Chapter 39

154 130 3
                                    

Syifa berlari ke kelasnya. Niatnya ingin memamerkan piala dan piagan kepada teman-teman sekelasnya. Pasti pada terkejut.

"Hai semuany-"

"Eh Syif, sini-sini duduk, ikut main UNO sama kita." ajak Tiara menepuk lantai disebelahnya yang kosong.

"Gue menang lomba tingkat kota dong guyss!!" ucap Syifa dengan bangganya. Tiara dan yang lain speechless. Berdiri ingin melihat lebih dekat piala dan piagam yang Syifa pegang.

"Wah gila lo, pantes lo dipanggil ke ruang jurnalistik." ujar Tiara.

"Iyalah, gue gitu." balas Syifa sombong. Selama ada yang bisa disombongkan, kenapa tidak?

"Hobi baca novel bisa nulis juga, ye." kekeh Zidan.

"Gue mau request dong." Afima menaikkan jari telunjuknya ke atas.

"Request apa?" tanya Syifa.

Afima menyengir lebar. "Gimana kalau lo buat cerita tentang kelas kita? Judulnya Victorious atau apa kek. Si Demon yang jadi antagonisnya."

"Bagus juga ide lo Fim." timpal Zidan.

"Jangan mau ege Syif. Kalau mau si Fima aja yang dijadikan antagonis. Gue baru setuju pake banget deh." ujar Jhon mendengus menunjuk Afima.

"Kebalik bego." sergah Afima.

"Eh tapi serius loh Syif. Keknya seru kalau dijadikan cerita. Buat kenang-kenangan kalau nanti kita lulus." ucap Jhon serius.

"Duain," sahut Pasya.

Syifa tersenyum kecil, senang melihat respon teman-teman sekelasnya itu.

"Nanti gue pikirin. Kayaknya menarik." ucap Syifa.

🐒🐒💕


"Sekarang giliran siapa?" tanya Sakha melirik yang lain.

"Giliran Razan, kan gue udah taruh kartu." balas Putra.

Siang ini anak 8-8 sedang main kartu UNO melanjutkan yang tadi yang sempat tertunda. Dan sampai sekarang pun Aulia dan Rafi belum balik, entah mereka ada di mana. Syifa tak ambil pusing, mungkin kedua sahabatnya itu sibuk berdebat.

Razan jalan, ia menaruh kartu berwarna kuning tapi plus dua. Zidan berdecak sebal disampingnya.

"Anjir lo Zan ngapain harus plus sih?" dumel Zidan tapi akhirnya Zidan mengeluarkan kartu plus dua dengan warna yang berbeda, yaitu warna biru.

"Lo lebih anjing Dan. Ngeluarin plus dua juga, tolol." omel Latief.

Zidan menyengir, membentuk jarinya menjadi seperti gunting menandakan 'piss'.

Latief tak mau kalah, ia mengeluarkan kartu plus dua juga.

"Jingan." Sakha mengomel. Untungnya dia punya kartu plus juga.

"Anjer plus semua ini mah. Nih rasain, hiyakk!" Hesti mengeluarkan kartu plus, bukan plus dua melainkan plus empat.

Aca sontak membulatkan kedua matanya.

"Anjing apa-apaan lo semua," Aca mendengus. "Mau main apa perang kartu?!"

Syifa ketawa. Muka Aca sangat bikin mood naik.
Dengan setengah hati, Aca mencangkul dua belas kartu.

"Maapin gue ya Ca, mereka duluan sih." ujar Hesti terkekeh.

"Bodoamat, gak gue maafin." kesal Aca.

"Udah-udah, mari kita lanjutkan mainnya." ucap Putra. "Lo pilih warna apa Hes?"

"Hijau aja deh, warna kesukaannya Aca." jawab Hesti.

Aca mendelik. "Hih gue masih marah sama lo."

"Giliran gue, ya." Syifa mengeluarkan kartu berwarna hijau dengan angka sembilan.

Berlanjut ke Tiara, Tiara mengeluarkan kartu warna hijau dengan lambang stop.

"Yeh cunguk, gue di stop." celetuk Pasya. "Tapi gak papa, kartu gue tinggal dikit."

Saat giliran Razan kembali, cowok itu menyeringai. Mengeluarkan senyum devilnya. Dua kali mengelurkan kartu plus dua. Tadinya ia pengin ngeluarin kartu plus empat. Tapi tak tega, jadi diurungkan. Siapa suruh dirinya mendapat kartu yang bagus.

"Zan, jangan mulai." cerocos Putra menoyor kepala Razan sebal.

"Gue cekek lo Zan!" ucap Zidan setengah teriak.

"Mau di makamin di mana Zan?" tanya Sakha memastikan.

"Ah anjing jangan gue lagi yang kena," marah Aca.

"Berisik lo semua, ini gue nyangkul jadi gak perlu deg-degan lo pada." Zidan menepuk dadanya, berasa super hero yang menyelamatkan nasib teman-temannya itu.

Razan terkekeh. "Maaf ya guys biar gak kaku aja mainnya, diem-diem aje sih."

"Wah sarap lo Zan dari tadi kita berisik gini." celetuk Sakha.

"Biasa kalau kurang vitamin gesreknya kumat." sahut Pasya.

"Karena gue gak ada warna hijau, gue keluarin warna aja ya. Gue pilih warna merah." Latief mengeluarkan kartu.

BRAKKK

"Hai assalamualaikum semuanya!" teriak Rafi tiba-tiba membuka pintu membuat yang lain terlonjak kaget.

"Bangsat lo Fi ngagetin." Pasya mengelus dada.

"Dari mana aja lo jing?" Syifa menempeleng pipi Rafi.

"Abis nembak Aul," jawab Rafi santai.

"HAHHH?!" Beo seisi kelas.

"Gue pura-pura bego depan kalian semua. Gue sengaja ngomongin mantan gebetan gue di depan Aul. Pengin tau reaksi dia. Gue akan mundur kalau reaksi Aul biasa aja. Kalau cemburu, gue akan nembak dia karena Aul pasti punya perasaan yang sama kek gue." jelas Rafi.

Aulia menangkupkan wajahnya malu.

"Iya kita pacaran." Aulia mengklarifikasi.

Mulut Syifa terbuka lebar, menarik telinga kalau-kalau dirinya salah dengar.
Mengapa percintaan kedua sahabatnya ini begitu mulus?

"Pajak jadiannya mana?" pinta Syifa mengarahkan satu tangannya ke depan.

"Nih permen satu biji." ucap Aulia.

Tbc

Gimanaa? Aneh ya?

Kelas 88 [SUDAH TERBIT] [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang