Chapter 45

111 110 0
                                    

Sesudah semua kelas tampil, dari kelas 7 sampai 9, sekarang waktunya pengumuman tiap angkatan yang akan diumumin oleh Callista setelah dirundingkan para guru yang menjadi juri.

Semua anak 8-8 termasuk Bu Lies deg-degan, berharap mereka juara. Setidaknya juara 3 dari pada gak juara.

Callista naik ke panggung kembali, dengan mic yang dia pegang di tangan.

"Tiba di penghujung acara, saya akan mengumumkan pemenang yang sudah dirundingkan para juri pada setiap angkatan. Di kelas 7, juara tiga dimenangkan oleh kelas 7-5, juara dua dimenangkan oleh kelas 7-8, dan juara satunya dimenangkan oleh 7-3! Untuk perwakilan tiap kelas, silakan naik ke atas panggung." ucap Callista.

"Untuk kelas 9, pemenang juara tiga adalah kelas 9-1, juara dua kelas  9-4, dan juara pertama adalah kelas 9-5! Oh ya, buat kelas 8 sengaja diumumin paling akhir karena angkatan ini paling spektakuler! Juara tiga dari kelas 8 adalah kelas 8-9!" Callista berujar. "Juara dua diraih oleh...." tuttt..mic error. Callista meminta kepada panitia untuk membenarkannya.

Demon menyiniskan matanya sombong ke arah kumpulan anak 8-8.

"Gue bilang juga apa, kelas gue bakal menang. Siap-siap aja kalah oke?" kata Demon tertawa puas lalu naik ke atas panggung.

"Ya elah, baru juga juara tiga. Belum juara pertama. Sombong amat." sindir Sakha. Namun Demon tidak mendengar karena sudah diatas panggung.

"Tes tes." Callista mengetuk mic mengetesnya sudah benar apa belum. Sudah dirasa benar, Callista kembali mengumumkan pemenang untuk kelas 8.

"Maaf ya teman-teman tadi mic nya bermasalah." Ujar Callista. "Baik, kalau gitu saya lanjutkan mengumumkan pemenang bagi kelas 8. Juara dua diraih oleh kelas 8-8 dan juara pertama diraih oleh...kelas 8-7!!! Tepuk tangannya dongg!!"

Sontak semuanya bertepuk tangan dengan meriah. Semua anak 8-8 saling pandang, dan ber-tos ria. Biar tau rasa si Demon! Ketimbang juara tiga doang sombongnya selangit! Cih!

Kelas 8-7 memang pantas juara satu, penampilan mereka dan cara dance mereka lebih lentur dari pada anak 8-8 yang masih sedikit kaku walaupun sama-sama membuat juri terpana. Pasya sebagai perwakilan kelas naik ke panggung disebelah Demon tentunya.

Setelah semua perwakilan kelas naik ke panggung, saatnya pembagian hadiah dan sesi pemotretan dengan para juri.

Pasya menerima hadiah dari kepala sekolah yakni Pak Tatag, lalu menyalami tangan beliau. Setelah itu anggota OSIS mem-foto Pasya dengan Pak Tatag sebagai data sekolah.

Setelah selesai, Pasya turun dari panggung dan bergabung dengan teman-teman sekelasnya. Sakha, Putra, Zidan, Razan dan Afima langsung menyerobot. Merampas hadiah dari tangan Pasya.

"Pelan-pelan anjir nanti hadiahnya rusak. Kita belum foto sekelas." omel Pasya.

"Anak-anak yuk foto sekelas." ucap Bu Lies mengeluarkan hp nya dan meminta tolong salah satu orang yang lewat untuk mem-foto mereka semua.

Anak 8-8 langsung heboh memperebutkan posisi yang pas buat foto.

"Anjir lo Nuz geseran dikit." suruh Hesti. Nuzla mendengus, lalu menggeser badannya.

"Eh Jono badan lu kegedean. Gue gak keliatan di kamera ntar!" sebal Afima menggeplak kepala Jhon. Jhon yang terima balas menggeplak kepala Afima.

"Lo nya aja yang cungkring! Udah sana pindah jangan deket gue!" sewot Jhon.

"Aul lu deket Rafi aja, gue disamping. Biar mesra." ujar Syifa pindah ke samping kanan Aulia dan Rafi disamping kiri Aulia. Geng Dugong gak boleh kepisah!

Murid yang dimintai foto menggaruk kepala. Antara kesal dan bingung dengan tingkah laku anak 8-8.

Bu Lies berdecak. Anak muridnya ini selalu saja susah diatur.

"Anak-anak, kasian itu dia gak jadi fotoin kita!" tegur Bu Lies menunjuk anak yang dimintain tolong.

"EH IYAA BUU MAAFF!" sahut semuanya.

"Oke, satu dua ti..ga!" ucap si murid yang mem-foto kelas 8-8.

"Nih Bu hp nya." murid itu menyerahkan kembali hp Bu Lies dan kabur setelah Bu Lies berucap terimakasih. Sangat enggan berurusan dengan kelas yang dikenal rusuh itu.

"Bu Lies fotonya bagus nggak Bu? Muka saya minta di rasenggan ya Bu?" ujar Syifa ingin ngintip layar hp wali kelasnya.

Bu Lies menggeleng. "Semuanya bagus. Cantik dan ganteng. Udah ya Ibu mau ke Ruang Guru dulu. Nanti Ibu kirim fotonya di grup kelas." ucap Bu Lies membuat yang lain kecewa.

Tak lama setelah Bu Lies pergi, Putra melihat punggung Demon. Dan entah kenapa setiap melihat Demon emosinya jadi naik. Syifa dan anak 8-8 lain melihat ke arah pandang Putra.

"Gimana juara tiganya? Bangga hm?" tanya Putra bermaksud menyindir. Sontak Demon menoleh dan menatap Putra dengan wajah yang merah menahan malu.

"Alah plastik aja bangga!" sahut Demon memancing.

Pasya yang mendengar idolanya dikatain 'plastik' langsung maju hendak menghajar Demon tepat di mukanya. Begitu juga dengan anak 8-8 lain yang menyukai kpop. Berani benar nyari masalah!

Lagi-lagi Putra menahan tangan Pasya supaya tidak menghajar Demon karena sangat amat bahaya di depan para murid dan guru-guru.

"Tahan Pas." peringat Putra.

"Kenapa sih Put? Biarin gue ngehajar banci itu!" protes Pasya.

"Tau lo Put. Gue udah gatel mau nyakar wajah gradakan si Demon!" sahut Aca.

"Lo berdua mau dihukum? Demon sengaja mancing emosi kita." ucap Putra. Tentu saja Putra tau kalau Demon sengaja ngatain plastik agar anak 8-8 yang suka kpop kepancing amarah dan menghajar dirinya dan di situ Demon akan membiarkan dirinya dihajar tanpa perlawanan. Bermaksud mendapat perhatian dari para guru dan memfitnah kelas 8-8 kalau mereka lah yang menghajarnya secara tiba-tiba tanpa sebuah alasan. Alhasil pasti anak 8-8 tambah di cap buruk dikalangan murid dan guru. Apalagi Demon dan kelas 8-9 murid kesayangan guru-guru. Pasti para guru akan lebih percaya pada Demon tanpa tahu fakta.

Aca dan Pasya yang ngerti maksud Putra langsung diam.

"Kenapa kalau plastik? Dari pada lo, udah sombong eh taunya kalah. Malu ya wahai Demon si anak pintar?" sindir Pasya telak. Syifa tersenyum puas, Pasya berhasil mengeluarkan uneg-uneg  yang ada di dalam hati dirinya.

"Lo-" Demon menahan marah. Tetapi ia harus menjaga image nya.

"Apa? Mau marah? Takut ya sifat asli lo kebongkar di depan guru setelah sifat lo kebongkar di depan para murid cuma karena Aisyah?" tanya Pasya melipat kedua tangan di dada.

"Hajar Passs!!" dukung Syifa.

"Jangan kasih kendor Pas!" tambah Zidan. "Temen gue emang lu!"

"Udah Dem jangan ladenin kelas biang masalah kayak mereka. Nanti lo ikutan bodoh." ucap Loly menarik Putra ke belakang bersama anak 8-9 lainnya.

"Maksud lo kelas gue bodoh hah?!" gertak Syifa tajam.

Setelah mencoba merebut Arya darinya, si permen loli menghina kelasnya? Tidak bisa!

"Eh nenek lampir, kalau ngomong tuh dijaga. Percuma punya mulut kalau gak bisa jaga omongan!" ucap Aulia kesal.

"Albert Einstein ketawa liat lo." ujar Rafi tak kalah kesal.

"Belagu amat si neng, berasa paling pinter ya?" cemooh Tiara.

"Ampun suhuu, pinter banget deh lo." ujar Razan.

"Iya deh kita mah bodoh, kalah sama Mbak jago." timbrung Sakha.

Dan masih banyak caci maki yang dilontarkan anak 8-8, yang membuat Loly mati kutu alias kalah debat. Kelas 8-8 dilawan!

Kelas 88 [SUDAH TERBIT] [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang