«17» The Beautiful and Bad Day

335K 18.7K 603
                                    

Mereka berdua masih dalam posisi yang sama, seakan enggan untuk melepas pelukan mereka. Adel yang tersadar langsung melepas pelukannya, namun gagal. Alen memeluknya terlalu erat.

"Tante, kita—"

"Saya mohon sebentar saja, saya baru merakan ketenangan setelah sekian lama. Entah karena apa."

Akhirnya Adel diam. Adel tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Adel membalas pelukan Alen kembali.

Beginikah rasanya pelukan seorang ibu? Salahkah jika aku berharap jika bunda memelukku seperti ini setiap hari? Egoiskah aku jika meminta waktu bunda dan meminta agar memelukku erat seperti ini?

Alen melepaskan pelukannya, Adel tersenyum paksa. "Maaf saya kelepasan."

"Tidak apa," justru adel senang bunda.

"Bunda," Alen menatap Adel terkejut. "Bolehkah saya memanggil Anda dengan bunda?" tanya Adel ragu.

"Apa? Bunda?" tanya Alen tidak percaya.

"Iya, bunda. Apa tidak boleh?" tanya Adel dengan nada sedih.

Alen menggeleng. "Bukan seperti itu, hanya saja apa orang tuamu tidak keberatan?" Adel menggeleng.

"Tentu saja, memangnya apa yang akan mereka lakukan? Mereka bahkan tidak pernah mengetahui apapun tentangku."

Adel tersenyum dipaksakan, Alen dapat melihat itu dengan jelas. "Baiklah, mulai sekarang kamu memanggilku bunda." Adel menatap Alen tidak percaya.

"Bunda?" Alen mengangguk. "Apa sekarang Zola bisa memanggil dengan sebutan bunda?" Alen mengangguk.

Adel langsung memeluk Alen erat sambil menggumamkan kata bunda. "Bunda.. Bunda.. Bunda.."

"Iya sayang, iya anakku, bunda ada di sini." Alen membelai rambut Adel sayang.

Adel memejamkan matanya, ia sungguh menikmati setiap sentuhan Alen. Rasanya seperti mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Tapi ini nyata bukan? Sangat nyata. Mereka melepaskan pelukan mereka, air mata Adel mengalir dengan derasnya.

"Maaf bunda, Zola cengeng." Alen tersenyum.

"Tidak apa, lagipula, bunda maklum melihat itu." Alen tersenyum dan menghapus air mata Adel.

Drrtt drrttt.

Ponsel Adel bergetar, Adel mengangkat teleponya ketika melihat nama Ardo tertera di sana. "Halo, assalamualaikum abang? Kenapa nelepon Zola?" tanya Adel.

"Dik, kamu kapan pulang? Abang kangen nih."

"Zola pulang sekarang nih, abang tunggu Zola di rumah ya."

"Jangan lama-lama adik kecil, karena abangmu ini sangat merindukanmu!"

"Zola pulang sekarang. Assalamualaikum." Adel memasukan ponselnya dan menatap Alen.

"Bunda, Zola pulang sekarang ya. Bang Ardo pasti sudah menunggu, Zola sudah janji akan pulang hari ini." Alen mengangguk.

"Bunda antar ya?" Adel mengangguk dengan senang.

Strong Girl [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now