32nd: Thirty-two Note's

1.5K 104 0
                                    

2 November 20128

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

2 November 2012
8.45 pm

Maaf karena aku melewatkan beberapa hari untuk menulis catatan. Aku tidak tahu apa yang harus aku tulis karena tidak ada yang berbeda. Jika kalian menanyakan kabarku selama ini, jawabannya adalah aku tidak semakin membaik.

Aku semakin sering pusing. Tidak mau makan, dan hanya ingin tidur untuk waktu yang lama.

Hari ini Paigy datang ke rumahku. Untuk memeriksa keadaanku. Sejak aku keluar dari rumah sakit, Paigy yang merawatku di rumah. Sesekali Dokter Mia datang menemuiku.

Hari ini juga, Tim menemuiku setelah sekian lama. Dia membawa anjingnya, Max. Hari ini dia terlihat berbeda. Bukan berbeda. Namun dia menjadi seperti dulu. Suka bercanda dan makan. Max terus bergonggong kepadaku dan Tim berkata itu artinya dia merindukanku. Aku tertawa.

Aku bertanya-tanya apa yang membuat Tim berubah semenjak hari itu. Namun aku memilih untuk tidak menanyakannya. Tim menawarkan beberapa kaset film kepadaku. Aku tertawa begitu membaca judul-judulnya. Semua film yang dia bawa menceritakan tentang zombie, alien, atau perang dunia dua.

Aku mengatakan bahwa itu bukanlah tontonanku. Sebagai gantinya aku memberikan sebuah film. Kami menontonnya bersama hingga akhir.

"Film itu, benar-benar bagus." kata Tim. Aku tersenyum kepadanya. "Aku tahu, bukan." jawabku.

Setelah itu Tim menawarkanku untuk berjalan-jalan ke pohon abadi kami. Aku menerimanya. Sebelum pergi aku tidak lupa meminum obatku. Tim berjalan paling depan diikuti oleh aku, dan Max di belakang kami. Terkadang Max menggonggong dan berjalan di samping Tim.

Beberapa saat berjalan, akhirnya kami tiba di depan bangunan itu. Tim memanjat pohon lebih dulu kemudian menawarkan untuk membantuku. Aku menerimanya.

Max menunggu kami dengan duduk di bawah sambil bermain dengan bola merahnya.

Seperti saat terakhir kali kami ke tempat ini, sekarang sudah senja. Langit mulai berubah menjadi jingga. Matahari perlahan mulai menyembunyikan dirinya.

Aku dan Tim sama sekali tidak berbicara dan menciptakan keheningan untuk beberapa saat. Aku hanya menyandarkan bahuku pada batang pohon dan menatap kearah langit senja. Aku bisa merasakan Tim sedang melihat kearahku. "Ada apa?" aku bertanya. Tim salah tingkah sekarang. Dia mencoba mencari sudut lain untuk di pandang. Aku tersenyum tipis.

"Tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong, sudah lama kita tidak datang ke tempat ini." ujar Tim. Aku tersenyum kemudian mengangguk setuju.

Aku merebahkan kepalaku di lutut.

"Tim. Suatu hari, ketika harinya tiba, carilah teman yang lain. Jangan menyendiri lagi. Kau punya peluang untuk populer." ucapku di akhiri tawa pelan. Tim juga tertawa. Namun tawanya tidak lama.

Dia berjalan beberapa langkah hingga tiba beberapa senti dari cabang pohon dimana aku duduk. "Kau tetap temanku. Sahabatku. Apapun yang terjadi." katanya. Aku tersenyum tipis kepada Tim.

Aku teringat setahun yang lalu. Saat Tim pertama kali pindah di depan rumahku.

Saat itu aku sedang menikmati waktu luangku sendiri. Bereksperimen dengan kuku berwarna-warni memakai kutek baru yang kubeli di toko kecantikan baru beberapa blok dari rumahku. Seseorang melempar bola bisbol dan memecahkan kaca rumahku.

Aku yang tengah menonton serial tv favoritku sontak terkejut dan keluar dengan marah-marah. Seorang pria kurus, tinggi normal, berkacamata, dan memiliki lesung pipi di pipi kirinya menghampiriku sambil berlari kecil. Wajahnya terlihat penuh rasa bersalah. Namun saat aku berkata kepada dia; "Apa kau tidak merasa bersalah? Kau memecahkan kaca seorang tetangga barumu. Apa kau baik-baik saja?" ocehku. Dia hanya terus mengucapkan maaf.

Kemudian, dia berjanji akan ganti rugi semua itu. Aku masuk ke rumahku dan melempar bola bisbolnya. Dia kembali ke rumahnya. Keesokan harinya, kaca kami telah kembali normal. Aku mendapat sebuah surat dengan nama pengirim;

Tetangga baru yang bersalah

Aku tidak tahu menyimpan kertas itu dimana sampai sekarang. Aku tidak tahu. Tim tertawa mendengarku menceritakan hal itu.

Dengan cinta,

-Jasmine.

-Jasmine

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
265 Days of Love ✓Where stories live. Discover now