Aku mengenal Jasmine saat kami berada di kelas bahasa Spanyol yang sama di SMP.
Dia tidak terlalu populer, dan pendiam. Namun kau harus tahu dia pendengar yang baik.
Aku tidak ingat bagaimana kami bisa dekat dan akhirnya tidak canggung satu sama lain lagi.
Namun, suatu hari saat kami SMP, aku mengetahui ayahku memiliki wanita lain di belakang ibuku. Aku marah dan kabur dari rumah.
Aku ingat saat itu aku menangis di kelas drama. Tiba-tiba saja, seseorang membuka pintu dan bersembunyi di balik tumpukan kostum diam-diam melihatku menangis.
Dia adalah Jasmine. "Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku. "Aku di suruh untuk membersihkan kelas drama."
Dia kemudian menghampiriku. Duduk menekuk lututnya persis sepertiku dan mulai bertanya kenapa aku menangis. Aku tidak ingin bercerita tentang masalahku kepada dia. "Baiklah jika kau tidak mau. Bukan urusanku juga." katanya.
Namun aku menahan dia ketika dia akan pergi meninggalkan ruangan. Jasmine orang pertama yang mengetahuinya. Dia yang selalu ada di saat aku menangis dan memerlukan seseorang untuk menjadi pendengar.
Aku ingat yang dia katakan saat itu.
"Orang dewasa kadang tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka hanya mengaku dewasa, namun pikiran mereka tidak. Kau boleh menangis. Tapi aku yakin. Suatu hari ayahmu akan menyesali perbuatannya."
Sejak saat itu kami menjadi dekat. Jasmine. Andai aku sempat mengatakannya, aku ingin mengucapkan terima kasih.
YOU ARE READING
265 Days of Love ✓
Teen Fictioncover by @peachspit "Aku menulis ini hanya untuk berjaga-jaga jangan sampai waktunya tiba. Mungkin saja kau penasaran dengan hidupku. Mungkin juga tidak. Aku harap kau membacanya hingga selesai." -Jasmine * * * [ Don't be a silen...