🐘

1K 581 31
                                    

Rabu sore, Syifa memasukan buku lesnya ke dalam ransel kecil serta tempat pensil. Berjalan keluar, menutup pagar. Langkah kakinya menuju tempat les. Karena jaraknya yang tak begitu jauh, Syifa memutuskan untuk berjalan kaki.

Sampai di tempat les, Syifa menatap papan yang bertulisan jadwal kelas dan mata pelajaran hari itu. Di tempat les, Syifa di tempatkan di kelas 8P-3 dengan mata pelajaran IPA hari itu.

Syifa mencari kelas 7P-1, kelasnya Bian. Jadwal les dia dengan Bian selisih satu jam. Jadi sudah pasti Bian belum datang. Syifa akan meminta maaf saat cowok itu sudah tiba.

Syifa pun masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi. Kak Shely, guru IPA yang masih berusia dua puluh lima tahun mulai menerangkan materi. Selama les Syifa sebisa mungkin mencoba mengerti walau tau otaknya pas-pasan.

Satu jam setengah Syifa belajar, sambil sesekali menguap. Setelah selesai, perempuan itu keluar dari kelas. Tempat les ini (Gama Jogja) berbentuk persis seperti rumah biasa. Ada empat ruangan, dua kamar mandi, dan ruangan tengah yang ada meja serta kursi. Yang dipakai kalau ada yang pengin konsis (konsultasi siswa).

Konsis itu les diluar jadwal les. Maksudnya siswa dan siswi dibebaskan nanya atau minta diajari ulang diluar jadwal les.

Di ruangan tengah, Syifa melihat Bian yang sedang duduk. Tatapan keduanya beradu.

"Syip.." Bian memanggil. Nadanya sendu.

Belum sempat Bian melanjutkan ucapannya. Syifa langsung memeluk tubuh cowok itu erat.

"Gue udah nuduh lo yang gak-gak Bi. Maafin gue ya." ucap Syifa.

Bian tersenyum. Mengusap punggung Syifa. "Santai. Gue tau lo khilaf karena pesona ketampanan gue."

"Gak jadi minta maaf gue," Syifa mendorong bahu Bian, tertawa.

"Kalau mau pacaran liat tempat dong," Kak Arief, guru matematika berusia dua puluh empat tahun itu memicingkan mata.

Semua guru disini rata-rata pada masih muda dan supel. Jadi Syifa udah akrab sama semuanya.

Wajah Syifa memerah. Bukan karena bawa perasaan, tapi malu karena dilihat banyak orang.

"Untung Kak Arief ingetin, hehe." kekeh Syifa.

"Itu anak orang pengin les, jangan ditahan gitu." tawa Kak Arief ke arah Syifa yang masih megang pergelangan tangan Bian.

Syifa yang sadar langsung mengusir Bian. "Udah sono Bi masuk kelas. Gue tau gue cantik dan manis."

Bian menaikkan kedua sudut bibirnya. "Lo emang cantik Syip."

"Hah?" beo Syifa yang tak mengerti. Tapi Bian udah keburu masuk kelas.

Syifa mengangkat bahunya. Ia berjalan keluar dari Gama Jogja. Rintik hujan mulai turun. Di jalan, perempuan itu sesekali menendang batu kerikil.

"Tolonggg jambrett!!"

Syifa mendengar suara minta tolong seorang Ibu berkisar tiga puluhan sedang tarik menarik dengan seorang jambret yang berusaha mengambil tas.

Syifa berlari ke arah Ibu itu, memukul si jambret tepat di wajahnya hingga menimbulkan lebam.

"CEWEK SIALAN!" teriak jambret itu.

Bergulat beberapa menit, Syifa menendang perut jambret itu hingga jambret itu kesakitan dan pergi.

"HUU PERGI SANA! KALAU BISA YANG JAUH!" teriak Syifa.

Ada untungnya juga gue latihan bela diri lewat youtube dan adek gue sebagai alatnya. Batin Syifa.

"Tante, tante gak apa-apa?" tanya Syifa membantu Ibu itu-Salsa berdiri.

Salsa menggeleng. "Harusnya Tante yang nanya ke kamu. Kamu gak papa? Ada yang luka? Sakit nggak?"

Syifa tersenyum. "Gitu doang mah biasa. Paling cuma lebam dikit. Rumah tante dimana? Biar aku anter. Di sini walau perumahan tapi tetap rawan."

"Kamu pasti sibuk, ngerepotin nantinya." tolak Salsa.

"Aku malah bosan di rumah," ujar Syifa sedih mengingat orangtuanya sibuk kerja.

"Ya udah kalau kamu maksa," ujar Salsa. Menggandeng tangan Syifa. "Ayo, tante arahin."

Keduanya berjalan, Salsa yang seru membuat Syifa nyambung mengobrol dengannya.

"Oh jadi Tante abis dari Cafe Tante ya?" ujar Syifa manggut-manggut.

"Iya. Tante abis ambil uang di Bank. Tadi naik ojek tapi mogok. Jadi jalan kaki aja."

"Untung ada kamu yang nolongin. Soalnya tas Tante isinya uang semua, bisa-bisa Tante rugi bandar. Makasih banyak ya." ucap Salsa tulus.

Syifa tersipu. "Sama-sama Tante."

Keduanya tiba di rumah ber-cat kuning.
Syifa sedikit membuka mulutnya.

Ini kan rumah Arya?

Bersambung-

Hahaa cringe bgt gak?

Kelas 88 [SUDAH TERBIT] [END] Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu