TERBIT] [END] Where stories live. Discover now